Corporate Action

Waskita Lepas 3 Miliar Saham di Harga Rp 320-405/Saham

Waskita Lepas 3 Miliar Saham di Harga Rp 320-405/Saham

PT Waskita Karya (Persero) akan melakukan penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) sebanyak-banyaknya 3.082.315.000 atau 32% dari modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum, termasuk sebanyak-banyaknya 192.645.000 saham baru atau 2% dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham untuk program Employee Stock Allocation (ESA).

Sementara untuk program MESOP, dialokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 288.967.000 saham baru atau 3% dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham.

Harga saham perdana Waskita ditawarkan antara Rp 320-405 per saham. Ada pun nilai nominal saham sebesar Rp100. Sedangkan kebijakan dividen sebesar 30% dari total pendapatan tahun berjalan.

Untuk memperlancar proses IPO tersebut, perseroan menunjuk tiga sekuritas sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek yakni PT Danareksa Sekuritas, PT Bahana Securities, dan PT MandiriSekuritas.

Direktur Utama Waskita Karya, M Choliq, mengatakan, dana hasil IPO sebesar 60% akan digunakan untuk modal kerja yang bersifat permanen, dan sisanya 40% akan digunakan untuk pengembangan usaha perseroan.

Dijelaskannya, aksi IPO dalam mendukung investasi perseroan didasarkan pada beberapa pertimbangan. Antara lain, prospek usaha yang didukung oleh makroekonomi dan pertumbuhan pasar konstruksi, kemudian posisi Waskita (sebagai salah satu BUMN Kontruksi terbesar) yang menguntungkan dalam penggarapan potensi proyek pemerintah. Sebagai pemain besar dengan reputasi dan customer base yang luas, juga membuat Waskita terus dipercaya menangani proyek terbesar dan ternama di Indonesia.

Karya unggulan terutama dalam proyek sipil sektor infrastruktur seperti pembangunan bandara, bendungan, dan jalan tol. Antara lain Dredging & Embankment Krakatau Steel – Jabar (2011) senilai Rp 477 miliar; Fly Over Merak & Balaraja – Banten (2011) senilai Rp 188 miliar; Jembatan Padamaran – Riau (2010/2011) senilai Rp 421 miliar; Nipah, Sumi, Jatigede Dam & Tunnel – Jatim/ Jabar (2009/2011) senilai Rp 312 miliar; Jalan tol Cipularang, Cijago, dan Semarang (2007/2011) senilai Rp 1,31 triliun; Bandara Kualanamu – Medan (2010) senilai Rp 411 miliar; Banjir Kanal Timur – Jakarta (2009) senilai Rp 267 miliar; Pasupati, Suramadu Bridge – Jabar/ Jatim (2005) senilai Rp 556 miliar; Jakarta International Airport Soekarno-Hatta & Juanda (1985/2005) senilai Rp 277 miliar; Siwabessy Multipurpose Reactor – Banten (1994) senilai Rp150 miliar; dan Muara Karang Steam Power Plant – Jakarta (1982) senilai Rp 200 miliar.

Sementara pengalaman dan kualitas karya pembangunan gedung yang merupakan proyek landmark antara lain King Saud University Riyadh-KSA (techno valley) Arab Saudi (2010) senilai Rp 117 miliar, Waterplace Surabaya (2010) senilai Rp 238 miliar; French Walk Kelapa Gading – Jakarta (2009) senilai Rp 161 miliar; Shangri-La Jakarta (2008) senilai Rp 250 miliar; Senayan Plaza, City & Residence Jakarta (2005) senilai Rp 219 miliar; Wisma BNI City Jakarta (1996) senilai US$ 72,6 juta; dan NiagaTower Jakarta (1992) senilai US$ 10 juta.

Dampaknya, Waskita pun mencatat pertumbuhan bisnis dan daya saing serta memberikan nilai tambah. Disebutkan, sejak 2009 hingga saat ini, pertumbuhan bisnis dari perolehan nilai kontrak baru terutama dari proyek pemerintah mencapai 30,2%. Pertumbuhan bisnis ini meningkatkan daya saing Waskita yang meningkat 14% sejak 2009 hingga saat ini.

Sejak tahun 2007-2011, Waskita mencatatkan pertumbuhan pendapatan tertinggi di antara pesaing utama sesame BUMN Karya yaitu CAGR untuk 5 tahun sebesar 39,8% serta pertumbuhan laba kotor, dari tahun 2007 rugi kotor Rp136 miliar menjadi laba kotor Rp 663 miliar.

Perseroan menguasai 25,8% pendapatan dari total pendapatan empat besar BUMN Karya sedangkan ROE Perseroan tercatat paling tinggi dibandingkan dengan BUMN Karya lainnya sebear 15,37% pada bulan Juni 2012.

Sedangkan pangsa pasar perseroan pada Juni 2012 tercatat sebesar 1,29% dan pangsa pasar ini dihitung berdasarkan nilai kontrak perseroan terhadap nilai total industri.

“Dengan adanya proyek infrastruktur besar pemerintah seperti jalan tol, infrastruktur pelabuhan dan bandar udara, pembangkit listrik, dan proyek lainnya, maka sebagai perusahaan BUMN, perseroan berada dalam posisi strategis untuk dapat terus mengembangkan bisnis ke depannya,” kata Choliq.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved