Corporate Action

2020, Pertamina EP Kejar Laba Bersih Rp 9,8 Triliun

PT Pertamina EP, anak perusahaan PT Pertamina (Persero), membidik pendapatan sebesar US$ 3,1 miliar atau sekitar Rp 44,64 triliun. Target ini lebih tinggi dari pencapaian hingga November 2019 yang tercatat US$ 2,71 miliar (unaudited) atau setara Rp 38,48 triliun.

Sementara laba bersih Pertamina EP pada 2020 diproyeksikan US$ 680 juta atau setara Rp 9,8 triliun. Adapun pencapaian hingga akhir November 2019 tercatat sebesar US$ 604 juta atau Rp 8,6 triliun (unaudited).

“Kinerja keuangan tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga minyak dan nilai kurs. Harga ICP (Indonesia Crude Price) tahun ini berkisar 61-63 per barel, sedangkan asumsi harga minyak ICP tahun ini 70 dolar per barel,” kata Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf saat ditemui dalam Media Gathering di Yogyakarta, Jumat 20 Desember 2019.

Nanang juga mengungkapkan bahwa perusahaan ingin meningkatkan produksi minyak pada 2020 hingga 85.000 barel minyak per hari (BOPD). Target ambisius ini akan dikejar dengan mengoptimalkan pengelolaan lapangan minyak yang sebagian besar berusia tua. Pertamina EP juga berjanji akan meningkatkan eksplorasi pencarian sumur minyak baru.

Target produksi minyak tersebut 102,7 persen dari prognosa 2019 yang sebesar 82.767 bph (barel per hari). Sementara produksi gas tahun depan diproyeksikan 932 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 97,8 persen dari target tahun ini 953 MMSCFD.

“Kita pada posisi lapangan-lapangan mature sehingga butuh upaya yang luar biasa. Jangan berharap produksi lapangan tua sama dengan yang baru diproduksi,” kata Nanang.

Menurut Nanang, untuk meningkatkan produksi minyak dari lapangan tua, dibutuh penanganan khusus. Antara lain dengan metode injeksi air atau “gas lift” untuk memperkuat tekanan pada reservoir. Cara ini membuat biaya operasi dan investasi memang menjadi lebih tinggi.

“Ada sumur minyak dengan kadar airnya 90 persen sedangkan minyaknya hanya 10 persen, sehingga harus ada peralatan khusus untuk water treatment-nya. Kondisi berbeda bagi lapangan yang baru produksi, seperti Banyu Urip, tekanan reservoirnya masih kuat dan kadar airnya bahkan tidak ada sehingga bisa dinaikkan produksinya kapan saja,” ujar Nanang.

Di sisi lain, Pertamina EP juga menggencarkan kegiatan eksplorasi untuk mencari sumur minyak baru sekaligus menahan laju penurunan secara alamiah (natural decline). Berbagai upaya tersebut, kata Nanang, mampu membalikkan keadaan, dari tren penurunan produksi menjadi berbalik naik 12 persen pada 2018 dibandingkan 2017.

Untuk tahun ini, tren kenaikan produksi masih berlanjut meskipun diperkirakan tidak sebesar tahun 2018. Produksi minyak 2019 diproyeksikan bisa mencapai 82.500 BOPD, naik dibandingkan tahun lalu sekitar 79.900 bph.

Capaian produksi Pertamina EP tahun ini antara lain lewat aktivitas pemboran 91 sumur, sebanyak 12 sumur di antaranya masih dalam proses penyelesaian. Sementara jumlah work over (kerja ulang) sumur minyak yang telah selesai per November 2019 mencapai 184 sumur.

Eksplorasi sumur juga terus dilakukan oleh Pertamina EP dan telah mencapai 10 sumur di mana 3 di antaranya masih dalam proses penyelesaian hingga akhir Desember 2019. Untuk tahun depan, salah satu proyek yang berkontribusi dalam produksi migas adalah Bambu Besar, Akasia Bagus dan Jati Asri. “Selain itu juga dari sumur “out step“, contohnya pengeboran di Sungai Gelam Jambi, yang berhasil sehingga bisa menambah beberapa sumur di tahun depan,” kata Nanang.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved