Capital Market & Investment zkumparan

BEI Targetkan Kapitalisasi Pasar Rp 10.000 Triliun di 2018

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio, mengatakan, mulai tahun 2018 pihaknya akan menggenjot kapitalisasi pasar di BEI mencapai Rp 10.000 triliun dalam waktu dua tahun mendatang. “Kami harus bisa menaikkan 64% dari market cap yang ada sekarang,” ujarnya. Hal itu disampaikan Tito usai meluncurkan Videotron BEI di Gedung BEI, Jakarta (28/12/2017).

Menurut Tito, target tersebut memiliki alasan kuat, yaitu untuk menghadapi persaingan terbuka bursa saham di tingkat global yang semakin ketat. Ia mengingatkan, kini, di Asia ada dua raksasa yang siap membuka perusahaan efeknya untuk perusahaan-perusahaan multinasional listing di sana, yakni China dan Arab Saudi. “ Persaingan mencari dana sekarang semakin ketat, karena kompetisinya sudah terbuka. Secara global, kita harus siap berhadapn dengan raksasa seperti China dan Arab,”jelasnya.

Tito mengungkapkan, jika China semakin besar membuka pasarnya maka makin besar potensi Indonesia terilusi dan itu bisa terjadi jika Indonesia tidak segera membesarkan pasar bursanya. “Target Rp 10 ribu trilun itu bukan mimpi yang kebesaran, tetapi mengejar ketinggalan” lanjutnya.

Dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan efek di Asia Tenggara saja, Indonesia masih tertinggal dalam hal market-cap. Singapura bahkan sudah menaikkan market-capnya hingga 90% dalam waktu satu tahun, demikian juga dengan Thailand, Vietnam dan Filipina. Untuk itu, tahun depan BEI akan melakukan berbagai upaya guna capai target kapitalsasi tersebut. Di antaranya dengan menambah jumlah emiten. “Sudah ada 35 emiten yang siap IPO tahun depan,” ujarnya.

Selain memperbanyak jumlah emten yang melantai di pasar modal, Tito mengatakan, penambahan produk reksadana yang diperdagangkan di pasar modal atau disebut Exchange Traded Fund (ETF) adalah solusi meningkatkan kapitalisasi pasar modal. “Kalau kita bisa membuat ETF lebih banyak. Karena banyak asing hedge fund bisa masuknya ke ETF. Nah kita lagi membuat underwriter mengeluarkan lebih banyak produk ETF,” kata dia.

Selain tantangan di pasar global, sejumlah agenda penting di dalam negeri juga menjadi tantangan BEI. Di antaranya pada 2018 Indonesia akan menjalankan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di 177 daerah. Kedua, penyelenggaraan Asian Games serta tahun politik jelang pemilihan presiden 2019 nanti. “Agenda-agenda tersebut saya yakin akan mendorong belanja, tetapi apakah dananya akan cepat kembali ke perbankan atau tidak, jika cepat akan jadi sinyal positif bagi kami,” ungkap Tito.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved