Management Strategy

Potensi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Besar

Destry Damayanti, Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan saat menyampaikan materi Prospek Ekonomi dan Perbankan 2016 di Jakarta, (14/3).

Destry Damayanti, Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan saat menyampaikan materi Prospek Ekonomi dan Perbankan 2016 di Jakarta, (14/3).

Kualitas belanja pemerintah pusat dinilai semakin membaik oleh Destry Damayanti, Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan. Belanja modal meningkat, termasuk infrastruktur hingga akhir Februari 2016 sebesar Rp 5,4 triliun, serta belanja pegawai dan barang juga meningkat tapi tidak setinggi belanja modal.

Selain itu, menurut Destry penurunan subsidi oleh pemerintah pusat merupakan keberanian, khususnya pada harga minyak. “Ini yang menyebabkan pergeseran kualitas dari belanja pemerintah, dari yang sifatnya consumtive spending ke arah productive spending,” ujar Destry pada acara Ulasan Pasar 2015 dan Prospek Pasar 2016, di Hotel Shangri-La, Jakarta, (14/3).

Ia mengungkapkan bahwa fungsi pemerintah sebagai counter-cyclical mulai berjalan sejak kuartal III tahun 2015. “Pada saat ekonomi melemah, pemerintah sebagai agent of development masuk ke dalam siklus yang tadinya melemah kemudian di-counter dengan menaikan spending dan kualitasnya,” ujar mantan Ekonom Bank Mandiri itu.

Adapun fundamental ekonomi Indonesia ke depan akan bergeser dari commodity-based economy menjadi value-adding sectors. “Tidak heran komoditi ekpor dibatasi agar ada bahan mentah diproses disini. Karena selama ini economy development kita ada kesalahan, di mana kita lemah pada sektor manufaktur karena masih bergantung pada ekspor bahan baku mentah. Dan ini sudah mulai diperbaiki oleh pemerintah,” katanya.

Sedangkan rasio utang luar negeri terhadap PDB di Indonesia sekitar 33 persen. Angka itu masih jauh dari threshold internasional yaitu 60 persen. Menurut Destry selama utang masih dibawah threshold, ekonomi Indonesia masih menunjukan fundamental yang sehat.

“Sepanjang utang luar negeri dipakai dengan produktif, kenapa tidak? Sampai pada satu titik di mana kita bisa income besar sehingga rasio utang luar negeri terhadap PDB semakin kecil,” tambahnya.

Nada optimis disampaikan mengenai potensi ekonomi Indonesia untuk tumbuh masih besar yang didorong oleh 64 persen penduduk Indonesia adalah berusia produktif dengan dependency ratio yang relatif rendah sebesar 49 persen. Serta inflasi masih cukup stabil pada level 3,35 persen di tahun 2015. “Dari sisi pemerintah ada consistent budget reform di mana ada satu perubahan yang signifikan dari consumtive spending menjadi productive spending. Struktur ekonomi yang commodity based menjadi industrialized natural resources based economy. Ini yang harus terus diperbaiki ke depannya,” tutup Destry.(EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved