Strategy zkumparan

Strategi BSI Menuju Top 10 Bank Syariah Dunia

Selain melakukan integrasi antara ketiga bank, saat ini PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) sedang merapikan proses bisnis termasuk penguatan dari sisi manajemen risiko. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama BSI Hery Gunardi dalam acara silaturahmi antara pemimpin redaksi dengan BSI di Jakarta, Selasa (02/02/2021).

“Kami sudah punya clear strategy segmen-segmen mana saja yang akan kita dorong dan profitable, dan tentunya dari sisi pembiayaan NPF nya kecil. Kami juga akan masuk ke segmen yang memang belum tersentuh sampai saat ini yaitu wholesale, tetapi kami harus memilih bidang industri yang tepat dengan target customer atau perusahaan triple A,” papar Hery.

Menurutnya, hal tersebut akan memberikan ruang bagi BSI untuk membangun portofolio yang sehat di samping tetap menjaga perimbangan portofolio mix. BSI menargetkan perimbangan ritel konsumer sekitar 65% dan wholesale 35%. Untuk mencapai itu, Hery mengakui BSI masih memiliki kelemahan.

“Segmen payroll ASN, pegawai negeri, pegawai BUMN itu menarik. Karena justru saat pandemi sekarang yang NPL dan NPF nya rendah itu segmen tersebut. Namun, masalahnya payroll mereka masih banyak di bank konvensional. Sudah ada himbauan di lembaga tinggi negara jika ingin payroll-nya bergeser ke BSI, tetapi di BUMN belum ada,” jelasnya yang berharap seluruh pemangku kepentingan bisa bersinergi untuk menjawab tantangan yang dihadapi BSI.

Ke depan, BSI juga akan menjaring investor asal Timur Tengah untuk memperkuat stuktur permodalan bank sehingga dapat memperluas ekspansi ke manca negara. Dengan terbentuknya Sovereign Wealth Fund (SWF), diharapkan dapat membuka peluang masuknya investor global terutama investor strategis untuk menjadi pemegang saham BSI.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo saat peresmian Holding BSI, Senin (1/2/2021) mengatakan, kehadiran BSI sangat penting dalam perjalanan Indonesia merwujudkan cita-cita sebagai pusat gravitasi ekonomi Syariah dunia. Orang nomor satu Indonesia tersebut berpesan, agar BSI dapat menjadi bank Syariah yang universal, bersifat terbuka, inklusif, serta menjangkau masyarakat di seluruh segmen.

“Sebagai barometer perbankan syariah di Indonesia insya Allah nantinya regional dan dunia, saya harapkan Bank Syariah Indonesia harus jeli dan gesit menangkap peluang, harus mampu menciptakan tren-tren baru dalam perbankan syariah, dan bukan hanya mengikuti tren yang sudah ada,” ujar Presiden.

Berdasarkan laporan The State of Global Islamic Economy Report 2019-2020, Indonesia menduduki peringkat ke-5 dari 73 negara sebagai ekonomi syariah terbesar di dunia. Total aset Bank Syariah Indonesia sampai dengan Desember 2020 mencapai sekitar Rp 240 triliun, modal inti lebih dari Rp 22,60 triliun, total Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 210 triliun, serta total pembiayaan Rp 157 triliun.

Angka dari jumlah aset dan modal inti tersebut akan menempatkan BSI ke dalam jajaran 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan ditargetkan menjadi 10 besar bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapilatisasi pasar dalam waktu 5 tahun ke depan (tahun 2025).

Hal ini sesuai dengan target Menteri BUMN yang menginginkan BSI masuk dalam Top 10 Besar Dunia yang dapat disejajarkan dengan bank Syariah terbesar di dunia, seperti Al-Rajgi hingga Albilad Bank. “Kita ingin hasil merger ini bisa membuktikan negara dengan jumlah populasi muslim terbesar ini memiliki kondisi bank yang kuat secara fundamental dan Alhamdulillah ini berjalan dengan baik,” ujar Menteri BUMN Erick Thohir.

Ia juga berharap BSI dapat energi baru bagi ekonomi Indonesia yang senantiasa menerapkan prinsip financial justice dan stability in investment. Ini telah dibuktikan dengan bergabungnya tiga bank Syariah menjadi BSI ini mesi di tengah krisis pandemi Covid-19.

Saat ini, BSI memiliki 1.241 kantor cabang yang tersebar dari Sabang hingga Merauke dengan karyawan sebanyak 20 ribu yang sudah bekerja. Jumlah ini akan terus ditingkatkan kapasitas dan kemampuannya dalam menjalankan perbankan syariah sehingga dapat meningkatkan efisiensi bisnis bagi perusahaan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved