Corporate Action Capital Market & Investment

Pasca Akuisisi, SSMS Makin Optimalkan Produksi

Pasca Akuisisi, SSMS Makin Optimalkan Produksi

Setelah mengakuisisi PT Tanjung Sawit Abadi (TSA) dan PT Sawit Multi Utama (SMU) beberapa waktu lalu, kini PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS), Tbk. menargetkan akuisisi transformasional tersebut mampu meningkatkan potensi produksi dan meningkatkan sinergi operasional perusahaan. Meski demikian, menurut Direktur Utama SSMS, Rimbun Situmorang, akuisisi bukan satu-satunya cara yang diandalkan perusahaan untuk meningkatkan kinerja dalam hal ini penambahan areal tertanam dan produksi.

rups-sawit-sumbermas

”Tahun ini aksi kami tanam baru di land bank seluas 6000 ha,” kata Rimbun. Untuk aksi ini SSMS sudah menyediakan capex sebesar US$ 30 juta dari total capex tahun 2015 US$ 45 juta. “Kami optimis tambahan areal tertanam melaui akuisisi dan tanam baru tersebut akan melambungkan kinerja operasional dan finansial perusahaan di masa mendatang,” jelasnya.

Rimbun memastikan bahwa SSMS akan terus menjaga dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan bisnisnya. Rimbun menjelaskan, selain untuk penanaman baru di land bank, capex juga akan digunakan untuk perwatan tanaman sebesar US$ 10 juta untuk tahun 2015.

Sekretaris Perusahaan SSMS, Hadi Susilo, menjelaskan, paska akuisisi PT TSA dan PT SMU, maka areal tertanam SSMS kini meningkat menjadi 59.386 ha dari sebelumnya hanya 34.064 ha, “Profil umur perkebunan juga menyesuaikan dari 8,7 tahun menjadi 5,5 tahun, ini jadi landasan bagi pertumbuhan kami nanti,” jelas Hadi.

Tak hanya itu, paska akuisisi julah kapasitas pabrik kelapa sawit (PKS) yang dimiliki dan dioperasikan oleh SSMS pun bertambah. Saat ini SSMS telah memiliki 5 PKS dengan kapasitas mencapai 1,8 juta metrik ton per tahun. Bahkan saat ini PT TSA sedang menyelesaikan satu lagi PKS dengan kapasitas 360 ribu metrik ton per tahun. “pabrik baru itu kami targetkan akan mulai operasi kuartal kedua tahun ini,” jelas hadi. Dengan penambahan PKS maka SSMS mampu memproduksi hinga 2,250 juta metrik ton tandan buah segar (TBS) per tahun.

Meski demikian, menurut Rimbun, industri kelapa sawit secara umum tahun ini akan menghadapi tantangan yang cukup berat. Harga CPO yang fluktuatif pada taun lalu dan masih dalam tekanan pada awal 2015 ini, diakui Rimbun sebagai tantangan berat. Seperti diketahui, harga CPO pada sepanjang tahun 2014 lalu mengalami penyesuaian karena koreksi musim panas El Nino yang diduga lebih berat dari estimasi sebelumnya.

Bahkan, harga CPO pada kuartal ketiga tahun 2014 lalu pun masih tertekan karena pasokan minyak nabati dunia meningkat karena produksi yang meningkat di Amerika Serikat. “Tapi kami tetap optimis, harga akan membaik, gejolak seperti ini kan hanya sementara dan sudah menjadi naturenya bisnis komoditi, saya optimis 2015 akan lebih baik,” ungkap Rimbun yakin.

Adapun kinerja SSMS pada tahun 2014, perusahaan kelapa sawit ini mencatat laba bersihnya selama tahun 2014 tumbuh 16,8 % dari tahun sebelumnya menjadi Rp737,8 miliar. Pada periode yang sama penjualan SSMS naik 11,1 % dibanding periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp2,1 triliun. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved