PT.Angkasa Pura II

Angkasa Pura II (Persero) Berpacu pada Kurva Kedua Transformasi

Angkasa Pura II (Persero) Berpacu pada Kurva Kedua Transformasi

Semangat continuous improvement tampaknya terus ditunjukkan pimpinan dan karyawan PT Angkasa Pura II (Persero)/AP II dalam menyikapi tantangan bisnis ke depan. Perusahaan pelat merah di bidang pengelolaan bandara ini terus berbenah dan memperkuat diri agar tetap bisa relevan dengan industrinya dan lebih solid dalam menghadapi bisnis yang perkembangannya super dinamis. Salah satu upayanya, terus melakukan transformasi perusahaan menuju cara-cara dan strategi pengelolaan yang lebih baik dan kompetitif.

“Tahun 2020 ini PT Angkasa Pura II (Persero) memasuki kurva kedua transformasi. Kami telah melakukan transformasi kurva pertama sejak tahun 2016,” kata Muhammad Awaluddin, Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero). Pada kurva pertama, banyak hal yang sudah ditransformasi AP II, mulai dari kultur korporat, ketangkasan organisasi, process excellence, digitalisasi, pengembangan portofolio anak usaha, perluasan dan pembenahan bandara, hingga perluasan revenue stream. “Memasuki kurva ke-2 tahun 2020 ini, kami mengusung konsep The Great 2020,” kata Awaluddin.

The Great 2020 yang dimaksud Awaluddin merupakan akronim dari Go global, Resilience in operation, Enthusiasm in service, Accelerating in business, and Talent development. Intinya, AP II akan dihela sehingga mampu bersaing di kancah global, menjalankan operasional bandara dengan ekfektif, dan efisien memanfaatkan teknologi. Selain itu, juga harus bisa memberikan customer experience yang prima dan mampu menciptakan talenta SDM yang dapat bersaing.

Khususnya untuk desain Go global, agar bisa bersaing di kancah global, AP II dipacu harus menerapkan standar global. Sebab itu, layanan dan sistem di perusahaan ini pun diusahakan untuk di-assess oleh lembaga-lembaga pemeringkat internasional seperti Skytrax dan Airport Council Indonesia (ACI). Go global juga dalam bentuk aliansi dengan pemain global.

“Di tahun 2020, kami akan undang global player untuk melakukan joint venture. Tadi malam, kami baru saja mengurus dokumen tender untuk strategic partnership dengan pemain global di Bandara Internasional Kualanamu,” kata Awaluddin. Dengan joint venture tersebut, diharapkan bisa mewujudkan ekspansi, sharing keahlian, sekaligus equity partnership.

Terkait cita-cita Resilience in operation, Enthusiasm in service, dan Accelerating in business, di saat pandemi ini AP II banyak melakukan penyesuaian operasional. “Kami melakukan sejumlah adaptasi,” kata Awaluddin.

Di bidang operasional, selain berusaha menjalankan operasional bandara dengan efektif dan efisien melalui pemanfaatan teknologi, di saat pandemi pihaknya juga patuh terhadap protokol kesehatan dan siap menjalankan berbagai tambahan prosedur. Contohnya, ada layanan yang mendukung physical distancing dengan memberikan pelayanan menggunakan teknologi virtual customer assistant.

Yang menarik, dalam konsep The Great 2020 terdapat tiga program yang dikejar, yakni pengembangan business excellence yang diberi nama The Great Win, lalu human champion yang diberi nama The Great Web, dan customer experience yang diberi nama The Great Wow. Diakui Awaluddin, tak mudah mengembangkan ketiga hal tersebut, apalagi di masa pandemi ini.

Di bidang talent development, AP II ingin membangun jejaring SDM AP II yang mumpuni di industri dan memperkuat SDM untuk menjadi human champion melalui digital exploration. Pengembanngan SDM ini mengedepankan karakter, teknologi, dan inovasi. Dalam mengembangkan talent, pihaknya mengusung core value AP II untuk menciptakan human champion yang juga merefer ke core value BUMN, yakni value “AKHLAK”. Saat ini 70% karyawan AP II berusia di bawah 40 tahun. Mereka akan terus didorong agar paham digitalisasi, infrastruktur, dan kegiatan operasi kebandarudaraan secara efisien.

Lalu, untuk customer experince, tantangannya adalah mengintegrasikan teknologi dan pelayanan. AP II memiliki pelayanan yang banyak, pelan-pelan akan diintegrasikan dengan teknologi, tak cukup dengan cara konvensional dan manual. “Sekarang sudah cukup banyak customer experience kami yang di-engage dengan pemanfaatan teknologi. Contohnya, memberikan rating untuk service atau layanan di bandara, pengguna bisa memberikan tingkat kepuasannya secara langsung,” kata Awaluddin. Pihaknya akan terus mengembangkan teknologi secara terintegrasi dengan mengutamakan aspek safety, security, service , dan enviromental sustainability.

Saat ini kinerja AP II memang ikut terpengaruh pandemi karena pergerakan pesawat mengalami penurunan. Namun, pihaknya sedang mempersiapkan masa recovery nanti dengan strategi yang tepat dan terus digodok. Yang pasti, selama 2019, AP II berhasil mencatatkan pendapatan usaha Rp 11,42 triliun, total aset Rp 45 triliun, dan laba Rp 1,63 triliun.

“Tahun 2019 kami menambah enam bandara sehingga total mengelola 19 bandara dengan kapasitas 86,6 juta penumpang,” Awaluddin menunjuk data. Berbekal pengalaman, kekompakan tim, dan strategi yang agile, tim AP II percaya akan bisa mengatasi tantangan bisnis 2020 secara optimal.

Kini AP II juga sibuk mengembangkan konsep pengelolaan kebandarudaraan yang mengedepankan kolaborasi dan sinergi, termasuk menjalankan konsep Airport Colaborative Decision Making. Selain itu, tahun depan juga akan mendorong ekosistemnya untuk memanfaatkan kelebihan (advantage) transportasi udara, antara lain mengajak kalangan maskapai, AirNav, dan stakeholder lain untuk bersinergi membangun strategi bersama.

Kelebihan transportasi udara yang dimaksud ialah flexibility, capacity, dan connectivity. Awaluddin yakin, dengan mengoptimalkan advantage tersebut, industri kebandarudaraan akan segera rebound dan mampu menemukan kembali momentum pertumbuhannya.(*)

Author : Sudarmadi & Anastasia A.S.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved