Corporate Action

Gencar Diversifikasi, Pos Indonesia Targetkan Laba Rp 180 Miliar

 Gencar Diversifikasi, Pos Indonesia Targetkan Laba Rp 180 Miliar

Layanan Mobil Pos Indonesia

Dalam perkembangannya, PT Pos Indonesia telah mengalami pergeseran-pergeseran dalam kegiatan bisnisnya, yakni dari cara surat menyurat konvensional menjadi online. Itulah sebabnya, kini dari 380 kantor pos di Indonesia, sebanyak 370 lebih sudah online. Sisanya sengaja off line karena aktivitasnya memang sedikit.

Pergeseran lain terletak pada proses diversifikasi usaha. “Banyak persepsi masyarakat Indonesia yang masih salah. Mereka mengatakan, seolah-olah PT Pos Indonesia akan mati besok. Mereka banyak bercermin dari USPS di Amerika yang cenderung bangkrut, karena tidak melakukan difersifikasi usaha,” jelasI Ketut Mardjana, Direktur Utama PT Pos Indonesia.

Menurut Ketut, Pos Indonesia justru sebaliknya. Perusahaan ini diklaim akan berkembang sangat pesat mellaui diversifikasi usaha. Tentunya ini disesuaikan dengan permintaan dan perkembangan zaman, khususnya teknologi yang kini menjadi tulang punggung Pos Indonesia.

Dari sisi branding, produk-produk yang ditawarkan kini lebih inovatif. Agar tidak kehilangan kastemer, pola pelayanan pun semakin ditingkatkan. Untuk itu, aset-aset yang tadinya masih kurang dimanfaatkan, kita dioptimalkan dengan koneksi jaringan, bangun bank, post mart dan kantor pos pedesaan.”Kamia bangun kantor pos-kantor pos menjadi sesuatu yang sifatnya lebih demandable atau yang lebih diinginkan masyarakat,” tambahnya.

“Kami berencana membangun dua hotel di Bandung saja, itu sudah sekitar 75 miliar. Nanti kami juga akan benahi gedung Pos di Fatahilah, menjadi museum dan galeri. Ini belum dihitung harganya,” ungkapnya.

Pos Indonesia baru saja melakukan perombakan satu organisasi, yang tadinya teritorial/daerah, sekarang menjadi per produk. Hal ini penting untuk membangun fleksibilitas pada perusahaan. “Untuk anggaran, kami akan melakukan budget review. Sekarang sifatnya masih menyewa konsultan, dan sebagainya. Logistik yang saat ini baru disediakan Rp 50 miliar atau 25% untuk bagian infrastruktur. Tahun ini akan ditambah Rp 50 miliar lagi sehingga total Rp 100 miliar,” imbuhnya.

Bentuk diversifikasi usaha ini, rupanya terispirasi oleh negara-negara lain yang juga mengadopsi sistem yang sama. Contoh Jepang dan Korea. Di Jepang, e-commercenya memang luar biasa. Orang-orang bisa belanja dari desa ke kota, atau sebaliknya dari kota ke desa.

Kementerian BUMN jelas memberikan dukungan. Tapi memang masih ada struktur-struktur regulasi yang perlu dibenahi, sehingga fleksibilitas dari BUMN dalam pengembangan usahanya akan lebih fleksibel. “Kami mempunyai lebih dari 2200 titik yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan properti. Luasnya, kalau kantor pos pedesaan 500 meter. Ada yang sampai 4 hektar, ada yang kira-kira antara 1000-5000 meter2, bahkan 10.000 meter2 juga ada. Jadi sangat bervariasi,” ujarnya.

Total aset Pos Indonesia berdasarkan nilai market sekitar Rp 5 triliun. Itu dari aset aktiva tetap dengan properti di 200 titik lokasi.

“Target pendapatan tahun ini sekitar Rp 3,4 triliun atau naik sekitar 11% dari tahun lalu,” di menambahkan. Sedangkan untuk pendapatan paling besar berasal dari mail dan parsel dengan porsi 54 % dari total pendapatan. Kalau dari jasa keuangan, kontribusinya sekitar 39%-40%, sisanya dari logistik dan lain-lain. Untuk target laba tahun 2012 sebesar Rp 180 miliar. Sejauh ini laba kotor yang sudah dicapai Rp 156 miliar. (Gustyanita Pratiwi/EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved