Business Update

Waskita Beton Precast Lakukan Transformasi untuk Melesatkan Kinerja

Waskita Beton Precast Lakukan Transformasi untuk Melesatkan Kinerja

Kendati baru berdiri sejak lima tahun lalu, PT Waskita Beton Precast Tbk. (WSBP) telah menorehkan kinerja yang melesat. WSBP didirikan secara resmi sebagai entitas anak usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk. pada 7 Oktober 2014. WSBP adalah perusahaan produksi beton precast dan ready mix dengan kapasitas produksi terbesar di Indonesia.

Kapasitas produksinya pun terus tumbuh dengan cepat. Ketika masih menjadi Divisi Precast Waskita Karya pada 2013, kapastias produksinya hanya 0,62 juta ton per tahun. Kemudian, setelah menjadi entitas perusahaan, tumbuh berlipat ganda menjadi 3,50 juta ton per tahun pada 2018 dan per September 2019 mencapai 3,70 juta ton per tahun. Saat ini, memiliki 11 plant serta mengelola 73 batching plant dan lima quarry. Perusahaan ini pun dalam tempo singkat sudah mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia, yaitu pada 20 September 2016.

Sejumlah proyek besar telah diselesaikan dengan menggunakan produk precast dan ready mix perusahaan ini, antara lain Jalan Tol Benoa Bali, Jalan Tol Gempol-Pasuruan, Jalan Tol Gempol-Porong, Jalan Tol Pejagan-Pemalang paket 1 dan 2, LRT Palembang, Jalan Tol Becakayu seksi 1b dan 1c, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Jalur Khusus Busway Adam Malik, dan underpass Palembang.

“Jadi, kalau dilihat, pertumbuhan kami cukup signifikan, tapi puncak grafiknya hanya sampai di 2018, karena di 2019 sudah agak turun. Sekarang ada kenaikan, tapi sekitar 10% saja dan belum ada perbaikan yang signifikan,“ Jarot Subana, Direktur Utama PT Waskita Beton Precast Tbk., mengungkapkan.

Jarot Subana, Direktur Utama PT Waskita Beton Precast Tbk

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh, pertama, faktor eksternal. Salah satunya, adanya tahun politik 2019. Kedua, kondisi divestasi induk perusahaan yang belum berhasil. “Sementara kami kan masih bergantung pada induk sekitar 70% untuk kontrak-kontrak baru. Nah, itulah yang memengaruhi kontrak kami juga turun,” kata Jarot menjelaskan.

Jika dilihat, kontrak proyek WSBP saat ini sebanyak 65% dari eksternal dan sisanya dari internal. Tahun-tahun sebelumnya, kontrak dari eksternal masih sedikit, yaitu 25-30%, selebihnya dari internal. “Jadi, sekarang komposisinya sudah lebih banyak yang eksternal, terutama yang proyek jalan tol,” ujarnya.

Berbagai kondisi itulah yang melatarbelakangi perusahaan ini mentransformasi bisnis. “Sebenarnya kami sudah berencana melakukan transformasi dari 2018, tapi waktu itu kami belum siap. Jadi harapan saya, awal 2020 ini kami sudah mulai eksekusi lakukan transformasi, khususnya transformasi organisasi,” ungkap Jarot.

Transformasi ini akan dimulai dengan melakukan desentralisasi yang lima tahun sebelumnya ditangani oleh WSBP sendiri. “Kalau seterusnya ditangani pusat, jalannya akan jadi lambat. Maka, kami yang akan lakukan desentralisasi,” Jarot menandaskan. Desentralisasi itu meliputi, pertama dari sisi produk dan layanan, yaitu WSBP akan membuka dan menempatkan empat divisinya di setiap wilayah sesuai pasarnya. Keempat divisi tersebut adalah divisi precast, divisi ready mix, divisi modular konstruksi, serta divisi quarry dan peralatan.

Kedua, dari sisi pemasaran, WSBP akan membuka kantor di dua wilayah, yakni wilayah I di Indonesia bagian barat dan wilayah II di Indonesia bagian tengah dan timur. Kantor Wilayah I yang berada di Jakarta akan membawahkan Sumatera, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Adapun Kantor Wilayah II yang berlokasi di Surabaya membawahkan Jawa tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Papua, dan Indonesia bagian timur. “Jadi, nanti dari masing-masing wilayah mereka report-nya ke kantor wilayah sehingga lebih cepat,” kata Jarot.

Transformasi lainnya adalah pada sumber daya manusia (SDM). “Kunci transformasi kami adalah pada SDM karena yang kami ubah adalah organisasi,” katanya. Dengan transformasi ini, akan ada efisiensi, baik jumlah SDM maupun kualitasnya. Sehingga, bisa saja SDM yang saat ini tidak perform akan diganti sehingga akan ada rekrutmen SDM baru. “Transisi desentralisasi ini tidak mudah. Nanti kalau kami lakukan dan salah kelola, takutnya malah tidak berhasil,” katanya.

Dengan transformasi ini, target kinerja perusahaan ke depan pun akan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Jarot menyebutkan, dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020, target nilai kontrak baru WSBP sekitar Rp 11 triliun, dan penjualan di atas Rp 10 triliun. “Itu target minimal. Kalau transformasi atau transisinya tidak berhasil dalam tiga bulan awal, itu semua tidak akan bisa tercapai. Nah, ini yang kami khawatirkan. Jadi, kami akan ketat melakukan pendampingan dan evaluasinya,” ungkap Jarot serius.

Komposisi target proyek dari eksternal dan internal menjadi 50:50, namun dengan nominal yang bertumbuh lebih besar lagi. Saat ini 65:35. “Nilai proyek dari external market di tahun-tahun sebelumnya sebesar Rp 1 triliun-2 triliunan dan di 2019 sudah mencapai Rp 4,5 triliun. Jadi, growth-nya hampir tiga kali lipat,” Jarot menginformasikan.

Untuk meningkatkan kinerja bisnis, strategi perusahaan ini yaitu terus menggenjot penjualan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pasar eksternal sehingga akan semakin menambah porsinya di pasar eksternal. Saat ini, produk dan layanannya adalah, pertama, beton pracetak (precast), yaitu beton untuk kebutuhan konstruksi yang diproduksi secara khusus menggunakan cetakan press beton dengan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kedua, ready mix (beton curah), yaitu beton yang sudah siap digunakan tanpa perlu pengolahan di lapangan.

Ketiga, quarry, yaitu lokasi pertambangan tanah atau batuan yang digunakan untuk keperluan proyek, seperti tanah material timbunan dan batu. Keempat, jasa konstruksi, yaitu instalasi produk beton yang telah diproduksi. Kelima, post-tension precast concrete, yaitu jasa penarikan sistem komponen struktur pascategang untuk produk yang telah diproduksi, seperti balok jembatan, bangunan gedung, ground anchor, dan jembatan cable stayed.

Strategi lainnya, memaksimalkan tim pemasaran di setiap wilayah. “Ini juga mengapa kami ke depan fokus memperkuat sisi marketing melalui dua kantor wilayah baru. Mereka akan jadi ujung tombak marketing,” kata Jarot. Tim pemasaran yang ditempatkan pun terdiri dari orang-orang yang memiliki pengalaman minimal 15 tahunan. “Itu yang akan kami taruh di level GM,” ujarnya.

Rencananya, untuk memperkuat bisnis dan mendukung bisnis di Indonesia bagian timur, perusahaan ini akan menyelesaikan pabrik di Kalimantan. Kemudian, membangun pabrik di Sumatera bagian utara dan mengembangkan bisnis quarry di Sulawesi dengan menggandeng sebuah perusahaan lokal yang sudah eksis di wilayah tersebut.§

Transformasi Bisnis Waskita Precast

Author : Dede Suryadi & Arie Liliyah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved