Capital Market & Investment

8 Perusahaan Bakal IPO di Kuartal I

8 Perusahaan Bakal IPO di Kuartal I

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut 8 perusahaan berpeluang besar akan merealisasikan rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di kuartal I/2017. Perusahaan yang bakal melakukan IPO ini bergerak di berbagai sektor, antara lain perusahaan ritel, pertambangan, dan konstruksi.

Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, mengatakan, pihaknya berharap sejumlah perusahaan merealisasikan IPO di Maret nanti. “Pada awal Maret ini kemungkinan 2 perusahaan akan IPO,” kata Samsul di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, (31/1/2017).

Perusahaan yang bakal IPO di awal Maret itu bergerak di sektor distribusi mobil dan pelabuhan. BEI menargetkan jumlah perusahaan yang IPO di tahun ini sebanyak 30 perusahaan. Jika rencana IPO di kuartal I itu tecapai, maka jumlah perusahaan yang melantai bursa di tiga bulan pertama pada tahun ini mencapai 28% dari jumlah total target IPO tersebut.

Samsul mengatakan, perusahaan air minum dalam kemasan asal Surabaya akan melakukan mini expose pada Jum’at pekan ini. BEI masih menjajaki perusahaan asing untuk melaksanakan IPO. “Kami masih melakukan pendekatan ke mereka,” tandasnya.

Pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia. (Foto : Vicky Rachman/SWA)

Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 31 Januari 2017 mengalami peningkatan di atas 15% dibanding periode yang sama tahun lalu di level posisi 4.615 poin. Pada penutupan perdagangan Selasa, 31 Januari 2017, indeks turun 8,56 poin, atau setara 0,16 persen ke posisi 5.294 poin. Meski turun, angka indeks secara tahunan masih berada di posisi yang baik dengan meraih peningkatan lebih dari 15%.”Bulan Januari saat ini, bila dibanding dengan Januari tahun lalu, indeks meningkat 15 persen,” ungkap ‎Direktur Utama BEI, Tito Sulistio.

Posisi jumlah transaksi, diakui ‎Tito, juga mengalami peningkatan 43% menjadi 300.203 kali per Januari 2017, bila dibanding posisi akhir Januari 2016 sebesar 209.454 kali. Nilai transaksi harian meningkat lebih dari 12% dari posisi Rp 5,0 triliun di akhir Januari 2016 menjadi Rp 5,6 triliun per Januari 2017.‎ Adapun volume harian‎ juga meningkat 254% menjadi 14 miliar lembar saham, dari posisi sebelumnya 4 miliar saham di akhir 2016.

Selanjutnya, Tito menyebutkan BEI di Januari meraih lampu hijau dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk ‎melakukan revisi aturan transaksi marjin. Dengan begitu aturan transaksi marjin baru bisa berjalan di 6 Februari 2016.”Yang perlu kita syukuri saat ini kita sudah memperoleh persetujuan OJK untuk relaksasi transaksi marjin. Bisa berjalan revisi transaksi marjin di 6 Februari mendatang,” tutur Tito.Dengan adanya aturan transaksi marjin yang baru, bilang Tito, ‎maka jumlah daftran efek marjin yang baru menjadi 180-200 efek saham yang bisa ditransaksikan.

Hanya nasabah dari perusahaan sekuritas yang tercatat sebagai anggota bursa (AB) dengan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) di atas Rp 250 miliar yang bisa memanfaatkan transaksi saham marjin. Sedangkan, bagi nasabah AB dengan MKBD di bawah Rp250 miliar, maka cuma bisa menjalankan transaksi marjin di saham LQ-45.‎Manajamen bursa melakukan relaksasi marjin memiliki tujuan untuk mengejar target transaksi harian di pasar modal Indonesia sebesar Rp8 triliun dan mendorong 535 pelaku pasar (investor) saham agar aktif di bursa. Pasalnya, dari total tersebut hanya 180 ribu investor yang aktif, dan ke depannya akan ditingkatkan kembali menjadi 250 ribu investor aktif. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved