Business Update

BRI Finance Memacu Kinerja Bisnis yang Selaras dengan GCG

Ari Prayuwana (Direktur Manajemen Resiko), Azizatun Azhimah (Direktur Utama), Willy Halim Sugiardi (Direktur Operasional & Keuangan), Primartono Gunawan (Direktur Bisnis)

PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) mengimplementasikan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate gover­nance/GCG) dalam menggerakkan roda bisnis. Hasil GCG ini memacu laju pembiayaan baru pada 2019 yang naik 22% dibandingkan 2018, piutang pembiayaan naik 22%, total aset naik 29% dari Rp 3,62 triliun menjadi Rp 4,65 triliun, dan pendapatan naik 44%.

Perusahaan pembiayaan multiguna ini memperkokoh struktur GCG sebagai bagian dari transformasi manajemen setelah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk./BRI dan Yayasan Kesejahteraan Pekerja Bank Rakyat Indonesia meng­akuisisi saham BRI Finance dari The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd., Jepang, pada 2016. Perlahan-lahan, manajemen BRI Finance menata dan menyempurnakan beragam aspek operasional bisnis yang selaras dengan GCG. Yakni, dengan menciptakan budaya etos kerja dengan mengutamakan kepuasan nasabah, melaksanakan manajemen risiko yang efektif dan praktik GCG yang baik, meningkatkan kompetensi SDM berlandaskan lima nilai (Trust, Integrity, Customer Centric, Innovation, dan Teamwork), penerapan performance driven culture, mengembangkan sistem digital, memperluas kanal pemasaran, serta mendiversifikasi produk yang berbasis manajemen risiko.

Manajemen BRI Finance berkomitmen untuk menye­laraskan operasional bisnis dengan praktik bisnis yang setara, adil, dan sehat. Sebagai contoh, BRI Finance mene­rapkan prinsip GCG itu sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2020 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Pembiayaan, yang meliputi aspek keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, kesetaraan, dan kewajaran.

Azizatun Azhimah, Direktur Utama BRI Finance, menyebutkan, manajemen perusahaan membudayakan GCG kepada seluruh lapisan karyawan, mulai dari jajaran direksi dan komisaris hingga karyawan level bawah. BRI Finance konsisten menerapkan prinsip TARIF: Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness. Cara mengimplementasikannya, Dewan komisaris dan jajaran direksi rutin melakukan rapat untuk melaksanakan pengawasan serta mereview kegiatan perusahaan, memutuskan kebijakan tanpa ada­nya benturan kepentingan, serta mewajibkan karyawan mematuhi regulasi dan peraturan baik internal maupun eksternal.

Karyawan, dewan direksi, serta komisaris juga menandatangani pakta integritas setiap awal tahun dan sosialisasi pakta integritas kepada mitra kerja perusahaan. “Pakta integritas disepakati seluruh karyawan dan apabila terdapat pelanggaran yang akibatkan kelalaian karyawan, karyawan terkait diminta pertanggungjawabannya se­suai ketentuan yang berlaku,” Azizatun menegaskan.

BRI Finance pun membentuk unit kerja yang menangani bidang kepatuhan, manajemen risiko, dan pengawasan internal. Selain itu, juga membangun kebijakan dan prosedur yang menjadi pedoman dalam menjalankan bisnis, membentuk departemen khusus (dedicated department) untuk mengatur lalu lintas ketentuan (bagian kebijakan dan prosedur), menyusun hierarki kebijakan di struktur governansi, serta memberikan pelatihan internal menge­nai kode etik, gratifikasi, dll.

Komitmen BRI Finance menegakkan GCG diapresiasi berbagai pihak. Sebut saja, apresiasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Mei 2020 mengenai laporan gratifikasi terkait hibah masker dan alat rapidtest yang diterima oleh BRI Finance.

Kemudian, BRI Finance dari 2019 hingga 2020 mendapat predikat Trusted Company berdasarkan Corporate Governance Perception Index (CGPI) dari Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG) dan majalah SWA. Juga, dinobatkan sebagai perusahaan multifinance berpredikat Sang­at Bagus berdasarkan kinerja keuangan selama 2014-2018 oleh majalah Infobank.

“Dampak dari predikat Trusted Company ini, nasabah menjadi lebih percaya memilih BRI Finance sebagai perusahaan pembiayaan untuk mendapatkan pembia­yaan bagi usaha mereka dan pemenuhan kebutuhan konsumtif nasabah, dan karyawan merasa lebih confidence untuk berkarier di BRI Finance,” tutur Azizatun.

Azizatun menambahkan, “Dukungan pendanaan juga didapat dari perusahaan induk, BRI, dengan penambahan modal senilai Rp 195 miliar di tahun 2020 dan diproyeksikan bertambah di 2021 selaras dengan pertumbuhan pengembangan bisnis BRI Finance. Pencapaian tersebut menjadi motivasi bagi per­usahaan untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan ke depan.” Predikat Trusted Company itu, lanjutnya, turut memperkuat posisi BRI Finance di industri pembiayaan.

Bisnis BRI Finance dalam tiga tahun terakhir ini bergeser dari sebelumnya menggelontorkan pembiayaan investasi dan modal kerja ke pembiayaan multiguna yang selaras dengan visi jangka panjang perusahaan, yaitu fokus menjadi perusahaan pembiayaan multiguna. Komposisi outstanding pembia­yaan multiguna terhadap total outstanding BRI Finance selama 2018-2020 berturut-turut sebesar 4,2%, 25,6%, 34,6%, dan diproyeksikan pada 2021 naik menjadi 65,3%. “Ki­nerja pembiayaan investasi dan modal kerja akan ditingkatkan di tahun 2021, meskipun persentase peningkatannya lebih kecil dibandingkan pembiayaan multiguna,” kata Azizatun.

Total aset BRI Finance pada 2020 mencapai Rp 4,01 triliun, lebih rendah dibandingkan 2019 yang sebesar Rp 4,65 tri­liun lantaran total penyaluran pembiayaan baru menurun akibat terdampak pandemi Covid-19. Kualitas pembia­yaan BRI Finance yang tecermin dari non performing finance (NPF) dari 2018 hingga 2020 berturut-turut sebesar 2,8%, 3,5%, dan 4,5%. Peningkatan nilai NPF disebabkan adanya pandemi Covid-19 di 2020 yang menyebabkan ekonomi terkontraksi sehingga kemampuan bayar debitur menurun.

Dalam menghadapi situasi sulit di tahun lalu, BRI Finance tetap menjalankan arahan Otoritas Jasa Keuangan untuk memberikan relaksasi kepada debitur yang terdampak pandemi. Seiring dengan perbaikan perekonomian nasional, BRI Finance optimistis meningkatkan kinerja bisnis yang bersinergi bersama BRI Grup dan BUMN lainnya dengan fokus pada peningkatan kontribusi pembiayaan multiguna.

Untuk mencapai target di tahun 2021, BRI Finance disokong agen pemasar guna menjangkau potensi seluruh segmen debitur. “Di era VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity) dan disrupsi, BRI Finance juga mengembangkan proses digitalisasi agar meningkatkan efektivitas dan efisiensi ki­nerja. BRI Finance telah meluncurkan aplikasi mobile (My BRIF) yang memudahkan debitur dalam mendapatkan informasi pembiayaan yang sedang berjalan,” kata Azizatun.

Pengembangan bisnis BRI Finance ke depan, ia menambahkan, akan memanfaatkan ketersediaan jaringan kantor BRI (office channeling). Pihaknya akan menempatkan tenaga pemasar sebagai re­presentative officer di kantor itu, dan memperkuat branding sebagai perusahaan pembiayaan yang fokus pada pembiayaan multiguna terdepan melalui re–engineering proses bisnis dan branchless office.

Kendati meraih pencapaian yang menggembirakan, BRI Finance tidak kendur mempraktikkan GCG. Upaya untuk mencegah dan menghindari penyelewengan (fraud) terhimpun dalam empat pilar mekanisme, yaitu pencegahan; deteksi; investigasi, pelaporan, dan sanksi; serta pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut.

Azizatun menyebutkan, pihaknya juga merumuskan tiga level hierarki, yaitu kebijakan, prosedur, dan petunjuk teknis (juknis). “Selama tahun 2019, kami mengeluarkan lima kebijakan baru, 28 prosedur, dan tujuh juknis baru untuk menunjang operasional bisnis,” ujarnya.§


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved