Corporate Action

Arvan: Posisi Direktur HR Penting Setelah Dirut

 Arvan: Posisi Direktur HR Penting Setelah Dirut

Arvan Pradiansyah

Salah satu anggota dewan juri “Indonesian Future HR Leader 2012”, Arvan Pradiansyah mengatakan secara keseluruhan peserta ajang kali ini cukup bersemangat. Hanya saja, peserta belum sepenuhnya punya jiwa sebagai Human Resources (HR) Director. “Dari yang mereka sampaikan, kalau bicara tentang HR Director di masa depan, saya kira mereka belum sampai ke sana,” kritiknya. Sebab, apa yang mereka sampaikan belum sampai ke tahapan strategis.

Arvan menyoroti materi yang dibawakan peserta belum menjadi salah satu solusi strategis dalam hal HR. Contoh, peserta masih berkutat dengan program menyenangkan karyawan. “Itu bukan tidak bagus, tetapi terlalu teknis. Jadi, belum strategis,” dia menegaskan.

Lebih lanjut Arvan mengungkapkan permasalahan HR ada di tiga tahapan, yakni teknis, takstis dan strategis. “Seluruh peserta masih dalam tahapan teknis dan taktis,” tandasnya. Mereka misalnya belum bisa menjadikan HR sebagai partner bagi CEO, atau fungsi HR sebagai human capital sehingga menjadi aset yang memiliki competitive advantage. “Bukan berarti tidak ada peserta yang mendekati ke arah sana. Tetapi harus lebih di-improve lagi,” katanya. Mungkin karena mereka belum mencapai tahap direksi, jadi tingkat kematangannya masih di level General Manager.

Arvan yang juga Managing Director Institute for Leadership & Life Management (ILM) ini mengatakan, permasalahan dunia HR adalah bagaimana HR benar-benar menjadi sparring partner bagi CEO untuk segala hal yang berkaitan dengan manusia. Dulu orang beranggapan direksi yang penting setelah dirut adalah direktur keuangan. Namun, kini justru Direktur HR merupakan orang yang penting setelah dirut.. “Sebab ketika bicara perusahaan kita pasti bicara manusia, di mana perusahaan tidak sekadar mencari untung jangka pendek, tetapi juga menjadi perusahaan yang berumur panjang melintasi generasi,” tegasnya.

HR harus bisa berperan menjadikan perusahaan langgeng antar generasi sesuai dengan misi dan visi perusahaan. Karenanya, HR harus bisa menciptakan sebuah sistem yang menjadi pondasi untuk keberlangsungan perusahaan. Sehingga meskipun pendiri perusahaan sudah tidak ada, perusahaan tetap bisa langgeng antar generasi hingga ratusan tahun.

Yang perlu dikembangkan oleh peserta HR Future Leader adalah kemampuan berpikir strategis. Artinya, mereka harus bisa melihat ruang lingkup perusahaan dan juga komunitas masyarakat di masa depan. “Untuk bisa seperti itu ya harus ada pondasi kuat yang ditanamkan orang HR di organisasi tersebut,” tegasnya. (Sigit A. Nugroho/EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved