Corporate Action

Atlas Resources Terbitkan Obligasi Senilai Maksimum Rp 1,2 Triliun

Atlas Resources Terbitkan Obligasi Senilai Maksimum Rp 1,2 Triliun

PT Atlas Resources Tbk., emiten pertambangan batubara, berencana untuk melakukan penawaran umum Obligasi Atlas Resources I Tahun 2012 dengan jumlah maksimum sebesar Rp 1,2 triliun. Obligasi tersebut akan dibagi menjadi tiga seri: obligasi Seri A dengan tenor 3 tahun, Seri B dengan tenor 5 tahun, dan Seri C dengan tenor 7 tahun.

Manajemen Atlas Resources saat penawaran Obligasi Atlas Resources I Tahun 2012

Bagaimana struktur obligasi Atlas itu? Obligas yang memperoleh peringkat idA (Single A) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) ituditawarkan dengan nilai 100% dari nilai pokok obligasi dan diterbitkan tanpa warkat. Tenor obligasi terdiri dari tiga seri berjangka waktu 3-7 tahun. Sedangkan kupon atau bunga obligasi dibayarkan setiap tiga bulan sejak tanggal emisi sebesar 8,75% hingga 10,75%.

Andre Abdi, Presiden Direktur PT Atlas Resources, menjelaskan, dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk keperluan, yaitu sebesar 65% pembayaran kembali utang Atlas dan/atau anak perusahaan kepada krediturnya (Bank Danamon, Bank Permata, Bank DBS, dan Bank OCBC NISP). Lalu, sebesar 35% akan dimanfaatkan untuk belanja modal dan modal kerja Atlas.

“Masa penawaran awal dilakukan tanggal 5 Juni 2012 hingga18 Juni 2012. Setelah itu kami harapkan sudah mendapatkan Pernyataan Efektif dari Bapepam-LK tanggal 27 Juni 2012. Sehingga masa penawaran umum dapat dimulai pada tanggal 29 Juni dan berakhir pada tanggal 2 Juli 2012,” ungkap Andre dalam konferensi pers Due Diligence Meeting & Public Expose terkait penawaran umum obligasi tersebut di Jakarta.

Jika proses berjalan lancar, penjatahan obligasi akan dilakukan pada tanggal 3 Juli 2012, dilanjutkan dengan distribusi obligasi secara elektronik pada tanggal 5 Juli 2012, puncaknya adalah pencatatan obligasi tanggal 6 Juli 2012.

Untuk memperlancar aksi korporasi penerbitan obligasi, Atlas telah menunjuk empat perusahaan sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi yakni PT DBS Vickers Securities Indonesia, PT Indopremier Securities, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Standard Chartered Securities Indonesia. Sedangkan Wali Amanat dipercayakan kepada PT Bank CIMB Niaga Tbk, dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia selaku agen pembayaran.

Dalam penerbitan Obligasi ini Perseroan telah memperoleh peringkat idA (Single A) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

Corporate action Atlas dengan mencari tambahan dana melalui penerbitan obligasi ini terkait erat dengan berbagai strategi bisnis yang telah direncanakan. Salah satunya adalah mengembangkan Hub MUBA di Sumatera Selatan yang saat ini memiliki lima area pertambangan batubara. Satu dari lima tambang tersebut, Gorby Putra Utama, telah memulai produksi awal pada akhir tahun 2011.

Kegiatan penambangan batubara

“Sumber daya batubara Indonesia berjumlah lebih dari 70 miliar ton, sebagian besar (39%) terletak di Sumatera bagian Selatan. Cadangan batubara Indonesia sebagian besar (5,4 miliar ton) terdiri dari batubara thermal low-rank. Melalui pengembangan infrastruktur yang sesuai, potensi batubara di Sumatera dimungkinkan untuk menjual ke pasar domestik dan internasional,” kata Andre.

Dari proses pengembangan Hub MUBA nantinya, Atlas menargetkan kapasitas produksi batubara bisa mencapai 5,1 juta ton per tahun pada 2014 dan diperkirakan mencapai 9,25 juta ton per tahun pada tahun berikutnya.

“Rencananya sebagian besar hasil produksi dari Hub MUBA nantinya akan memenuhi kebutuhan batubara domestik.” Perseroan melalui anak perusahaannya, PT Hanson Energy, adalah salah satu pemasok batubara ke PT PLN (Persero). “Hingga saat ini kita sudah memenangi kontrak supply batubara lebih dari 3 juta ton/tahun selama jangka waktu 20 tahun,” lanjut Andre.

Andre juga mengungkapkan, pendapatan dan laba terus bertumbuh sejak Atlas memulai produksi tambang batubara Diva Kencana Borneo di tahun 2009. Per tanggal 31 Desember 2011 pendapatan dan EBITDA Perseroan telah meningkat tajam masing-masing menjadi Rp 799,3 miliar dan Rp 162,3 miliar, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 78,2% dan 117,4% antara tahun 2008 – 2011.

Hingga akhir tahun 2011 lalu, Atlas berhasil memproduksi 1,28 juta ton, meningkat signifikan dari produksi tahun 2008 yang hanya 0,336 juta ton. Sementara kapasitas produksi tercatat sebesar 2,38 juta ton/tahun di tahun 2011. Ia menambahkan hingga saat ini total cadangan batubara perseroan sudah mencapai 104,0 juta ton dengan total sumber daya batubara sekitar 378 juta ton.

Dijelaskan Andre, sejak didirikan tahun 2007, Atlas telah mengembangkan portofolio wilayah pertambangan dari 3 menjadi 17, dengan luas area sekitar 200.000 hektar yang tersebar di wilayah Indonesia. Wilayah IUP yang telah berproduksi: Berau Bara Energi (BERAU), Diva Kencana Borneo (KUBAR), Gorby Putra Utama (MUBA), dan Hanson Energy Martapura (OKU). Adapun produk batubara yang dihasilkan thermal (low rank, sub-bituminous dan bituminous) dan metallurgical.

Atlas telah mencatatkan 3 miliar lembar sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 8 November 2011. Hingga saat ini saham perseroan dimiliki oleh Andre Abdi dan PT Calorie Viva Utama 59,22%, Japet Resources Pte. Ltd (merupakan perusahaan terafiliasi dari Noble Resources Pte Ltd) 10,10%, Manajemen yang terdiri dari: (1) Hans Jurgen Kaschull sebesar 3,667%; (2) Jay T. Oentoro sebesar 2,892%; (3) Joko Kus Sulistyoko sebesar 1,175%, (4) Pranata Hajadi sebesar 1,175%; dan (5) Aulia Setiadi sebesar 0,587%, dan sisanya dimiliki oleh masyarakat sebesar 21,19%. (Eva Martha Rahayu)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved