Business Update

Novita Widya Anggraini Memastikan Resesi Global Tak Berdampak Signifikan

Novita Widya Anggraini Memastikan Resesi Global Tak Berdampak Signifikan

“Pertumbuhan yang kami capai ini merupakan buah dari transformasi yang selama ini dicanangkan.” Novita Widya Anggraini, Direktur Keuangan BNI

Meskipun persaingan di bisnis perbankan nasional cukup ketat, PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) mampu terus mencatat pertumbuhan kinerja yang solid. Pada semester I/2022, BNI membukukan laba bersih Rp 8,8 triliun atau naik 75% secara year on year (YoY).

Penyaluran kredit bank ini juga meningkat 8,9% menjadi sebesar Rp 620,42 triliun. Adapun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai angka Rp 691,84 triliun atau naik 7%, dengan rasio CASA (dana murah) mencapai 69,2% dari total DPK.

Novita Widya Anggraini, Direktur Keuangan BNI

BNI juga membukukan laba operasional sebelum pencadangan atau pre-provision operating profit (PPOP) sebesar Rp 17,2 triliun, tertinggi dalam sejarah kinerja perseroan ini. Sementara net interest margin (NIM) di kisaran 4,7%, dan ditopang oleh pendapatan nonbunga sebesar Rp 7,55 triliun atau naik 11% YoY.

Pencapaian yang gemilang tersebut tidak lepas dari peran Novita Widya Anggraini sebagai Direktur Keuangan BNI yang berkiprah sejak September 2020. Menurutnya, performa tersebut merupakan hasil dari sejumlah strategi yang dicanangkan. Mulai dari strategi pertumbuhan bisnis secara selektif dan bijaksana, konsistensi dalam eksekusi program transformasi yang berfokus pada perbaikan kualitas kredit dan manajemen risiko, percepatan transformasi digital, dan penguatan kinerja perusahaan anak.

“Pertumbuhan yang kami capai ini merupakan buah dari transformasi yang selama ini dicanangkan,” ujar Novita, yang sebelumnya menduduki jabatan SVP Strategy & Performance Management dan SVP Accounting PT Bank Mandiri Tbk.

Dengan mengandalkan strategi-strategi itu, Novita yakin pertumbuhan kredit BNI akan tetap positif dan angka return on equity (RoE)-nya akan berada di atas 18% pada tahun 2025. Ia menegaskan pula bahwa strategi pertumbuhan BNI akan fokus pada perbaikan portofolio kredit dengan menyasar sektor-sektor yang memiliki risiko lebih rendah.

Menyadari bahwa kini perbankan tidak bisa lagi mengandalkan pendapatan bunga, Novita juga mengungkapkan bahwa awak BNI mentransformasi perannya, tidak hanya sebagai lender, tapi sebagai banker yang memberikan solusi. Maksudnya, para bankir BNI tidak lagi hanya berjualan suku bunga, karena akan sangat mudah kehilangan market share; melainkan lebih fokus pada layanan nonbunga.

“Strategi ini akan terus kami bawa ke depan karena terbukti cukup resilient di tengah kondisi suku bunga yang naik-turun,” kata wanita kelahiran 1976 tersebut.

Menyikapi tantangan ke depan, termasuk situasi ekonomi global yang sedang dalam kondisi resesi, BNI bersiap dengan sejumlah strategi.

Pertama, menjalankan digitalisasi. Langkah yang dilakukan adalah meng-upgrade kapabilitas sistem mobile banking apps dan cash management agar dapat menjadi bank pilihan utama. Menurut Novita, BNI akan terus memperkuat tiga produk champion yang dimilikinya, yakni BNI Mobile Banking, BNIDirect, dan BNI Xpora. “Meningkatkan kompetensi digital akan membawa engagement dari nasabah, tidak hanya didasari pada suku bunga, tapi lebih kepada kualitas layanan kami,” katanya.

Strategi berikutnya, berfokus pada top tier clients dan highly reputable companies untuk mendapatkan portofolio yang berkesinambungan dengan risiko yang rendah. BNI pun menerapkan model bisnis yang menjunjung prinsip ESG, sehingga juga meningkatkan green portfolio.

BNI juga punya strategi keuangan berkelanjutan (sustainable finance) lewat penerbitan green bond (obligasi berwawasan lingkungan). Pada pertengahan tahun ini, bank ini telah menerbitkan green bond senilai Rp 5 triliun, yang kemudian akan disalurkan pada proyek ramah lingkungan dan pembangunan ekosistem hijau.

Hingga akhir Juni 2022, green financing BNI telah mencapai Rp 176,6 triliun atau sebesar 28,6% dari total kredit. Rincian penyalurannya: pemberdayaan UMKM senilai Rp 117,9 triliun, pengelolaan sumber daya alam dan penggunaan lahan berkelanjutan Rp 16,1 triliun, energi baru terbarukan (EBT) Rp 12 triliun, pencegahan dan pengendalian polusi Rp 7,2 triliun, serta pengelolaan air dan limbah Rp 23,4 triliun.

Fokus BNI pada green financing tersebut telah diakui pihak eksternal. Di antaranya, mendapatkan rating A dari Morgan Stanley Capital International (MSCI) ESG Rating dan Top 3 MSCI Indonesia ESG Leader Index.

Sementara itu, dalam hal consumer loan, strategi BNI adalah berfokus pada calon debitur fixed income yang merupakan karyawan perusahaan diamond clients, yang pendapatannya disesuaikan setiap tahun sesuai dengan inflasi.

“Dengan langkah preventif dan mempertimbangkan fundamental keuangan BNI yang jauh lebih kuat daripada pandemi, kami memastikan perkembangan resesi global tidak berdampak signifikan pada kinerja BNI,” ucap Novita optimistis (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved