Berita BCA Berita BCA

Alexander Kurniawan, Pemilik PT Multi Data Palembang: Membuka Kursus Komputer Hingga Membangun Sekolah

Alexander Kurniawan, Pemilik PT Multi Data Palembang: Membuka Kursus Komputer Hingga Membangun Sekolah

Tak banyak pelaku usaha yang terpanggil untuk terjun membangun dunia pendidikan di tanah air guna mencetak generasi penerus yang lebih handal. Pemilik PT Multi Data Palembang (MDP), Alexander Kurniawan, salah satunya.

Alexander Kurniawan, Pemilik PT Multi Data Palembang: Membuka Kursus Komputer Hingga Membangun Sekolah

Alexander Kurniawan, Pemilik PT Multi Data Palembang: Membuka Kursus Komputer Hingga Membangun Sekolah

Pengusaha ternama asal Palembang yang akrab disapa Alex ini merintis usahanya sejak 1987 dengan membuka kursus komputer di rumahnya dengan modal awal dari orang tuanya. Pada saat itu, usaha kursus komputer sedang booming. Karena belum banyak orang yang memiliki komputer padahal keahlian penggunaannya sangat dibutuhkan untuk melamar pekerjaan ataupun kepentingan lainnya. Ketertarikannya pada komputer bermula ketika pada tahun 1984 salah seorang pamannya membeli satu set compatible computer Apple 2 dari Amerika Serikat. Untuk mewujudkan keinginannya membuka kursus komputer itu Alex pun membekali diri dengan mendalami berbagai program komputer. Alex dan sang istri pun terjun langsung mengajar di lembaga pendidikan informal tersebut.

Sambil menyelam minum air, kepalang terjun di bidang komputer, pada tahun 1990 Alex membuka usaha agen Sales Service beberapa produk komputer.

Seiring dengan itu, pria ramah yang lulusan SMA ini juga sudah mulai membuat aplikasi program IT bagi sejumlah perusahaan dan Pemerintah Propinsi Sumsel. Beberapa program yang dibuatnya antara lain pogram KTP dan billing perusahaan air minum. Dan Alex mulai memikirkan beberapa konsep untuk memperbesar usahanya.

Jatuh bangun dalam membangun sebuah usaha adalah hal biasa bagi pelaku usaha, demikian juga Alex. Ketika jalan seolah mulai terbuka, ia justru mengalami cobaan berat. Bermula ketika Pemerintah dan Bank Sentral mengeluarkan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 88). Bank-bank baru bermunculan dan berlomba menawarkan kredit dengan bunga sangat kompetitif kepada pelaku usaha termasuk Alex. Karena sangat membutuhkan modal, akhirnya beberapa tawaran kredit dari beberapa bank pun diambilnya.

Over investasi di tahun 1990 mengakibatkan Alex mengalami kesulitan membayar cicilan pinjaman dan sejumlah asetnya terancam dilelang oleh kreditur. “Saat itu situasinya benar-benar sulit. Setelah 1991, aset saya sempat minus Rp.2 miliar,” kenangnya.

Hampir setiap hari pihak kreditur datang untuk menanyakan kesanggupannya membayar kredit. Namun semua dihadapi Alex dengan tenang, apalagi Alex merasa usahanya masih berjalan. Bersyukur sejumlah kreditur memberikan kelonggaran pembayaran cicilan pinjamannya. Alex tidak menyia-nyiakan kepercayaan tersebut dengan melakukan konsolidasi usaha. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga nama baiknya di mata kreditur. Sekaligus di mata para prinsipal dan vendor yang telah mempercayakan barang dagangan kepadanya.

Keputusan sangat penting pun diambilnya untuk menyelamatkan usahanya. Diantaranya dengan melepas beberapa aset yang tidak dipergunakan serta mengevaluasi seluruh usaha yang telah dilakukan. “Kita over investment di property atau bangunan,” jelasnya.

Belajar dari pengalaman di tahun 1991, telah menyadarkan Alex akan pentingnya mengelola setiap pinjaman yang diperoleh. Perlahan namun pasti Alex mampu menyelesaikan kewajibannya sebagai debitur bahkan bangkit lagi dari keterpurukan.

Ketika usahanya semakin berkembang, nasabah BCA sejak tahun 1989 ini memberanikan diri melakukan ekspansi usaha di sektor lain namun masih di bidang pendidikan dengan membangun Sekolah Menengah Atas (SMA) Kusuma Bangsa pada tahun 1998. Dengan dukungan dari BCA, Alex menggelontorkan investasi sebesar Rp.8 miliar untuk membangun gedung dan infrastruktur lainnya. Sedangkan iparnya yang berpengalaman dalam dunia pendidikan menangani kurikulum sekolah.

Sekolah Kusuma Bangsa segera mampu merebut hati masyarakat Palembang dan sekitarnya sebagai salah satu sekolah favorit di kotanya. Kemudian berturut-turut Alex membuka Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Global Informatika (STMIK) Multi Data Palembang (MDP) pada 2002 dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kusuma Bangsa di 2005. Khusus untuk STMIK, Alexander membukanya sebagai pengembangan kursus komputer yang telah lama dijalankan. Untuk membangun STMIK dibutuhkan investasi sekitar Rp.20 miliar. Alex pun melengkapi sekolahnya dengan mendirikan AMIK MDP dan MDP Business School. Kampus STMIK, AMIK dan Business School MDP berlokasi di Jl. Rajawali 14 Palembang.

Selain Sekolah Kusuma Bangsa, lembaga pendidikan lain milik Alex turut berkembang. Banyak orang tua yang mendaftarkan putra-putrinya di AMIK, Business School maupun STMIK MDP selepas SMA. Di STMIK MDP saja pertahunnya sekitar 600 orang terdaftar sebagai mahasiswa baru.

Laju bisnisnya semakin kencang ketika pada tahun 2009, Alex memutuskan mengembangkan usaha di bidang penjualan komputer dan gadget dengan membangun IT Superstore. Awalnya, Alex membuka usahanya di salah satu ruko di Jl. Dempo, Palembang.

Dengan pertimbangan lokasi lama tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan konsumen, pada 1 November 2011 Alex meresmikan IT Superstore di Jl Jenderal Sudirman Km. 4 Palembang yang menelan biaya tak kurang dari Rp.30 miliar. Pada investasinya kali ini, BCA kembali berperan menjadi mitra usaha Alex. “Di MDP IT Superstore kita tampung semua brand. Biar pelanggan yang tentukan mau membeli apa. Disini juga dilengkapi counter service purna jual,” ucapnya.

Ternyata pasar sangat antusias merespon IT Superstore miliknya. Penjualan dari tahun pertama ke tahun kedua meningkat cukup signifikan mencapai 80%. Dan Alex optimis IT Superstore semakin berkembang seiring dengan kemajuan perekonomian dan meningkatnya kebutuhan komputer dan gadget di Palembang.

Pengalaman adalah guru yang baik, dan kini Alex pun berbagi kiat bagi para pelaku usaha yang baru memulai usahanya agar tidak mudah putus asa menghadapi tantangan dalam perjalanan bisnisnya. Yang utama harus berusaha menjaga nama baik. “Yang paling penting modal kepercayaan. Membuka bisnis sekarang gampang. Asalkan ada kemauan, akan ada jalan. Tapi harus bisa dipercaya,” pungkasnya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved