Management Strategy

Rhenald Kasali: Kepemimpinan Non Filito Bukan Hal Buruk

Rhenald Kasali: Kepemimpinan Non Filito Bukan Hal Buruk

Menuntaskan pekerjaan menjadi tuntutan sekaligus tekanan tersendiri bagi pemimpin. Terlebih lagi jika hal ini dibawa ke ranah pemerintahan. Banyak sekali pemimpin daerah hingga nasional yang memiliki andil dalam melakukan perubahan. Mereka berani mengeluarkan kebijakan yang tidak populis, tapi bersifat jangka panjang serta berdampak baik pada masyarakat ke depannya. Rhenald Kasali menyatakan bahwa tipe pemimpin ini merupakan pemimpin perubahan.

Namun sayangnya, pemimpin ini seringkali terlihat seolah tidak mampu melakukan pekerjaannya. Penyebabnya adalah, sebagian masyarakat yang berada di kelas menengah lebih menyukai hal hal yang bersifat populis dan enggan menunggu. Inilah yang menyebabkan banyak sekali pemimpin perubahan masuk ke dalam kondisi Non-Filito, di mana visinya terganjal atau tidak selasai.

20160412_172223-640x480

Lantas, apakah kondisi non-filito pada konteks kepemimpinan dinilai sebagai suatu hal yang buruk. Tentu tidak sepenuhnya demikian. Sebagai ilustrasi, Kota Firenze, Spanyol memiliki empat buah patung karya Michael Angelo yang dijuluki ‘The Naked Sleve’. Patung ini disebut sebagai karya yang mengandung filosofi non-filito. Lantas, apakah karena mangkraknya keempat patung tadi, lantas menyebabkan Firenze menjadi kota yang peradaban dan karya seninya tertinggal? Tentu tidak. Kota Firenze bahkan menjadi tempat munculnya reinasence dan karya karya besar.

Jika dikaitkan dengan konteks kepemimpinan, banyak sekali pemimpin yang memiliki visi besar mangkrak karena kehabisan waktu dan berhadapan dengan ketidakpastian. Rhenald Kasali berpendapat bahwa pemimpin pemimpin perubahan memang banyak sekali yang berkarya dalam ketidakpastian. Banyak hal yang tidak pasti lantas menyebabkan mereka sulit untuk mewujudkan rencana, visi, serta impian mereka. Padahal Rhenald menilai bahwa pemimpin perubahan merupakan pemimpin yang memiliki visi jangka panjang. Kendalanya adalah tidak cukupnya waktu yang diberikan.

“Kita bisa melihat dari visi seorang mantan Gubernur Jakarta Sutiyoso. Ia memimpikan adanya ibukota yang memiliki sistem angkutan umum terintegrasi untuk mengatasi kemacetan. Ia bermimpi untuk mengintegrasikan angkutan tersebut melalui empat moda antara lain busway, monorel, MRT dan watermark. Namun oleh pemimpin setelahnya, yang dilanjutkan hanya busway. Sedangkan tiang tiang MRT dibiarkan mangkrak selama 10 tahun. Saat ini, di bawah kepemimpinan Ahok, mimpi itu kembali diwujudkan,” ujar Rhenald.

Rhenald menyatakan bahwa pemimpin perubahan ini patut mendapatkan apresiasi dan dukungan. Pemimpin dengan tipe ini ditandai dengan visi jangka panjang, Mengambil risiko, dam memiliki inpian besar demi kelangsungan hidup masyarakat agar bisa hidup lebih baik.

“Pemimpin perubahan bukan pemimpin yang menggunakan jabatannya untuk melakukan impresi atau pamer kekuasaan. Ia akan terus berjuang mewujudkan karya impiannya meski menghadang resiko besar seperti ketidakpastian, kekurangan biaya, kurangnya waktu, kurangnya dukungan masyarakat serta ketidakpastian kondisi dunia,” kata pria berkaca mata ini. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved