Corporate Action Corporate Action

Gandeng LSM FEUI, Generali Perkuat Agen Asuransinya

Gandeng LSM FEUI, Generali Perkuat Agen Asuransinya

Penetrasi produk asuransi di Indonesia terbilang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Rendahnya penetrasi ini membuat pelaku industri keuangan, misalnya perusahaan asuransi optimis bahwa pertumbuhan bisnisnya ke depan akan pesat.

photo

Edy Tuhirman, CEO Generali Indonesia, menyebutkan, peningkatan penetrasi asuransi yang saat ini masih rendah dapat dilakukan dengan memberikan layanan yang baik. “Kami yakin, pendidikan agen merupakan satu syarat. Bukan hanya jumlah agen yang harus diperbaiki, tetapi juga kualitasnya,” ujar pimpinan perusahaan asuransi yang beroperasi di Indonesia sejak 5 tahun lalu.

Untuk meningkatkan kualitas agen, pihaknya bekerja sama dengan Laboratorium Studi Manajemen FEUI untuk memberikan pelaatihan kepada para agen melalui program Registered Financial Planner (RFP). Melalui program ini, praktisi keuangan dapat meningkatkan pengetahuannya serta mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian dan memperoleh sertifikasi. Dengan pelatihan ini, Generali mendorong agar para agennya yang kini berjumlah lebih dari 5000 agen tidak hanya berperan sebagai pemasar produk, tetapi juga dapat memberikan solusi sesuai kebutuhan nasabah.

Menurut Riza Bambang, Chairman One Shildt Consulting, pertumbuhan di industri asuransi berkaitan dengan tenaga pemasar dalam industri tersebut. Menurutnya, persoalan klasik yang menghinggapi industri ini adalah percaya diri yang rendah, banyaknya terjadi fraud dan miss-seling karena pengetahuan yang tidak terlalu tinggi. Ia juga menjelaskan, jumlah agen asuransi di Indonesia sekitar 350 ribu masih terlalu rendah dibandingkan agen dari sektor keuangan lain.

Solusi dari persoalan tersebut menurut Riza adalah dengan membekali para agen dengan kemampuan komunikasi yang baik, pengetahuan yang baik. Kemampuan sebagai perencana keuangan akan menjadi nilai tambah mereka dan memberi kebanggaan tersendiri. Dari semula agen asuransi, menjadi perencana keuangan.

Lebih lanjut, Riza menyebutkan, literasi keuangan di Indonesia masih terbilang rendah, hanya sekitar 20%. “Singapura sudah mencapai 75%, Malaysia 60%,” ujarnya membandingkan. Peran agen yang memberikan masukan kepada nasabah mengenai perencanaan keuangan akan tercipta industri yang sehat karena market awareness sudah terbangun.

Dony Abdul Chalid, Ketua LSM FEUI menyebutkan, pihaknya menyambut baik kerja sama ini. Sebagai institusi pendidikan, mendorong lahirnya SDM yang berkompeten merupakan sebuah kewajiban. “Mudah-mudahan kerja sama ini dapat memberi manfaat kepada dunia kampus dan juga industri,” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved