Strategy

Terapkan Smart City, Kenali Dulu Masalah Perkotaan

Terapkan Smart City, Kenali Dulu Masalah Perkotaan

Konsep Smart City sering digaungkan akhir-akhir ini. Ini juga diperkuat dengan berbagai pertemuan dan konferensi baik nasional maupun internasional yang membahas konsep ini.

Konferensi Asia Afrika 2015 yang lalu juga memasukkan agenda smart city summit sebagai bagian dari rangkaian acaranya. Para kepala daerah dari berbagai negara peserta membuat deklarasi smart city. Lewat pertemuan-pertemuan itu, konsep kota pintar semakin menguat untuk diterapkan.

Country Managing Director Accenture Indonesia, Neneng Goenadi mengatakan, kota-kota yang ingin menerapkan smart city harus mengenali lebih dulu apa yang menjadi permasalahan di kotanya.

Penerapan konsep itu tak semata keinginan dari pemerintah daerah agar program kerjanya terealisasi. Tapi, bagaimana konsep itu diketahui dengan jelas oleh masyarakatnya. Sehingga, dapat mengakomodir masalah yang dialami warga, seperti kriminalisasi, kemacetan, dan lain-lain.

“Konsep kunci seperti Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Perkotaan, Model Pembiayaan Publik/Swasta, dan penggunaan SPV (Special Purpose Vehicles) telah diimplementasikan dalam program Kota Cerdas,” katanya.

neneng

Penerapan konsep progresif sangat penting mengingat administrasi kota adalah kunci mewujudkan Kota Cerdas. Beberapa kota di Asia memperoleh manfaat dari situasi yang kurang menantang daripada rekan-rekan di negara Barat ketika harus mengembangkan struktur pemerintahan baru.

Pemerintah di Asia lebih terpusat dan tak terkendala anggaran dibanding kota-kota di negara Barat yang bersifat desentralisasi. Struktur pemerintahan terpusat membuat pengambilan keputusan untuk merespon kebutuhan kota dan warganya bisa lebih cepat dan efektif.

“Hal lain adalah perlunya membangun kerja sama dengan stakeholders lain untuk mendapat banyak saran dan ide untuk smart city yang berkelanjutan,” ujar dia.

Menurut Neneng, konsep smart city adalah lingkungan yang diperkaya oleh digital, namun berkelanjutan dan layak dihuni. Layak tidak hanya canggih, namun juga hemat energi, dan bermanfaat bagi penghuninya. Canggih secara teknologi, digital, ataupun system tidak menjamin adanya keberlajutan ataupun kelayakan huni.

Beberapa kota di dunia telah mengadopsi inisiatif “intelligent city” dengan menggunakan teknologi untuk mengatasi tantangan efisiensi energi, transportasi, layanan kesehatan, dan keselamatan umum.

Tapi, beberapa hanya mengadopsi teknologi terbaru untuk mempercepat proses administrasi, daripada mencari cara terbaru, dan terbaik, untuk memberikan layanan publik untuk keberlanjutan di masa depan.

“Masyarakat di era digital saat ini semakin menuntut dan menginginkan peningkatan layanan publik secara online. Jadi, sangat penting memahami bagaimana masyarakat berpikir dan apa yang mereka inginkan,” kata dia.

Kota yang inovatif akan memetik keuntungan yakni, warga lebih terhubung dengan pemerintah dan berperan aktif dalam kehidupan kota jika sistem dan layanannya memenuhi kebutuhan dan meningkatkan standar hidup. (Reportase: Tiffany Diahnisa)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved