PLN

PLN Jalankan Transformasi Sistematis di Bawah Koordinasi Transformation Office

PLN Jalankan Transformasi Sistematis di Bawah Koordinasi Transformation Office

PT PLN (Persero) terus berbenah melakukan perubahan besar dalam cara kerja per­usahaan serta tata kelola melalui program transformasi untuk menjawab tantangan per­ubahan zaman. Sebelumnya, BUMN kelistrikan ini telah memetakan secara menyeluruh kondisi perusahaan dan tantangan, baik eksternal maupun internal.

Tantangan eksternalnya mencakup isu-isu dekarbonisasi, desentralisasi, dan digitalisasi, Di samping itu, juga ada tantang­an kondisi internal di mana terjadi oversupply tenaga listrik, dan banyaknya pembangkit PLN yang didominasi bahan bakar fosil.

Rahmi Harhap Trsformation Corporate officer PLN

“Inilah yang mengharuskan PLN mengubah arah strateginya,” kata Rahmi Harahap, VP Perencanaan dan Valuasi Manajemen Transformasi dari Corporate Transformation Office PLN.

Tantangan tersebut juga memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi per­usahaan. Mulai dari adanya tekanan finansial, banyaknya PLTU yang akan retired, ada­nya kebutuhan untuk mening­katkan kompetensi SDM (gap kompetensi), serta munculnya unutilized asset.

Karena itu, pada April 2020, PLN meluncurkan program transformasi yang memiliki empat aspirasi arah perubahan, yaitu Green, Lean, Innovative, dan Customer Focus.

Untuk dapat menwujudkan keempat strategi utama tersebut, PLN membutuhkan strategi pendukung, dari aspek technology advancement, financial sustainability, organization & people, dan national development. “Ini semua yang kami sebut sebagai strategy enabler,” ujar Rahmi.

PLN, menurutnya, telah memetakan sumber daya transformasi secara holistik, dan sinergi dibentuk melalui kolaborasi antara Divisi Transformation Office dan organisasi lini untuk mengawal dan memacu transformasi. Keduanya punya peran dan tugas masing-masing di bawah arahan direktur utama dan direksi. “Pembagian peran utama yang tepat antara organisasi lini dan Transformation Office mendorong deliverability program-program perubahan secara akurat dan terukur,” katanya.

Rahmi memaparkan, Dirut PLN saat ini sudah berperan langsung sebagai Chief of Transformation Officer. Lalu, para direksi bertugas memimpin terobosan bisnis (to lead breakthrough). Di bawah direksi, ada para Breaktrough Leader yang memimpin langsung suatu program breakthrough. Lalu, di bawahnya ada Initiative Owners (IO) yang bisa dari level mana saja.

Untuk mengelola proses perubahannya, PLN memiliki Koordinator di bidang Transformation Facilitator and Communicator, yang berfungsi memonitor dan mengomunikasikan jika terjadi hambatan atau muncul bottleneck di tengah jalan. Transformation Communicator bertugas membangun dan menjaga engagement seluruh insan PLN dalam transformasi ini. Ada pula Koordinator Planning and Valuation untuk menetapkan dan memasukkan KPI dalam organisasi serta memastikan keselarasan antara RKAP/RJPP dan target transformasi.

Roadmap Implementasi Transformasi PLN terbagi menjadi empat fase yang berlangsung setiap enam bulan, yaitu Fase Transformation Practice, Fase Accelerate People & Operations, Fase Realise External Orientation, dan Fase Open, Trusting, Sharing.

Darmawan Prasodjo dirut PLN

Fase pertama, sejak program transformasi dijalankan, adalah memperkuat peran dan komitmen dalam menjalankan program transformasi yang berlangsung selama enam bulan. Di sini ada Awareness Program Transformasi serta Reward & Recognition.

Fase berikutnya, Accelerate People and Operations. Ada dua hal yang difokuskan, yakni penguatan pengelolaan program perubahan dengan mengevaluasi kinerja kar­yawan dan organisasi, serta program talent development untuk pe­ningkatan kapabilitas dan ownership.

Fase ketiga, memupuk budaya perubahan yang fokus pada kepuas­an pelanggan serta mendorong tumbuhnya bottom-up innovation. Dan, fase keempat, mengomunikasikan pencapaian dan keberhasilan program-program transformasi dan menumbuhkan perilaku knowledge sharing.

Dari perjalanan transformasi yang telah dijalankan PLN, pada tahun 2020 lahir 20 breakthrough (BT) dan saat ini menjadi 29 BT, dengan inisiatif mening­kat dari 900 menjadi 1.800. Dari 29 breakthrough tersebut, ada 21 yang berupa program digitalisasi.

Dalam mengeksekusi program transformasi, PLN menggunakan platform WAVE, se­bagai single source of truth dari seluruh laporan perkembang­an program transformasi yang dapat dipantau secara real time, dan dapat termonitor pola deliverability-nya. WAVE ini semacam platform pelacakan (tracking) terhadap dampak yang akan terjadi di masa depan untuk memastikan eksekusi unggul serta pelaksanaan yang berarti untuk program transformasi skala besar.

Bagaimana hasil dan dampak program transformasi ini? Menurut Rahmi, hingga Mei 2022 program transformasi telah memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan, melalui cost reduction dan cost avoidance yang memberikan saving sebesar Rp 23,9 triliun serta additional revenue sebesar Rp 23,2 triliun.

Dampak transformasi berikutnya terlihat pada perbaikan KPI melalui implementasi co-firing sebanyak 32 unit, penambahan kapasitas pembangkit energi baru/terbarukan yang baru sebesar 699,5 MW, dan penurunan response time atas keluhan pelanggan dari 56,1 menit menjadi 23,98 menit. Capaian yang juga tidak boleh dilupa­kan, aplikasi PLN Mobile telah diunduh sebanyak 24,1 juta kali.§

Author : Jeihan K. Barlian & Arie Liliyah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved