MIS Group

Tedy Agustiansjah, CEO dan Owner MIS Group Membangun Bisnis dengan Gaya Kepemimpinan Transformasional

Tedy Agustiansjah, CEO dan Owner MIS Group Membangun Bisnis dengan Gaya Kepemimpinan Transformasional

Multi Inti Sarana Group (MIS Group) adalah korporasi yang bergerak di bidang utama transportasi premium di bawah PT Multi Inti Transport dan penambangan timah di bawah PT Multi Inti Resources Sejahtera (MIRS). Beroperasi sejak 1997, hingga sekarang MIS Group terus mengembangkan bisnis-bisnis baru yang di bawah anak-anak usaha.

Di antaranya, MIRS kini juga mengoperasikan kapal isap produksi untuk aktivitas penambangan timah lepas pantai melalui kerjasama kemitraan dengan PT Timah Tbk. Kemudian, mengembangkan bisnis digital di bawah PT Multi Inti Digital Bisnis yang menaungi lima anak perusahaan, dan bisnis berbasis syariah (sharia-based business) di bawah PT Multi Usaha Syariah yang menaungi empat anak perusahaan.

Didirikan Tedy Agustiansjah, MIS Group terus menggeliat dan memainkan peran penting dalam laju pembangunan di berbagai wilayah Tanah Air. Transformasi bisnis menuju grup usaha berbasis teknologi informasi dan inovasi mengukuhkan kehadiran MIS Group sebagai entitas bisnis terkemuka dengan gaya kepemimpinan transformasional.

Tedy Agustiansjah, CEO & Owner MIS Group

Tedy membangun bisnis MIS Group dari bawah. Awalnya, pria kelahiran Bangka, 8 Agustus 1965, ini mulai mendirikan perusahaan pembiayaan. Lalu berkembang dan mulai masuk ke bisnis transportasi, angkutan sampah, kapal isap produksi, dan bermacam bisnis yang ia kendalikan secara pribadi. Contohnya, saat awal membangun bisnis (1997), ia mengoperasikan bisnis secara individual dan mandiri lewat bisnis pengelolaan sampah, bekerjasama dengan Pemerintah DKI Jakarta, dan pengadaan bus untuk Transjakarta.

Setelah bisnisnya makin berkembang, pada 2017 mantan direktur di Bank Dewa Rutji ini mulai mempertimbangkan untuk membangun perusahaan yang lebih tersistem dan profesional. “Dengan berjalan selama 21 tahun, saya melihat jika saya menjalankan bisnis dengan cara seperti ini, sepertinya akan tergantung pada saya atau one man show. Saya merasa ini merupakan satu kelemahan untuk bisa berkembang lebih pesat lagi,” kata Chairman MIS Group ini mengungkap tantangan yang dihadapinya sebelum mentransformasi bisnis.

Pada 2017, ia bertemu dengan KPMG, konsultan finansial yang berbasis di Singapura. KPMG bersedia membantunya dalam memformulasikan usaha MIS Group menjadi korporasi yang memiliki fondasi yang kuat dan dikendalikan oleh orang-orang yang profesional. Di 2017 tersebut, pihaknya melakukan audit forensik dan timbullah satu platform untuk lima tahun ke depan.

Kemudian, Tedy juga disarankan meng-hire headhunter untuk mencari tenaga profesional yang sudah sesuai kelasnya. “Dalam waktu singkat, saya bisa merestrukturisasi MIS Group dengan branding yang baru dan lebih bersifat korporasi dibanding individualistis,” katanya menceritakan.

Saat itu, MIS Group sudah memiliki program lima tahunan dan di 2018 telah merekstrukturisasi semua bisnisnya. Tidak mengherankan, di awal 2020 ini, semuanya sudah “berlari” dengan format yang tidak berpatokan pada Tedy saja, tetapi berpatokan pada sistem, punya visi dan misi yang jelas, serta ada talenta yang masuk ke level yang cukup bagus. Maka, MIS Group bisa berkembang secara simultan dan brand-nya bisa terangkat dengan baik.

Selain itu, Tedy pun bisa mengendalikan organisasi ini dengan lebih baik, lebih jelas, lebih terarah, dan terukur. Beban yang ia tanggung juga tidak berat, karena sudah didistribusikan ke orang lain (karyawan). Mereka juga independen dalam bergerak. “Saya tidak banyak memberikan pengarahan, karena mereka memang sudah profesional dan ahli di bidangnya,” ucap lulusan California State University Bakersfield Amerika Serikat ini.

Tedy menjelaskan, transformasi yang dilakukannya adalah pertama, mengubah bisnis yang awalnya bersifat individualistis atau family-based oriented menjadi profesional korporasi. Kedua, melakukan transformasi berbasis digital. “Kami masih banyak belajar, ide inovasinya sudah ada. Hanya saja, masih kami diskusikan dengan tim untuk melihat handicap (rintangan), berapa lama korporasi ini dapat bertahan, bagaimana ke depannya, inovasi apa yang bisa kami lakukan, dan bagaimana sistem manajemennya,” katanya. Penggunaan teknologi juga harus dilakukan untuk membantu manajemen puncak dan kehidupan economic system di korporasi ini.

Ia mencontohkan transformasi digital yang sudah dilakukan MIS Group, seperti sistem data keuangan yang sudah real-time dan sudah melakukan sistem integrasi data keuangan di seluruh perusahaan ini. Lalu, viewer resources yang dapat dikontrol dengan teknologi. “Kami akan merapikan infrastruktur, profiling masing-masing orang. Baru kemudian kami akan menggunakan teknologi biometrik, dll, untuk mengetahui behaviour setiap orang dan bagaimana dia melakukan suatu pekerjaan, bagaimana hubungan dia dengan diri sendiri dan tim. Kami akan mencari teknologi untuk membaca perilaku ini,” ungkap Tedy. Data yang dikumpulkan setiap hari akan mendapatkan data dan benang merah yang jelas tentang bagaimana kinerjanya. Artificial intelligence (AI) pun diperlukan untuk memberikan rekomendasi.

Dalam memberdayakan 470 karyawannya, Tedy sangat menekankan agar mereka menjadi Insan MIS dengan menganggap perusahaan ini sebagai rumah mereka sendiri. Itu sebabnya, setiap tahun perusahaan ini rutin mengadakan pertemuan di Jakarta bagi seluruh karyawannya yang tersebar di Indonesia untuk bersilaturahmi. “Itu termasuk peran saya menjadi seorang penyelaras. Saya harap, ke depan hal itu dapat selaras dengan sendirinya,” ujarnya.

Tedy juga menekankan, sebagai pemimpin harus memiliki peran yang seimbang, yaitu sebagai perintis, penyelaras, pemberdaya, dan panutan. “Semuanya harus seimbang dan melakukan semuanya. Tidak bisa kita memperkuat salah satunya dan melupakan yang lain,” katanya menegaskan. Hal tersebut juga ia tekankan pada para CEO di lingkungan MIS Group yang memiliki berbagai macam karakter, seperti ada yang agresif atau taktis. Ia juga menekankan perlunya penerapan Good Corporate Governance (GCG) agar grup perusahaan ini bisa berjalan dengan baik.

Soal terobosan yang sudah dilakukan, Tedy menjelaskan, pertama, perubahan drastis dari perusahaan tanpa sistem menjadi perusahaan tersistem. Kedua, transformasi. Dengan transformasi ini, tanggungjawab dari yang hanya terpaku pada Tedy sendiri, menjadi tersebar kepada para CEO di MIS Group dan mereka dapat bekerja secara independen.

Ketiga, inovasi. Contohnya di bidang digital, MIS Group telah membuat berbagai inovasi. Bahkan, perusahaan ini pun telah membuat lima startup dengan mengembangkan empat aplikasi yang sudah diluncurkannya. Pertama, Loyalti Apps yang diberi nama Privilege ID (di bawah PT Sistim Digital Loyalti Indonesia), yang diluncurkan lebih dari satu tahun. Loyalti Apps telah digunakan oleh berbagai koperasi binaan/mitra perusahaan ini. Keuntungan aplikasi ini, member bisa masuk ke executive lounge, hotel, dll.

Pengembangannya di 2020, aplikasi ini bisa digunakan di luar MIS Group atau oleh perusahaan/institusi lain untuk menjaga relasi dengan konsumennya. “Inovasi ini belum pernah ada di Indonesia. Ini pertama kali, sehingga kami optimistis aplikasi ini bisa berkembang dengan baik,” kata Tedy yakin.

Kedua, capsule bus di bawah PT Multi Inti Digital Transportasi. Ini merupakan perusahaan digital angkutan kota. Kendaraan ini merupakan yang pertama diizinkan oleh Pemerintah Kota Jambi untuk beroperasi di kota itu. Konsepnya, ini adalah angkutan kota berbasis aplikasi. Masyarakat yang telah melek digital bisa memantau pergerakan busnya dan bisa memesan busnya di mana saja. Saat ini, perusahaan ini telah meluncurkan 28 bus dan akan bertambah sebanyak 100 bus di Mei 2020, sesuai dengan kebutuhan kota tersebut.

“Saat ini, kami telah menawarkan ke kota-kota lain,” kata Tedy. Rencananya, perusahaan ini akan berekspansi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Palembang karena kota-kota tersebut memiliki problem kemacetan dan tingkat pemakaian kendaraan pribadinya juga tinggi.

Ketiga, di bidang eRecycle di bawah PT Multi Inti Digital Lestari. MIS Group memiliki latar belakang membantu Pemerintah DKI Jakarta dalam mengelola sampah pada 1997. Saat ini ada masalah besar, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia, yaitu masalah sampah plastik. Kemudian, orang juga malu kalau menjual sampah, terutama kalangan menengah-atas. Padahal, di luar negeri sudah biasa. Itu sebabnya, perusahaan ini membuat aplikasi bernama eRecycle dan telah diuji coba di wilayah Jakarta Timur.

Masyarakat bisa mengunduh aplikasi tersebut, dan kemudian bisa menjual sampahnya dengan menggunakan QR Code. “Mereka memiliki mekanisme dalam menjual sampahnya kepada perusahaan. Ketika sudah ada perkiraan harga, mereka bisa memanggil mobil kami (armada khusus) untuk menjemput langsung ke rumahnya sehingga mereka tidak malu lagi menjual sampah,” tuturnya. Sampah plastik oleh MIS Group didaur ulang menjadi biji plastik, kemudian dijual ke industri yang membutuhkannya dengan harga yang lebih murah.

Keempat, e-logistic. Ini platform B2B bagi perusahaan untuk kebutuhan logistiknya seperti pada proses delivery produk, dan platform ini sudah beroperasi.

Kelima, coopRASI. Aplikasi ini masih dalam tahap pengembangan. Intinya, koperasi simpan-pinjam ini bisa berada di satu platform sehingga antar-anggota atau koperasinya bisa berinteraksi. “Inovasi ini mengantarkan kami menjadi juara 1 dalam acara Harkopnas Expo di Purwokerto yang diinisasi Kementerian Koperasi dan UKM,” kata Tedy bangga. Semua aplikasi dibuat sendiri karena MIS Group memiliki perusahaan digital dan memiliki 100 lebih programmer.

Inovasi juga akan dilakukan anak perusahaan MIS Group lainnya, yaitu PT Multi Usaha Syariah yang membidangi halal food melalui toko halal. Toko halal ini akan dikembangkan ke seluruh Indonesia dengan target tahun ini sebanyak 200 toko. Toko halal pertama dan training center-nya akan diluncurkan dekat dengan Masjid Kubah Emas, Depok. Target pasar awal toko halal ini adalah anggota koperasi mitra MIS Group. Grup usaha ini berafiliasi dengan beberapa koperasi di Indonesia; anggotanya hampir 1.400 dari kelompok menengah-atas. “Perkiraan investasi satu toko halal berkisar Rp 500 juta-1 miliar,” ucap Tedy. Selain toko halal, perusahaan ini juga akan membuka lab halal dan food court halal.

Mengenai target pertumbuhan tahun ini, Tedy menjelaskan, di bidang multitransport, saat ini ada 550 armada, Targetnya, tahun ini bisa mencapai 1.000 armada. Untuk kapasitas produksi di industri pertambangan timah, pihaknya akan menambah kapal isap produksi sebanyak tiga unit sehingga total kapal yang dimiliki perusahaan ini menjadi lima unit.

Untuk capsule bus, saat ini pihaknya masih beroperasi di satu kota. “Tahun ini bisa tambah empat kota lagi,” ujar Tedy optimstis. Kemudian untuk Privilage ID, ia berharap bukan hanya perusahaannya yang menggunakan, tetapi bisa digunakan oleh tiga perusahaan lain lagi yang memiliki 10 ribu anggota.

Beralih ke eRecycle, Tedy berharap bisa ekspansi ke lima kota lainnya tahun ini, bukan hanya Jakarta. Adapun untuk e-logistics, ia berharap ada penambahan korporasi yang bergabung, tidak hanya lima. Tahun ini ada 20 korporasi yang bergabung. Untuk CoopRASI, saat ini perusahaannya sedang melakukan uji coba dengan beberapa koperasi di Kalimantan Barat. Targetnya, tahun ini bisa mencapai 100 koperasi yang menggunakan aplikasi tersebut.

Untuk bisnis Multi Usaha Syariah, Tedy berharap bisa membangun sekitar 300 toko halal dan food court-nya bisa berada di lima wilayah di kota-kota besar. Sementara lab halalnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Untuk investasi, pihaknya akan banyak mengeluarkan dana untuk bisnis transportasinya. Hal ini untuk membeli mobil sendiri. Rencana penambahannya 450 unit dengan rata-rata Rp 500 juta harga per unit kendaraan. Adapun capsule bus harganya lebih mahal, satu bus mencapai Rp 2 miliar. Namun, sebenarnya di bisnis capsule bus ini konsepnya adalah mitra. “Jadi, ekspansi ini tidak kami biayai sendiri. Tetapi, bermitra dengan koperasi yang ada. Mereka boleh memiliki capsule bus sehingga kami bisa melakukan ekspansi tanpa capital expenditure (capex) yang besar,” ungkap Tedy.

Sementara untuk eRecycle, investasinya relatif tidak terlalu besar karena pihaknya hanya membutuhkan sewa gudang dan truk kecil. Mesin pengolahan plastik menjadi biji plastik pun relatif tidak mahal, yaitu sekitar Rp 1 miliar. “Kalau target kami ada di lima kota lannya, kami hanya menghabiskan Rp 5 miliar,” ucapnya.

Lalu, untuk kapal isap produk, tidak terlalu banyak. Investasi untuk satu kapal isap Rp 20 miliar sehingga kalau ditambah tiga kapal lagi pihaknya akan mengeluarkan dana Rp 60 miliar. Dengan berbagai rencana tersebut, bisnis MIS Group akan semakin menggurita ke depan. (*)

Author : Dede Suryadi dan Anastasia Anggoro


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved