Business Update

Danone Indonesia Transformasi Finansial untuk Dorong Kinerja

Danone Indonesia Transformasi Finansial untuk Dorong Kinerja

Dimotori CFO-nya, diam-diam Danone Indonesia tengah serius mentransformasi bidang keuangan untuk menggenjot kinerja perusahaan. Transformasi data dan karyawan menjadi pilarnya.

“Some people change when they see the light, others when they feel the heat.” Beberapa orang mau berubah ketika melihat tanda-tanda perlunya perubahan walaupun saat itu mereka belum mengalami masalah, tetapi sebagian besar orang baru mau berubah setelah tertimpa masalah. Kata-kata bijak dari antropolog Caroline T. Schroeder itu bukanlah sebuah isapan jempol. Dalam realitas kehidupan, fenomena orang atau organisasi yang baru bersedia berubah setelah tertimpa masalah itu memang banyak sekali, tak terkecuali di dunia bisnis.

Chui Yng Chen, CFO Danone Indonesia

Kebanyakan pelaku bisnis atau pengelola perusahaan baru mau berubah setelah terhantam badai masalah, terjepit kondisi. Entah itu karena problem kinerja keuangan yang merugi, omzet bisnis yang terus turun, basis pelanggan yang makin menciut, atau problem yang sifatnya operasional. Mata baru terbuka setelah badan terpental oleh badai. Artinya, bukan sebuah perubahan yang antisipatif dan direncanakan jauh-jauh hari.

Manajemen Danone Indonesia tampaknya termasuk tipikal pelaku bisnis yang mau berubah dan melakukan transformasi walaupun sebenarnya perusahaan tidak sedang tertimpa masalah. Raksasa consumer goods ini melihat transformasi sebagai kesempatan untuk menangkap peluang dan meningkatkan kinerja perusahaan agar lebih baik dibandingkan sebelumnya. Setidaknya, hal ini tampak dari upaya transformasi bidang keuangan di Danone Indonesia yang dipimpin CFO-nya, Chui Yng Chen.

Ya, tanpa gembar-gembor, kini Chui Yng Chen tengah sibuk memimpin transformasi keuangan di organisasinya. “Fokus transformasi keuangan yang kami lakukan adalah mendorong inovasi pada bagaimana perusahaan menggunakan data dan teknologi dalam praktik manajemen keuangan serta memberdayakan karyawan dalam hal penggunaan teknologi,” kata Chui Yng Chen, eksekutif senior di bidang keuangan yang bergabung dengan Danone sejak awal 2017.

Ada sejumlah latar belakang kondisi yang mendorong Chui Yng Chen berinisiatif memotori timnya melakukan transformasi. Antara lain, tingkat penetrasi data yang makin masif dari tahun ke tahun. Kini setiap hari terdapat ribuan data berbeda yang dihadapi tim Finance Danone. Repotnya, data tersebut terkadang tersebar, belum terintegrasi. Pihaknya kemudian berpikir untuk mengelola data dengan lebih optimal. Bagaimanapun, data merupakan hal yang sangat berharga untuk membantu memahami situasi dengan lebih baik; data juga penting bagi pembuatan keputusan bisnis yang akurat.

Sebenarnya, sebelum program transformasi dilakukan, Danone Indonesia telah memiliki kemampuan mengolah data. Namun, pengelolaan datanya masih menghadapi berbagai tantangan, seperti kualitas data yang kurang baik hingga sedikitnya kemampuan teknis.

Selain itu, saat itu juga belum ada proses dan alat untuk memantau kualitas data, infrastrukturnya masih belum memadai untuk skala bisnis yang diinginkan, belum punya kemampuan analisis data yang advance, data yang ada masih terserak (masih ada silo data) alias belum terintegrasi, juga rencana pengembangan yang masih terfragmentasi serta belum dikelola dan diatur secara terpusat di tingkat korporat.

Belum lagi di luar sana, perkembangan teknologi sedemikian pesat sehingga perusahaan perlu beradaptasi. Chui Yng Chen memandang hal tersebut sebagai kesempatan untuk mendorong kemajuan perusahaan dan meningkatkan kemampuan dalam hal data dan digital. “Terlebih di saat pandemi, kami butuh kemampuan baru untuk terus mendorong kinerja,” ujar Chui Yng Chen. Maka, pihaknya merasa perlu melakukan data transformation dan people transformation di Danone Indonesia.

Dalam menjalankan program transformasi data, Danone Indonesia memulai dengan menekankan pemahaman tentang peran krusial data. Hal itu penting sebagai fondasi agar semua tim memiliki visi yang sama mengenai data dan model operasi yang dapat mendukung aspirasi bisnis Danone Indonesia. Lalu, Chui Yng Chen juga merasa perlu untuk fokus membangun fondasi data dengan berinvestasi mengembangkan SDM yang bagus di bidang manajemen data (data talent), infrastruktur, hingga governance. Sejak awal mereka pun sudah berpikir bahwa mereka harus memiliki kasus-kasus penggunaan strategis sebagai jangkar untuk membangun fondasi data yang layak ―dilihat dari sisi visi, kesiapan data (data readiness), teknologi, dan investasi.

Tak lupa, dalam menjalankan program transformasi, pihaknya mengedepankan upaya inovasi dan implementasi yang bersifat luwes dan kolaboratif sehingga memungkinkan seluruh pihak yang terlibat bisa belajar dan berkembang dengan cepat. Dalam hal ini, salah satu kunci penting yang juga dikembangkan yaitu dukungan kepemimpinan yang kuat terhadap program transformasi data yang memang sarat dengan pelibatan dan kolaborasi lintas tim (divisi).

Dijelaskan Chui Yng Chen, salah satu bukti tingginya komitmen Danone Indonesia agar sukses dalam mengimplementasikan agenda transformasi data adalah pihaknya membentuk tim (divisi) baru yang khusus menangani data, dinamakan Data, Strategy & Solutions (DSS). Tak main-main, tim DSS dikepalai seorang direktur (DSS director) yang bertanggung jawab langsung kepada CFO korporat. Tugas tim DSS: menjadi divisi khusus yang membantu perusahaan membangun fondasi data yang terbaik di kelasnya.

Peran dan posisi tim DSS memang sangat strategis, dan tim ini harus memandang dalam perspektif yang holistik untuk kepentingan pengembangan Danone Indonesia. Secara umum, direktur DSS membawahi tiga pilar strategis dengan fungsi yang berbeda, yakni data governance, data management, serta data analytics. Kemudian, untuk memuluskan program transformasi data, selain mengembangkan cara menggunakan data, DSS juga mentransformasi anggota timnya dan mendorong terwujudnya tim yang berkinerja tinggi (high-performance team/HPT).

Menarik mengamati bagaimana tim DSS bekerja. Tim ini menerapkan cara kerja yang sangat agile. “Bisa dipastikan, tim DSS merupakan tim pertama yang beroperasi 100% secara agile dan menjadi contoh bagi unit lain,” kata Chui Yng Chen yang pernah bekerja di Ernst & Young ini. Tim ini beroperasi dalam skuad yang kompak dan memiliki tujuan yang sama.

Tim DSS pun sudah bekerja dengan konsep OKR (Objective and Key Result) ―sebagai pedoman program serta inisiatif mereka― dan merupakan tim pertama di Danone Indonesia yang menerapkan OKR. Untuk memaksimalkan kinerja, tim ini pun telah menggunakan tools kolaborasi baru, seperti Azure Dev Ops, Confluence, Slack, dan Teammod.

Di Danone Indonesia, proses transformasi keuangan juga menarik karena tak hanya melibatkan pekerjaan transformasi data, tetapi juga transformasi karyawan/SDM Finance (people). Dijelaskan Chui Yng Chen, setiap hari tim Finance menghadapi berbagai karyawan lintas departemen. “Tim Finance berkomitmen menjadi strategic business partner untuk karyawan di departemen lain agar dapat menginspirasi kemajuan bersama,” katanya. Untuk itu, karyawan divisi Finance harus siap pula menjadi penggerak kemajuan sehingga juga mesti melakukan transformasi.

Dalam hal ini, tim Finance mentransformasi karyawan dan terus memberdayakan mereka melalui serangkaian upaya. Sebagai contoh, berkomitmen mengembangkan HPT, baik dari sisi budaya maupun cara kerja. Ya, bisnis memerlukan kecepatan, kelincahan, dan akurasi.

HPT sangat dibutuhkan untuk membentuk budaya dan cara bekerja baru. Budaya baru yang dimaksud ialah model karyawan dengan motivasi tinggi yang mampu bergerak dan melampaui batas secara mandiri, memiliki komitmen untuk bekerja dengan positif, serta mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab yang tinggi.

Dari sisi cara kerja, Danone Indonesia ingin memiliki SDM yang excellent dalam manajemen kinerja dan menentukan objektifnya. Setiap anggota tim tahu apa yang harus dilakukan setiap hari dan tahu bagaimana meminta bantuan bila diperlukan. Lalu, dari sisi komunikasi, harus transparan dan terbuka, serta saling mendukung.

“Tak hanya itu, mereka juga harus mengembangkan jiwa entrepreneurship dalam konteks selalu bergerak dengan ide-ide baru dan pengembangan,” Chui Yng Chen menegaskan. Setiap individu di tim Finance diharapkan memiliki komitmen untuk mengimplementasikan nilai-nilai tersebut.

Yang pasti, tim Finance terus mengumpulkan masukan dari semua pihak untuk memastikan cara kerja HPT benar-benar diimplementasikan sehari-hari. Salah satu masukan yang sudah ditindaklanjuti: perlunya dilakukan coaching reguler. Program coaching reguler ini sudah diimplementasikan, bahkan dimasukkan dalam KPI manager.

Metodologi coaching mengacu pada agenda HPT, seperti objektif, hambatan, tantangan, masukan, dan eksplorasi ide. Untuk membangun HPT, karyawan juga diajak aktif dalam berbagai aktivitas. Mereka selalu didorong untuk terkoneksi dengan anggota tim dan jajaran pimpinan, punya kepedulian terhadap anggota tim lainnya dan memperlakukan mereka seperti keluarga, serta memberdayakan anggota tim.

Chui Yng Chen merasa salut bahwa hingga titik ini program transformasi yang dipimpinnya bisa bekerja dengan baik dan sesuai dengan rencana, baik dari sisi people transformation maupun data transformation. Dari sisi pengembangkan karyawan di tim Finance, misalnya, tampak sekali mereka sudah semakin siap dan selaras dalam mencapai visi dan tujuan Danone 2030. Baik itu terkait terealisasinya sustainable growth yang superior, kesuksesan bertransformasi dalam dunia yang selalu berubah, maupun dalam hal membangun impact ke stakeholders.

Dari sisi transformasi data pun, hasil-hasil itu tampak nyata. Contohnya, ditopang oleh kepemimpinan yang kuat, tim DSS berhasil mengeksekusi berbagai agenda transformasi, seperti dalam hal meningkatkan kolaborasi antartim, mengisi gap dan meminimalkan setiap hambatan dalam pemanfaatan dan pengembangan data, serta dalam hal mengembangkan cara-cara kerja baru.

Tak hanya itu, transformasi data juga berhasil membawa nilai bisnis dan mentransformasi cara kerja secara signifikan. Antara lain, mampu mengubah silo-silo dalam organisasi ―baik dari sumber daya, cara kerja manual, maupun kualitas data yang rendah― menjadi kultur yang lebih kolaboratif, agile, dan terbaik di kelasnya. Selain itu, cara kerjanya pun sudah terotomasi dan karyawan punya rasa memiliki yang tinggi.

Proses transformasi data di tim Finance juga tampak sangat efektif dilihat dari berbagi output riilnya. Misalnya, berhasil men-deliver dua Role Model use case, mengembangkan data analitik platform berbasis cloud, dan penerapan tata kelola Data atau Data Governance, semua dengan tingkat implementasi yang 100% agile. Bahkan, berhasil pula memberdayakan nilai data dan analitik sebesar 810.000 euro pada 2021 (year-to-date).

Ditanya tentang kunci sukses transformasinya, Chui Yng Chen berterus terang. “Saya pikir, kuncinya adalah kemampuan menganalisis situasi dan meluncurkan solusi terbaik. Kita perlu mengetahui celah dan peluang diri kita sendiri, tim kita, dan perusahaan sebelum kita dapat menentukan apa yang perlu diterapkan untuk memperbaiki situasi,” ungkapnya.

Kunci lainnya, perubahan yang dimulai dari dalam. Dalam membangun tim berkinerja tinggi dan budaya departemen baru, pihaknya memulai dari anggota tim Finance itu sendiri.

“Last but not least, transformasi membutuhkan upaya dari semua orang, tidak hanya tim Finance. Jadi, kami mendorong orang lain untuk bergabung dengan gerakan ini,” kata Chui Yng Chen tandas.

Sebab itu, mendorong partisipasi semua karyawan merupakan hal yang sangat penting. Agar tim lain mau berpartisipasi, perlu melibatkan leadership team, memiliki panduan dan arahan yang jelas, mau mendengarkan dan mengambil tindakan dari berbagai umpan balik yang masuk, serta mau melakukan aktivitas employee engagement untuk menjaga semangat dan energi tim sepanjang tahun. “Jangan lupa, perlakukan juga tim sebagai satu keluarga besar yang saling mendukung,” demikian pesan Chui Yng Chen.

Chui Yng Chen optimistis masa depan transformasi yang digalang timnya akan sangat cerah. Ia yakin, tim Finance bisa menjadi mitra bisnis strategis yang akan mendukung seluruh tim lain di Danone Indonesia dalam menciptakan nilai (create value) untuk semua stakeholder.

Selain itu, ia pun yakin, tim Finance juga mampu menjadi navigator dalam proses transformasi yang akan bisa me-leverage data dan teknologi, serta menginovasi model bisnis baru perusahaan. Dan, tentu saja, akan mampu pula mendukung lahirnya tim yang berkinerja tinggi (high-performance team) di perusahaan yang selalu bekerja penuh motivasi dan punya engagement tinggi.

Bagaimana dengan perusahaan Anda? §


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved