Editor's Choice Corporate Action Corporate Action

Jurus MD “Menendang” Si Madun

Jurus MD “Menendang” Si Madun

Beberapa bulan terakhir, sinetron Tendangan Si Madun (TSM) menjadi tayangan favorit anak-anak. Saban hari pukul 20.00-21.00 WIB, tontonan itu menyambangi pemirsa di layar kaca MNC TV. Keberanian MD Entertainment yang memproduksi TSM untuk melawan arus sinetron drama berhasil melambungkan popularitas sinetron itu, bahkan mengatrol citra MNC TV yang menayangkannya.

Manoj Punjabi

Manoj Punjabi

Berdasarkan rating Nielsen mingguan periode 19-25 Februari 2012, TSM menempati posisi 2 dengan television rating(TVR ) 5,6 dan share 19,8. Tepat di bawahnya ada sinetron Fathiya (posisi 3) dengan TVR 4,8 dan share 18,6. Lalu, sinetron Si Kaya dan Si Miskin (posisi 20) dengan TVR 3 dan share 12,4. Hanya MNC TV yang mampu menempatkan semua sinetron unggulannya di jajaran 20 besar rating mingguan Nielsen.

Hebatnya, sejak Maret 2012 TSM menyodok di peringkat satu dengan share di atas 20. Fenomena TSM juga menambah jumlah anak-anak yang menggemari sepak bola. Di TSM, dipertunjukkan beberapa strategi bermain bola dengan sebutan yang kocak, seperti Tendangan Amarah, Tendangan Asal-asalan dan Tendangan Macan.

Bagaimana MD Entertainment “menendang” TSM sehingga melambung tinggi?

Menurut Manoj Punjabi, kekuatan cerita TSM terletak pada gabungan tiga unsur: sepak bola, religi dan komedi, plus dibumbui sedikit drama. Konten sepak bola mengambil porsi 70% setiap episode tayang. “Sebenarnya ide sinetron sepak bola ada sejak tujuh tahun lalu. Dulu, kami sempat buat serial Gol yang dibintangi Tamara Blezinsky, tetapi kurang pamornya karena kurang all out. Saya mundur lagi dan dievaluasi formulanya, sehingga tim andal kami menemukan tema TSM,” papar Presiden Direktur PT MD Entertainment itu.

Diakui Manoj, kehadiran TSM tanpa didahului survei. “Itu hasil insting saya. Saya kasih ide, lalu tim kreatif dan penulis tampung. Ibaratnya, saya smash kemudian tim balas dengan smash lebih keras, sehingga kami lebih bersemangat menggarapnya,” ujarnya. Secara keseluruhan keunggulan TSM terletak dari isi cerita, aktor dan aktris yang memerankan, penulis skenario, serta sutradara. Dan, pada 9 Januari 2012 sinetron perdana TSM diluncurkan bersamaan dengan sinteron Fathiya.

Keunikan TSM juga kuat pada penokohan si Madun. Bocah laki-laki ini berperan bak hero dari kalangan rakyat biasa. Madun digambarkan sebagai anak yang suka bola dan bercita-cita menjadi pesepak bola profesional, tetapi sang ayah menginginkan dia sebagai ustadz. Apalagi, Madun berwajah simpatik dan memelas, bersikap baik dan berpenampilan bersahaja, sehingga makin digandrungi anak-anak sebagai tokoh idola.

Meski cerita fiktif, pemeran utama TSM, yaitu Yusuf Mahardhika, adalah kapten Timnas U- 14. “Memang ada efek-efek seperti mempercepat atau memperlambat gerakan, tetapi mayoritas adalah riil karya aktor yang pintar bermain bola,” ujar Endah Utari, Direktur Program & Produksi MNC TV. Malahan, pemeran pendukung tim sepak bola berasal dari kalangan pesepak bola asli dari sejumlah sekolah sepak bola dan kids soccer. Selain itu, guna menambah jumlah pemain dan sebagai bentuk apresiasi kepada masyarakat, MNC TV menggelar audisi Madun Mencari Teman Berbakat pada 10 Maret 2012 untuk bergabung adu akting di tayangan TSM episode berikutnya.

Dijelaskan Manoj, hingga kini sinetron TSM sudah diproduksi 86 episode, sedangkan targetnya 115 episode. “Sebenarnya saya ada komitmen slot kontrak langsung 500-1000 episode,” ujarnya. Mei ini akan dihentikan sementara sekitar tiga bulan. Mengapa? “Karena kami akan produksi film Tendangan Madun The Movie yang rencananya akan diluncurkan Juni 2012,” dia menuturkan. Setelah itu, TSM akan tayang kembali di MNC TV pada Juli 2012 dengan judul Si Madun 2. Artis yang membintangi hampir sama, karena MD Entertainment ingin menciptakan brand seperti Cinta Fitri yang fenomenal.

Untuk film Madun di bioskop, tetap ada tokoh Madun, Bruce Lee dan Rizal yang masing-masing memiliki karakter kuat. Sekarang script sudah 50% dan konten sudah siap 30 scene. Biaya produksinya sekitar Rp 6 miliar.

Berapa pendapatan iklannya? “Pendapatan iklannya sangat baik. Problemnya sekarang agensi baru tahu kalau TSM nomor satu. Jadi, yang tayangan 1-5 minggu tidak ketahuan agensi. Tetapi kalau konsisten, akan over sold. Sekarang iklannya bisa 20 menit. Sebenarnya kalau mau dapatkan iklan 30 menit bisa, tetapi saya tidak mau karena hal itu tidak balance. Sebab, kontennya sendiri sekitar 42 menit,” kata Manoj yang enggan menyebut nilai nominal pendapatan iklannya. Namun, untuk investasi produksi TSM 115 episode menghabiskan dana lebih dari Rp 20 miliar.

Namun, pepatah bilang tak ada gading yang tak retak. Widiarso Yuliastono, pemerhati sinetron, meresahkan tontonan TSM. “Ide awalnya TSM bagus karena membangkitkan minat anak menyukai sepak bola. Tetapi, setelah menonton beberapa tayangan TSM, saya terganggu dengan adegan permusuhan atau persaingan tidak sehat dan dilanjutkan dengan perkelahian dengan menggunakan bola sebagai senjata. Ini bisa membawa dampak buruk bagi anak-anak,” ujar Widiarso dalam forum Kompasiana di situs Kompas.com.

Tidak berhenti pada pembuatan sinetron dan film TSM, Manoj pun berencana mengembangkan bisnis merchandise dari sukses film-film yang diproduksi MD Entertainment. Pertimbangannya, apresiasi penonton terhadap produk MD Entertainment mulai terbentuk ketika sukses tayangan sinetron Cinta Fitri, sehingga diharapkan TSM bisa mengulang kejayaan itu.(*)

Eva Martha Rahayu & Siti Ruslina

Riset: Adinda Khalil


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved