Business Update

LV Vaidyanathan Sosok di Balik Sukses P&G Indonesia Hadapi Pandemi

LV Vaidyanathan Sosok di Balik Sukses P&G Indonesia Hadapi Pandemi

Pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap sektor fast moving consumer goods (FMCG). Namun, hal itu tidak berlaku bagi P&G Indonesia. Perusahaan Home Care dari Amerika Serikat ini berhasil mempertahankan kinerjanya dengan prima di tengah ketatnya persaingan. Produk-produknya tetap eksis di tengah pasar, memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen Indonesia.

LV VaidyanathanPresiden Direktur P&G Indonesia

Adalah LV, Presiden Direktur P&G Indonesia, sosok di balik sukses P&G Indonesia melewati masa krisis akibat pandemi Covid-19 dua tahun belakangan ini. Gaya kepemimpinannya yang kuat mengantarkan P&G seperti sekarang.

LV bukanlah orang baru di P&G. Ia telah bergabung dengan P&G selama 25 tahun dengan segudang pengalaman dan prestasi di bidang penjualan, pemasaran, dan manajemen umum di lima negara. Memulai karier di India pada 1996, sejak 2004 ia bertugas di negara-negara Asia Tenggara. Selama hampir 14 tahun ia menangani pasar Asia Tenggara. Ia merasa dekat dengan Indonesia sejak menjabat sebagai Direktur Penjualan P&G untuk Asia Tenggara yang berbasis di Bangkok.

Ia percaya, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar karena merupakan salah satu pasar terbesar di dunia di semua kategori utama di mana P&G bersaing. Ia pun ingin melanjutkan bagian yang sangat penting, yaitu P&G berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia, dan berkomitmen meningkatkan dampak P&G bagi masyarakat dan perekonomian Indonesia.

“Pasar Indonesia sangat menjanjikan. Ada lebih dari 250 juta penduduk dan juga masih banyak kategori yang berpeluang tumbuh di sini. Jadi, kami sangat antusias dengan prospek kami di Indonesia,” katanya optimistis.

LV sudah sering bekerjasama dengan tim di Indonesia. Ketika menjadi Direktur Penjualan P&G untuk Asia Tenggara, Indonesia ―salah satu negara di dalamnya― sangat menarik perhatiannya. “Secara umum budaya di Asia Tenggara hampir mirip. Tapi, budaya Indonesia tetap memiliki keunikan tersendiri,” ujarnya menilai.

Berkat pengenalannya yang baik terhadap budaya Indonesia itulah, saat bergabung dan mulai memimpin P&G Indonesia tahun 2018, proses adaptasinya berjalan mulus dan lancar. “Bahkan sejak pandemi, saya melihat satu lagi: budaya empati, yang tumbuh sangat baik di sini,” katanya memuji.

Baginya, hal pertama yang paling penting ketika seseorang masuk ke sebuah organsasi sebagai pemimpin adalah tujuan besar yang disiapkannya. Orang pasti akan menanyakan hal itu.

“Maka, ketika saya dipercaya di posisi ini, saya sadar bahwa tujuan terbesar P&G adalah konsumen kami, dan performa brand berpengaruh langsung kepada pilihan konsumen. Kami juga sangat percaya bahwa setiap brand yang dipilih seorang konsumen pasti punya arti penting dalam hidupnya. Jadi, itulah langkah pertama saya,” ungkapnya.

Kemudian yang kedua, komitmen tinggi untuk membangun dan mengembangkan sumber daya manusia. Hal ini penting karena saat karyawan melihat ada komitmen antara pemimpin dan organisasinya, mereka menjadi yakin bahwa mereka ada di tempat yang tepat untuk berkarya. Menurut LV, pemimpin harus bisa mewujudkan hal itu dalam bentuk langkah nyata, serta memastikan setiap orang bisa menerimanya dengan baik sehingga mereka juga akan bangga mampu memberikan dampak positif bagi perusahaan.

Apalagi, sekarang ada tujuh ribu karyawan P&G Indonesia. Ia menilai personal values menjadi sangat penting untuk ditularkan kepada seluruh karyawan. Hal itu dimulai dengan memberikan respek dan empati, yang berarti memimpin dengan kepala dan hati. Ini pun dilakukan dengan cara bekerjasama sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama.

“Itu yang mempersatukan kami semua. Semua merasa seperti keluarga. Saya sudah 25 tahun di P&G, dan di mana pun saya ditempatkan, saya selalu menemukan sahabat dan keluarga,” katanya.

Ia menyadari ketatnya persaingan bisnis consumer goods di Indonesia. “Iya, kami menyadari hal itu, tetapi fokus kami bukan ke kompetisi. Kami fokus pada bagaimana memahami konsumen kami, memahami apa yang mereka butuhkan, memahami apa saja masalah atau pekerjaan yang bisa mereka bereskan dengan bantuan produk kami. Itulah tugas kami yang paling penting dan itu yang kami lakukan di setiap negara tempat kami beroperasi,” ungkap peraih gelar Insinyur dan MBA dari Institut Manajemen India Ahmedabad di Gujarat, India ini.

Baginya, konsumen ibarat bos dan ditempatkan sebagai pusat bisnis. Dengan demikian, ketika mengetahui apa yang dibutuhkan konsumen, pihaknya akan menciptakan produk yang bisa memenuhi kebutuhan mereka dengan nilai yang unggul. “Itu yang kami kerjakan di setiap negara. Jika kami hanya terobsesi dengan kompetisi, justru hal yang penting malah akan terlupakan, yakni kebutuhan konsumen,” katanya.

Itu sebabnya, perusahaan ini mengalokasikan banyak waktu untuk memahami segala aspek konsumen, mulai dari apa saja kebutuhan dan kebiasaan mereka. Juga, melihat secara lebih spesifik, yakni konsumen di setiap kategori produk: apa produk yang saat ini sedang dia gunakan, apa saja yang membuatnya puas, dan apa saja yang membuatnya tidak puas.

Untuk mengetahui sedalam itu, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk memahami konsumen sebagai pribadi dan memahami konsumen melalui kategori produk yang dia pakai. “Tapi, sekalinya kami mendapatkan insight itu, kami bisa kembangkan produk yang mereka butuhkan,” ujarnya.

Salah satu contoh yang berhasil dilakukan P&G adalah ketika ada konsumennya di Semarang, Jawa Tengah, yang mengaku kalau beraktivitas dari pagi, ketika menjelang sore rambutnya akan mengalami suatu kondisi yang dia sebut “lepek”. Dari situ, P&G kemudian mengembangkan produk Pantene Anti-Lepek.

Contoh lainnya yaitu ketika ada konsumen yang mengeluhkan masalah ketombe, kulit kepala kering, rambut kering, dan batang rambut rusak akibat polusi. Hal ini menjadi acuan P&G mengembangkan sampo yang tepat. “Jadi, insight mereka menjadi acuan kami dalam mengembangkan produk. Kalau kemudian produk itu berhasil di pasar, itu adalah manifestasi dari understanding consumers,” ayah dua anak ini menjelaskan.

Jadi, bagi P&G, fokusnya bukan pada kompetisi, melainkan pada kebutuhan konsumen dan pada bagaimana mereknya jadi pilihan konsumen karena kualitas dan nilainya memenuhi kebutuhan mereka. “Itu yang menjadi concern kami,” ujarnya tandas.

Bagaimana LV memimpin dan membawa perusahaan ini melewati pandemi? Menurutnya, prioritas pertama tentunya memastikan kesehatan dan keamanan karyawan. “Telah 15 bulan pandemi berlangsung, saya bisa bilang semua orang sudah melakukan yang terbaik dan hasilnya memuaskan,” katanya.

Prioritas kedua adalah konsumen. Harapannya, meskipun di tengah pandemi, konsumen tetap menyukai merek P&G dan menjadikannya merek pilihan sehingga produk harus tetap tersedia. Itu sebabnya, perusahaan ini menjaga pabrik tetap beroperasi, serta menjaga distribusi dan stok produknya di semua kanal penjualan. “Dan hasilnya memuaskan, selama 15 bulan terakhir produk P&G tetap eksis di pasar dan orang-orang kami tetap safe,” ungkapnya.

Hal penting lain yang dilakukannya adalah menjaga agar karyawan tetap termotivasi selama pandemi. Caranya? “Kami memberikan empati yang tinggi terhadap situasi yang terjadi. Jadi, kami memimpin dengan empati,” ujarnya. Seperti kondisi ketika perusahaan mengimplementasikan work from home (WFH), ia sangat paham ada banyak hal yang membuat karyawan tidak nyaman karena suasana dan kondisinya tentu sangat berbeda dengan bekerja dari kantor.

Begitu pula ketika selama tiga bulan terakhir mulai diberlakukan work from office (WFO), perusahaan benar-benar menjalankan protokol kesehatan yang sangat ketat. Di antaranya, hanya mengizinkan 25% karyawan yang hadir ke kantor. Tak hanya itu, perusahaan ini pun memberikan fasilitas kesehatan untuk karyawan selama pandemi, seperti pembiayaan medis, rawat inap, dan konsultasi dokter.

Satu hal yang juga selalu dijaganya sebagai pemimpin adalah ikatan dengan karyawan. Setiap minggu, ia sengaja menyediakan jadwal meeting khusus dengan karyawan. Ada juga grup WhatsApp yang bisa untuk berkomunikasi setiap saat, dan seminggu sekali ada semacam town hall meeting online.

“Intinya, saya harus bisa mendengarkan langsung hal-hal terbaru apa yang sedang mereka hadapi dan apa saja masalah mereka. Dan untuk menyelesaikan masalah, kami saling bantu,” ia menjelaskan.

Jadi, pelajaran apa yang bisa diambil dari situasi pandemi ini dan apa strategi LV menghadapi masa pascapandemi? “Dari sejumlah hal, yang pertama adalah belajar beradaptasi dengan cara kerja yang baru di tengah situasi baru. Banyak hal yang tadinya kami pikir penting untuk mengerjakannya dengan tatap muka, sekarang sudah tidak lagi harus tatap muka,” katanya. Contohnya, pelatihan karyawan. Sebelumnya, karyawan harus terbang ke Singapura atau Filipina, sedangkan kini bisa dilakukan secara virtual.

Hal kedua yang bisa diambil pelajaran selama pandemi ini adalah tidak ada pekerjaan yang bisa selesai dengan mengerjakannya sendirian, semua bisa diselesaikan dengan bekerjasama. Dan, pascapandemi nanti, pihaknya akan terus belajar karena situasi selalu berubah dan perlu penyesuaian lagi.

Bicara kinerja P&G selama pandemi, ia mengakui memang ada beberapa kategori pada portofolio produknya yang terdampak dan kinerjanya melambat saat awal pandemi. Namun, seperti yang sudah dijelaskan, ada beberapa hal yang menjadi fokusnya. Pertama, fokus memastikan tidak ada disrupsi pasokan di semua kategori produk P&G yang kinerjanya masih bagus di pasar.

Kedua, tetap mengembangkan inovasi yang bermanfaat dan diterima dengan sangat baik oleh konsumen. Ketiga, mengubah komunikasi pemasaran menjadi membicarakan manfaat kesehatan melalui merek P&G. “Secara keseluruhan kami tetap masih bisa tumbuh selama pandemi ini dan mampu tumbuh dari banyak kategori. Namun, saya tidak bisa membagikan angka-angka spesifiknya,” kata pehobi olahraga yoga dan lari ini.

Salah satu pencapaiannya selama memimpin P&G Indonesia adalah P&G Indonesia sekarang diakui sebagai kekuatan untuk pertumbuhan dan kekuatan untuk kebaikan. “Dan, saya sangat bangga dengan apa yang telah kami berikan sebagai sebuah tim,” ungkapnya.

LV menambahkan, di P&G ada pasangan pilar untuk kekuatan dan pilar untuk kebaikan. Pilar pertama adalah keberlanjutan dan pilar kedua adalah tentang dampak pada masyarakat yang sudah banyak dilakukan P&G Indonesia. Misalnya, komitmen memajukan pendidikan dan memberikan bantuan peralatan untuk tenaga kesehatan sebagai garda terdepan di saat pandemi ini.§


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved