Sejumlah pemain baru di bidang jasa keuangan bermunculan. Tidak sekadar membawa produk konvensional, mereka hadir dengan beragam inovasi keuangan lewat teknologi, yang membuat mereka dijuluki Fintech (Financial Technology) oleh masyarakat.

Keluwesan newcomers tersebut dalam menangkap kebutuhan pasar ditakutkan akan menggerus bisnis keuangan eksisting. Tak ayal kita dapat melihat kehadiran produk digital milik sektor perbankan konvensional.

OCBC NISP bisa dikatakan menjadi salah satu bank yang dapat bersaing di tengah arus perubahan yang begitu cepat. Pasalnya, pangsa pasar OCBC NISP bukannya tergerus, malah terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, dari yang 2 persen di tahun 2015 menjadi 2,2 persen di tahun 2018.

Segudang transformasi bisnis dicanangkan Parwati Surjaudaja, President Director OCBC NISP untuk meningkatkan kerja Perseroan. Salah satu jurus untuk menerobos era VUCA adalah proses digitalisasi perbankan. Pun generasi milenial sebagai anak kandung digital tak luput dari perhatian Parwati.

“Ini dimulai di akhir 2016. Waktu itu kami melihat berbagai bidang internal yang perlu diselaraskan dengan keberadaan drivers kami; globalisasi, milenial, kompetisi yang semakin ketat, disrupsi digital, dan era baru (era sosial media),” tutur Parwati.

Eksekusi tersebut dilakukan OCBC NISP melalui transformasi digital yang sudah berjalan sejak 2018 lalu. Ka Jit, Head of Individual Customer Solutions Bank OCBC NISP menjelaskan, “Transformasi digital dan kehadiran digital transformation team merupakan upaya OCBC NISP Untuk menjadi penghubung aspirasi dan kebutuhan nasabah. Strategi ‘beyond banking’ digunakan untuk menghadirkan produk dan layanan yang berorientasi digital.”Inovasi ini dapat dinikmati pelanggan OCBC NISP melalui aplikasi One Mobile. Ke depan, 90 persen transaksi perbankan di kantor cabang bisa dilakukan di sana. Sampai September 2018, terjadi peningkatkan transaksi sebesar 40 persen yoy lewat aplikasi tersebut.

Tak hanya sampai di situ, OCBC NISP berencana akan berkolaborasi dengan startup keuangan, pendidikan, perumahan, kesehatan, hingga layanan B2B. Hal tersebut disampaikan oleh Altona Widjaja, Head of New Digital Ventures Bank OCBC NISP.

Parwati menjelaskan bahwa fasilitas tersebut dibangun guna mengantisipasi perubahan perilaku nasabah. Namun, keberadaan cabang tak lantas dilupakan. “Ada yang bilang ATM dan cabang tidak lagi relevan di zaman digitalisasi. Tapi setelah kami pelajari, tidak semudah itu,” paparnya.

Alasannya, Indonesia terhampar begitu luas dari Sabang sampai Merauke. Hal ini mengindikasikan perilaku nasabah masih sangat beragam. Parwati menekankan, “Itu adalah salah satu challenge di tim network, bagaimana kami mengubahnya supaya bisa fokus pada nasabah yang ingin kami sasar. Sekarang masih banyak cabang kami yang menyambut nasabah dengan meja teller,tapi ke depannya tidak seperti itu. Inilah tugas tim transformasi network.”

Demi mendukung kelancaran digitalisasi, steam IT Transformation juga menjadi poin penting. Parwati menjelaskan bahwa perubahan infrastruktur tidak hanya terjadi di Core IT, tapi juga sampai user dengan memerhatikan konektivitas, produktivitas dan sistem. “Kami mulai menyadari bahwa ke depan, IT bukan hanya otomasi alat kerja tapi juga adalah hal yang mendasari perubahan keseluruhan organisasi.”

Era digital erat kaitannya dengan generasi milenial. Selain mendominasi pasar, milenial juga menjadi populasi karyawan tertinggi di OCBC NISP. Diungkapkan oleh Parwati, 70 persen karyawan merupakan generasi milenial. Perseroan melalu tim HC tentunya harus mengakomodir kebutuhan mereka akan fleksibilitas.

Langkahnya adalah dengan memanfaatkan ONe University, e-learning milik OCBC NISP. “Teman-teman (milenial) bisa belajar dan mengembangkan diri semudah dan senyaman mungkin, tidak tergantung classroom dan hal yang harus menunggu interaksi dengan mentor,” ujar Parwati.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id