Strategy

Mengolah Inovasi demi Keberlangsungan Industri Pulp dan Kertas Indonesia

Mengolah Inovasi demi Keberlangsungan Industri Pulp dan Kertas Indonesia

Inovasi merupakan salah satu cara untuk meraih peluang pasar yang lebih besar. Namun pada kenyataanya di Indonesia, inovasi masih sulit dilakukan. “Di Indonesia tingkat kegagalan produk yang telah berinovasi mencapai 39 hingga 45%. Di tahun 2014 riset menyatakan bahwa 26.5% perusahaan responden gagal saat berusaha menghasilkan produk baru,” jelas Riza Aryanto, dosen PPM Manajemen.

image001

dari kiri ke kanan : Pranata Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Ade Burhanuddin (Manager R & D PT. Bukit Muria Jaya), moderator, Ade Burhanuddin Manager R & D PT Bukit Muria Jaya

Kegagalan ini tentunya tidak hanya kesalahan perusahaan saja, melainkan harus dilihat akarnya. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan terhambatnya inovasi. “Masalah kompetisi, finansial, ketidakjelasan pengambilan keputusan, tidak terlibatnya pemangku keputusan, dan masih banyak lagi faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi suatu produk,” dia berujar

Permasalahan ini umunya dihadapi oleh setiap perusahaan, salah satunya adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri pulp dan kertas. Salah satu permasalahan umum yang dihadapi industry ini adalah kurangnya bahan dasar sehingga masih mengimpor dari luar negeri.

“Ada beberapa permasalahan yang dihadapi seperti biaya energi yang meningkat, teknologi dan proses pengolahan limbah. Kertas dan plastik ramah lingkungan juga menjadi isu yang sangat penting saat ini, sehingga pengelolaan limbah serta produk yang ramah lingkungan menjadi trend yang cukup menetukan kelangsungan indutri pulp dan kertas,” ujar Pranata, Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan.

“Kami pun melakukan berbagai inovasi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas produksi lokal. Salah satunya dengan mengadakan sertifikasi produk untuk membantu perusahaan dalam bersaing didunia internasional. Kami juga mencoba untuk membuat kertas uang dari serat pohon pisang, saat ini kami dalam proses negosiasi dengan Bank Indonesia agar mereka mau menggunakan inovasi ini. Seperti yang kita ketahui bahwa bahan pembuatan uang kertas sampai saat ini masih impor. Oleh karena itu tentu akan sangat baik bila kita mulai menggunakan produk dari inovasi dalam negeri.”

Namun sayangnya, semua ini tentunya tidak akan berjalan dengan baik bila masing-masing unsur pendukung dalam industry ini tidak duduk bersama.”Saat ini 4 unsur yang dibutuhkan dalam inovasi yaitu pemerintah, pemilik usaha, akademisi, serta konsumen belum mau duduk bersama. Padahal setiap unsur tentunya dapat saling membantu dan memberikan masukan satu sama lain,” jelas Riza di acara industry gathering, Product Inoovation Manajemen: How Pulp and Paper industry faces the ASEAN Economic Community 2015?.

Namun pada kenyataanya di Indonesia, hal ini masih sulit untuk dilakukan. Setiap unsur masih berdiri masing-masing sehingga menimbulkan berbagai polemik. Salah satunya yang dikeluhkan oleh perusahaan adalah regulasi yang membingungkan serta bertele-tele. “Padahal bila semua unsur mau duduk bersama, tentunya setiap unsur bisa memberkan masukan yang bisa membantu setiap pihak dalam menyelesaikan masalah,” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved