Corporate Action Corporate Action

Kanal Pelindo Jalan Terus, Kendati Cilamaya Tak Jelas

Kanal Pelindo Jalan Terus, Kendati Cilamaya Tak Jelas

PT Pelindo II (Persero) akan terus melanjutkan proyek pembangunan kanal (waterway) sepanjang 40 km dari Tanjung Priok, Bekasi, dan kawasan industri Cikarang, Jawa Barat meski proyek pembangunan pelabuhan Cilamaya masih menuai pro dan kontra. “Kanal tidak akan terkena dampak, ada atau tidak ada (Pelabuhan) Cilamaya. Proyek jalan terus, rampung dan sudah siap beroperasi akhir tahun 2016,” kata Richard Joost Lino, Direktur Utama PT Pelindo II di Jakarta, belum lama ini.

Menurutnya, kehadiran inland access waterway dari Tanjung akan sangat membantu operasional banyak pabrik di kawasan Cikarang. Muatan seperti batubara, pasir besi, yang awalnya harus dibongkar lebih dulu di Pelabuhan Tanjung Priok, kemudian dibawa lewat jalur darat ke Cikarang, kini bisa langsung dibawa lewat kanal penghubung antara Priok dan Cikarang.

Kanal tersebut dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun 1980-an, yang awalnya berfungsi sebagai kanal sodetan untuk mengurangi banjir di wilayah Bekasi. Transportasi lewat jalur air akan mengurangi tingginya biaya logistik karena keberadaan truk pengangkut yang kerap menimbulkan kemacetan.

“Satu lagi, Indocement menggunakan batubaru sebagai bahan bakar. Sekarang, mereka angkut dari Kalimantan dan Sumatera ke Cigading, kemudian dibawa ke Cikarang dengan kereta api. Baru dari sana ke Cibinong. Nantinya, tidah perlu begitu, tongkang langsung masuk ke Cikarang. Jadi akan lebih efisien. Proyek (kanal) ini sangat bermanfaat, mengurangi biaya, kemacetan di jalan raya, dan kerusakan lingkungan,” katanya.

Richard Joost Lino, Dirut PT Pelindo II (Persero)

Richard Joost Lino, Dirut PT Pelindo II (Persero)

Pelindo II telah menyiapkan anggaran investasi untuk pembangunan waterway ini sebesar Rp 1 triliun. Nantinya, tongkang dengan kapasitas muatan maksimal 60 kontainer ini akan wara-wiri dari Tanjung Priok ke Cikarang. Kehadiran jalur transportasi baru itu akan mengurangi kemacetan di jalan-jalan Jakarta yang menyebabkan tingginya biaya logistik.

Biaya investasinya juga terbilang murah karena tidak ada lahan yang harus dibebaskan. Meski begitu, pemerintah harus membangun semacam pelabuhan di sekitar kawasan industri Cikarang. Sehingga, nantinya banyak perusahaan tak perlu membawa barang produksinya lewat jalur darat ke Pelabuhan Tanjung Priok.

Pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat, semula dibangun untuk memudahkan pengiriman barang ke kawasan industri yang sebagian besar berada di daerah tersebut. Kementerian Perhubungan meyakini keberadaan pelabuhan tersebut bisa menekan tingginya biaya logistik yang selama ini dikeluhkan pengusaha.

Biaya logistik adalah komponen tertinggi di Indonesia, menyerap sekitar 20% dari total biaya yang harus dikeluarkan pengusaha. Di banyak negara lain yang pesat pertumbuhan ekonominya, komponen biaya logistik hanya sekitar 8-9% dari total biaya.

Namun, PT Pertamina (Persero) menolak karena ada jaringan pipa dan sumur migas bawah laut Blok ONWJ (Offshore North West Java). Mereka khawatir infrastruktur migas ini bisa memicu munculnya bencana jika sampai tertabrak kapal-kapal besar saat Pelabuhan Cilamaya telah beroperasi.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved