Strategy

Pahala Mansury: Peran CFO Kini Bergeser dari Fasilitator Menjadi Business Partner

Tantangan yang dihadapi para Chief Financial Officer (CFO) saat ini sangat berbeda dengan masa-masa yang sebelumnya. Beberapa perbedaan tantangan itu diungkapkan oleh Wakil Menteri BUMN RI Pahala Mansury dalam webinar yang diselenggarakan oleh SWA dan Accenture beberapa waktu lalu dengan tema CFO Now: Breaktrough Speed for Breakout Value ‘Global Survey and Lesson Learnt from Top Companies CFO‘.

Tantangan pertama, sekarang CFO dituntut agar bisa beradapatasi dengan berbagai kebutuhan model bisnis yang baru. Kita bisa melihat bagaimana semuanya berubah menjadi digital. Pakem-pakem bisnis yang selama ini kita pahami sangat berbeda dibandingkan dengan tuntutan sekarang. CFO masih memiliki banyak legacy asset atau legacy kapabilitas yang mungkin berbeda dengan perkembang arah bisnis yang baru.

Tantangan kedua adalah ketidakpastian, bahasa kerennya yang mungkin selama ini sudah kita dengar adalah VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Pada saat yang sama, tugas utama dari CFO adalah melakukan proyeksi ke depannya seperti apa. Jadi seperti seolah-seolah CFO itu memiliki crystal ball untuk bisa melakukan penerawangan apa yang akan terjadi ke depannya. Jadi ini seperti paradoks. Seorang CFO juga punya tugas utama menyusun skala prioritas kebutuhan-kebutuhan perusahaan.

“Untuk tugas yang ini, seorang CFO harus bisa to say no, karena CFO harus bisa tegas memutuskan mana yang prioritas dan mana yang tidak. To prioritized, to be able to balance kebutuhan-kebutuhan yang ada. Padahal to be able to say no dan to be able to prioritized pasti harus bisa melakukan proyeksi kira-kira akan seperti apa ke depan, sedangkan kondisi bisnis saat ini ada di era VUCA itu,” jelas Pahala.

Tantangan ketiga , to be able to deliver performance karena sebagai CFO dituntut untuk bisa menjadi juru bicara dari perusahaan untuk menjelaskan bagaimana perkembangan bisnisnya ke depan. Terutama CFO yang bekerja untuk perusahaan publik, harus bisa menjelaskan kepada shareholder. Seorang CFO juga harus bisa memastikan apakah ekspektasi dari shareholder bisa ter-delivered. Oleh karena itu seorang CFO dituntut untuk bisa membangun sebuah performance management yang efisien dan efektif untuk menyelaraskan kepentingan shareholder dan kepentingan dari internal organisasi. Ini tentu membutuhkan tools, teknologi, proses, untuk bisa memastikan bahwa performance management system yang dibangun itu betul-betul bekerja dengan efektif. Untuk bisa meluruskan antara ekspektasi pemegang saham atau pemangku kepentingan yang lain dan dengan apa yang akan dikerjakan oleh organisasi/perusahaan di dalam.

Keempat, tantangan yang dihadapi CFO saat ini adalah everything now is about digital. Jadi bagaimana bisa memanfaatkan digital untuk menjalankan peran CFO, dan kadang CFO juga merangkap sebagai CTO juga karena perlu mengalokasikan resouces Infomation Technology (IT) dan memastikan bahwa implementasi dari pada inisiatif IT-nya berjalan dengan baik.

Memang saat ini kita melihat tren dari tingkat bunga menurun akibat pandemi Covid-19 ini. Semua market menunjukkan tren interest rate yang menurun. Meskipun demikian, CFO harus sebisa mungkin menjauhkan diri dari godaan untuk berhutang karena memang kita harus memastikan bahwa hutang itu untuk sesuatu yang menghasilkan. Jadi, salah satu tugas utama CFO adalah to prioritized all the capital expenditure yang ada. Dan semakin lama peran CFO semakin dibutuhkan untuk melakuan business development. Sebab, di beberapa organisasi juga tidak memiliki business development director, maka sebagai CFO have to lead proses akuisisi dan partnership process. CFO harus bisa memilih akuisisi yang benar dan setelah itu melakukan integrasi. Karena akuisisi tanpa integrasi tidak akan menghasilkan.

Satu hal lagi yang juga wajib menjadi perhatian CFO adalah soal kepatuhan. Jadi bagaimana CFO—yang sebenarnya tidak punya tugas dan tanggung jawab layaknya direktur kepatuhan—tetapi pada waktu memaksimalkan bisnis (merger, akuisisi, ekspansi, procurement dan lainnua), harus bisa menyeimbangkan dengan regulasi yang semakin lama semakin kompleks.

Kemudian, belakangan ini juga ada tren regulasi yang berdampak pada turunnya return on equity (ROE) sebetulnya sudah mulai dari 2008 lalu, setelah the whole human blow-up yang menyebabkan adanya respons dari regulator di negara-negara yang maju. Saat ini regulasi hampir di semua bidang menjadi lebih mahal dan menyebabkan adanya penurunan ROE yang harus dikelola.

Memang kita melihat di institusi korporat atau organisasi lain yang world class ada beberapa best practice mengenai peran dari CFO saat ini mulai berubah. Pertama, untuk mendorong fungsi finance menjadi value drivers. CFO tidak lagi hanya menjadi “bean counters” ini istilah dahulu untuk CFO, yang berarti tukang catat. Sekarang sebagai CFO you have to be a value driver, mengemukakan optimisme pertumbuhan perusahaan, rencana-rencana ke depan.

Peran CFO kedua sebagai value driver. Maka seorang CFO tidak hanya membuat catatan akuntansinya, tetapi accounting yang makin lama semakin efisien, tersentralisasi, makin lama harus semakin terotomasi dan real time. Jadi generate accounting menjadi real time. Sekarang orang sudah tidak mau lagi data-data yang historical, tapi prediksi ke depan.

Peran CFO ketiga adalah perencanaan yang simple, tetapi berdampak signifikan kontribusinya bagi arah bisnis dan meningkatkan value layanan, karena makin lama orang melihat CFO sebagai orang yang harus dan sudah duluan mengetahui kedepan bisnis ini akan seperti apa.

Keempat, peran CFO adalah mengatur organisasi yang baik, jelas dan tanggung jawab untuk meningkatkan value layanan. Kelima, mengambil dan mem-visualisasikan key insights untuk keputusan business unit. Keenam, menjadi mitra bisnis bagi perusahaan, menarik talent strategis dan berpengalaman untuk sparring business unit. Ketujuh, digital delivery, RPA dan STP (service transfer pricing) at scale, dan real time forcasting.

“Jadi secara garis besar saya gambarkan seperti ini, peran CFO itu bergeser dari yang dulunya adalah fasilitator, sekarang menjadi business partner. Ke depan, harus siap menjadi inisiator. CFO itu harus proaktif menjadi ‘value driver’ yang mampu mengintegrasikan strategi perusahaan dengan strategi keuangan. Kemudian juga bermitra erat dengan business unit untuk optimalisasi bisnis. Secara aktif mengelola kinerja value driver.Fungsi keuangan juga berubah dan membutuhkan peningkatan di beberapa area, ya memang sekarang orang lebih membutuhkan forcasting dan planning,” jelas Pahala.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved