Business Update

Kesalahan Terbesar dalam Merekrut GM dan Direktur

Kesalahan Terbesar dalam Merekrut GM dan Direktur

Menurut Coach Yusman, sapaan akrab lulusan Curtin University, Perth, Australia ini, berdasarkan pengalaman selama 9 tahun lebih menjadi pelatih bisnis dan advisor untuk lebih dari 150 pengusaha Indonesia, salah satu tantangan yang paling sering dihadapi owner maupun CEO perusahaan adalah sulitnya mencari orang yang tepat di posisi tinggi manajemen.

Efek yang paling merugikan dari mendapatkan orang tidak tepat adalah ketika akan melakukan ekspansi bisnis, pengusaha atau CEO tidak memiliki orang-dalam (tim internal) yang cukup kompeten dan bisa dipercaya untuk menjabat posisi yang diperlukan.

Yusman Susanto, ActionCOACH.

Yusman Susanto, salah satu pelatih bisnis dan advisor paling senior dari ActionCOACH, menyebutkan ada 8 kesalahan terbesar dalam mencari seorang Manajer Senior (GM) sampai Direktur yang kerap terjadi.

“Ekspansi bisnis selalu berawal dari munculnya kesempatan baik (business opportunity) dan jarang terjadi. Ketika kesempatan tsb muncul, maka ecepatan dan kesiapan dalam bertindak oleh owner atau CEO bisa menjadi salah satu kunci perusahaan berkembang pesat hanya dalam waktu singkat dan bisnis bisa naik level,” kata Coach Yusman, salah satu pelatih bisnis paling senior di ActionCOACH Indonesia, yang berpengalaman menjadi pelatih bisnis pribadi untuk lebih dari 150 pengusaha Indonesia, antara lain Sunpride (perusahaan buah terkemuka), Transporindo (logistik), Inti Solar (pemanas air tenaga surya), dan Naga Jaya (perkayuan).

Tapi dengan adanya tantangan kekurangan orang dalam yang kompeten, owner atau CEO harus mencari kandidat di luar perusahaan. Dalam merekrut kandidat di luar perusahaan, biasanya tingkat keberhasilan hanya 25% saja. Artinya rata-rata sebuah perusahaan perlu merekrut sampai 4 kandidat baru bisa menemukan satu yang cocok. Dan biasanya menghabiskan waktu paling sedikit setahun.

“Ini yang saya namakan salah rekrut. Setelah direkrut, hasil kerja tidak sesuai harapan. Gaji yang dibayarkan (dari 3 bulan sampai 1 tahun gaji) akhirnya sia-sia dan belum lagi dihitung waktu yang sudah habis dan kesempatan ekspansi bisnis yang terlewatkan,” tandas Coach Yusman.

Hal itu terjadi karena owner atau CEO melakukan kesalahan dalam proses interview dan pemilihan kandidat. Ada 8 salah rekrut yang bermula dari proses wawancara itu. Tapi, untuk kali ini, saya hanya akan membahas 4 kesalahan dulu. Pertama, The Psychic. Tipe pewancara percaya bahwa cara-cara tertentu (bahkan kadang sedikit mistis) bisa menebak performance atau personality seoarang kandidat dalam sesi interview, seperti menggunakan foto aura untuk melihat apakah kandidat tertentu cocok di posisi keuangan perusahaan; melihat kecocokan Shio atau horoskop kandidat daripada kecocokan pengalaman dan keahlian kandidat; menggunakan indra keenam atau feeling; dll.

Kedua, The Good Chat. Tipe pewancara ini memilih kandidat karena faktor ‘enak ngobrol’, ‘cocok chemistry-nya’, ‘nyambung pembicaraan’ dan bahkan lebih memilih orang yg datang dari satu kampung/daerah yang sama dengan si pewancara. Bukannya faktor ‘kecocokan’ ini tidak boleh, tetapi faktor ini terlalu sering dipakai penentu dalam menentukan kandidat yang tepat dan akhirnya faktor kompetensi dan pengalaman malah dinomorduakan.

Ketiga, The Assessment Lover. Banyak owner, CEO, maupun HRD manager terlalu tergantung dengan assessment untuk mengetahui sisi lain dari si kandidiat. Assessment yang sering dipakai adalah berbagai jenis psikotes, tes IQ, tes EQ, aptitude tes, dan personality assessment (cth: DISC personality assessment atau Myer Briggs). “Menggunakan tes-tes seperti di atas sah-sah saja dan saya sendiri menggunakan dan sudah Certified DISC practitioner. Yang menjadi kesalahan besar adalah ketika kita menggunakan assessment sebagai penentu utama dalam menentukan kandidat yang tepat,” kata Coach Yusman.

Keempat, The Fortune teller. Tipe pewancara ini memiliki pertanyaan interview seperti contoh: “Jika anda tidak mencapai target kerja 3-bulanan, apa yang anda lakukan dibulan ke-4.” Pertanyaan itu mengacu kepada sesuatu yang bakalan terjadi atau dikenal sebagai “jikalau (what if)” dan semua jawabannya adalah sebuah jawaban teori yang diakui oleh si kandidat akan dilakukan. Pintar menjawab belum tentu pintar dilakukan (No Action Talks Only).

Untuk konsultasi dan informasi lanjut untuk jasa Coach Yusman, silahkan klik coachyusman.com atau email [email protected].


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved