Strategy

Perluas Akses Pembiayaan, OJK Fokus Indonesia Timur

Perluas Akses Pembiayaan, OJK Fokus Indonesia Timur

Industri perbankan telah maju demikian pesat di Indonesia. Sayang, pemanfaatan jasa keuangan di dalam negeri masih belum optimal. Berdasar Survei Nasional Literasi Keuangan yang dilaksanakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2013, tingkat pemanfaatan perbankan baru 57,3 persen.

Muliaman Hadad

Muliaman Hadad

Dengan bentuk Negara kepulauan, tak semua bank mampu membangun jaringan di lebih dari 17 ribu pulau yang ada. Hanya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk saja yang punya jaringan bejibun demi menyasar nasabah di kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah.

Hingga akhir 2013 saja, bank-nya wong cilik itu sudah punya 9.808 jaringan kerja konvensional, yang terdiri dari 7.821 jaringan mikro, termasuk Teras BRI dan Teras BRI Keliling, serta 1.987 jaringan ritel seperti Kantor Kas, KCP, Kantor Cabang, dan Kantor Wilayah yang semuanya terhubung real time online.

Untuk meningkatkan akses keuangan masyarakat itulah OJK pun memperkenalkan Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai). Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad, sudah ada 17 bank yang ingin ikut berpartisipasi dalam program tersebut.

Untuk tahap awal, Laku Pandai akan diluncurkan di wilayah Indonesia Timur. Kenapa? Pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa dan sebagian Sumatera. Sementara, Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang memiliki kekayaan alam luar biasa, masih sangat tertinggal.

Sasaran pertama program tersebut adalah kalangan petani dan nelayan. Itu adalah komitmen OJK dan perbankan di Tanah Air untuk menyediakan akses keuangan bagi masyarakat yang belum mendapatkan layanan perbankan dan produk keuangan lainnya.

“Nanti BRI (dengan kekuatan jaringannya) akan memimpin pelaksanaan program di wilayah Indonesia Timur. Bank lainnya melayani wilayah Indonesia bagian Barat. Program ini tetap membutuhkan dukungan semua pihak,” katanya.

Dari rencana bisnis bank yang disetorkan pada awal tahun 2015, ke-17 bank itu telah siap membantu bergulirnya Laku Pandai. Total mereka telah menyiapkan sekitar 30 ribu agen untuk melayani masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan, terutama di daerah terpencil.

Dengan begitu, bank tidak perlu membangun kantor cabang tetapi cukup berhubungan dengan agen, yang bisa jadi salah satunya adalah nasabah lama bank terkait. Keberadaan agen itulah yang nantinya menjembatani bank dengan calon nasabah barunya.

Muliaman berharap sektor jasa keuangan mampu mengurangi ketimpangan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan di Indonesia. Ia juga memastikan pihaknya juga bakal mensinergikan program laku pandai tersebut dengan layanan keuangan digital (LKD) yang diinisiasi Bank Indonesia (BI).

Perbankan juga tak perlu ragu karena agen tentunya telah dibekali pengetahuan perbankan dan ekonomi secara makro. Dengan begitu, mereka bisa membimbing calon kliennya dari yang sebelumnya tidak layak menjadi layak mendapat kredit perbankan(bankable).

“Agen sudah punya buku panduan khusus. Saat saya mengamati yang di Indramayu, hasilnya bagus. Bank bisa meningkatkan penyaluran kreditnya seiring terbukanya akses pembiayaan,” katanya.

Setidaknya ada tiga produk spesifik yang dapat diberikan bank, yaitu tabungan, pembiayaan mikro dan asuransi mikro. Sementara, bisa pula berupa produk keuangan lainnya, namun harus lebih dulu meminta persetujuan OJK.

Untuk produk tabungan memiliki karakteristik tidak punya batas minimum untuk saldo maupun transaksi. Namun punya batas maksimum saldo Rp 20 juta dan transaksi setiap bulan maksimal Rp 5 juta. Selain itu, juga tidak dikenakan biaya administrasi bulanan, biaya pembukaan dan penutupan rekening, dan biaya transfer.

Untuk produk pembiayaan mikro diberikan pada calon debitur yang sudah menjadi nasabah setidaknya enam bulan atau kurang dari enam bulan berdasar pertimbangan tertentu dari bank. Sudah saatnya bank tak hanya memikirkan profit, tapi juga membantu meningkatkan akses layanan kepada masyarakat.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved