CSR Corner Corporate Action

Accenture-YCAB Perkenalkan Dunia Kerja Bagi Siswa

Accenture-YCAB Perkenalkan Dunia Kerja Bagi Siswa

Bekerja sama dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB), Accenture menyelenggarakan program “Menuju Sukses bersama Accenture” dengan materi pengenalan dunia kerja bagi siswa SMK/SMA di Rumah Belajar YCAB Jakarta.

Program ini merupakan salah satu usaha Accenture untuk meningkatkan karier, keterampilan dan pengetahuan para pegawai melalui kegiatan sosial. Dengan program ini, Accenture berharap dapat berkontribusi aktif dalam upaya mempersiapkan generasi muda Indonesia yang siap kerja dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih baik. Seperti apa detail salah satu bentuk CSR Accenture ini? Reggie Devanna, Strategy Manager and Corporate Citizenship Account Lead, Accenture Indonesia menuturkannya kepada SWA Online :

Reggie Devanna, Strategy Manager and Corporate Citizenship Account Lead, Accenture Indonesia, Foto : Gustyanita Pratiwi

Reggie Devanna, Strategy Manager and Corporate Citizenship Account Lead, Accenture Indonesia, Foto : Gustyanita Pratiwi

Bisa diceritakan apa bentuk kerja sama ini?

Kebetulan kami kerja sama dengan YCAB dalam aspek yang lain juga dari tahun lalu. Salah satunya yaitu memberikan social investment untuk salah satu progam edukasinya YCAB. Jadi sebagai bagian dari education, mereka mengadakan progam pelatihan komputer di daerah-daerah yang ada keterbatasan infrastruktur. Jadi instead of mencarikan gedung yang siap jadi, nah volunteer kami yang datang ke tempat-tempat di mana anak-anak itu berada dan mengajarkan komputer.

Programnya sendiri dinamakan Pack-and-Go, jadi speck the computer and then go back at the end of the program. Kami mendanai operasional program ini selama kurang lebih 1 tahun. Di sini, kami memberikan pelatihan softskill karena yang kami targetkan adalah secara softskill itu succed, dimana ini merupakan tema kami dalam mempersiapkan anak-anak ini sehingga bisa masuk dunia kerja secara efektif. Jadi biar mereka bisa langsung contribute ke ekonomi. Bisa langsung bekerja sehingga punya penghasilan sendiri. Jadi dengan adanya softskill ini, yang kami harapkan adalah mereka mengerti ketika memasuki dunia kerja dan skill-skill apa yang harus mereka punya sehingga mereka siap untuk mulai apply pekerjaan dan untuk memasuki dunia kerja itu sendiri.

Kalau dari sisi Accenturenya, apa manfaat yang diperoleh?

Dari sisi Accenturenya, kami memberikan kesempatan untuk volunteer kami agar bisa to make it impact the community, sehingga mereka bisa terlibat langsung mengajarkan softskill ke anak-anak. Dari sisi itu juga mereka mendapat pembelajaran sendiri bagaimana untuk empower others, bagaimana cara untuk menyampaikan massage to the students.

Di saat yang bersamaan, mereka juga merasa empowered karena mereka contribute to the community. Di sini kami melihat kenapa program ini kami lakukan, karena ada benefitnya untuk kedua belah pihak baik dari YCAB maupun Accenturenya sendiri.

Apa saja materi yang diajarkan?

Materi yang kami cover, pertama adalah tentang pengenalan dunia kerja. Jadi kenapa sih kita harus bekerja, terus apa sih etos kerja yang dibutuhkan untuk bisa menjadi karyawan yang berhasil. Kedua, yang kami lakukan adalah bagaimana menulis CV, melakukan interview sehingga ketika saatnya interview dengan perusahaan, mereka sudah tahu caranya seperti apa. Ada juga program ketiga yang belum sempat kami jalani yaitu bagaimana caranya membuka usaha sendiri. Jadi secara garis besar seperti itu.

Kenapa bentuk CSR-nya seperti ini?

Karena kami melihat globaly, tinggi sekali pengangguran untuk anak muda. Bukan hanya untuk Indonesia tapi across the world. Idenya adalah melakukan empower organisasi atau company yang segaris dengan kegiatan itu. Give impact-nya adalah sesuatu yang biasa kami lakukan. Targetnya waktu kami mulai itu awalnya 250 ribu orang, mostly this advantage people. Jadi anak muda yang pengangguran yang kami targetkan.

Menurut Bank Dunia, jumlah pengangguran muda di Indonesia adalah lima kali lipat lebih banyak dari rata-rata jumlah pengangguran pada umumnya, hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah Indonesia. Kebanyakan lulusan SMK/SMA tidak siap untuk bekerja akibat minimnya keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk memasuki pasar kerja. Kurikulum pendidikan yang ada belum sepenuhya dapat mengakomodir kebutuhan siswa untuk mengembangkan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja nyata.

Berdasarkan interaksi kami dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, khususnya YCAB, meski sebagian besar siswa/generasi muda Indonesia memiliki keahlian teknis yang cukup baik – dimana Accenture dan YCAB juga memberikan pelatihan keterampilan komputer gratis, pada umumnya mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan kemampuan yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan dalam dunia kerja.

Oleh karena itu, sesuai dengan tema “Sukses bersama Accenture”, para pegawai Accenture di Jakarta memberikan pelatihan untuk melengkapi siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan agar mereka memiliki nilai tambah di hadapan perusahaan melalui sesi volunteering yang bekerja sama dengan YCAB. Biasanya 8-15 pegawai akan menjadi sukarelawan dalam satu sesi dan menghabiskan 3-4 jam bersama para siswa.

Sampai saat ini yang sudah tercover pelatihannya untuk SMA/SMK dari mana saja?

Kami melakukan 3 batch. Kami baru menjalankan batch pertama, itu kurang lebih kami sudah mengcover sekitar puluhan murid dan akan bertambah lagi. Sekolahnya diantaranya yang ada di Kali Angke dan Penjaringan. Jadi di daerah-daerah yang rural.

Prosesnya setiap weekend?

Sebenarnya tiap hari. Ada yang sekolah siang, mereka datang ke sininya pagi. Jadi ganti-gantian sesinya. Kurang lebih ada 100 anak, nanti ada yang masih kelas 1, 2, dan 3. Ini lebih kami kasih ke kelas 2 dan 3 yang sudah mulai cari kerja.

Kebanyakan dari mereka memang habis SMA itu diarahkan untuk bekerja atau kuliah lagi?

Di sini kami memang mengarahkan supaya begitu lulus, mereka punya skills untuk masing-masing bisa bekerja. Walaupun tidak menutup kemungkinan kalau mereka memang ingin sekolah lagi. Tapi kalau mereka mau kerja atau kuliah lagi kan tetap mereka butuh skill untuk mengerti dunia kerja itu apa sih yang mau diketahui. Setelah kuliah pun, pasti mereka butuh itu juga. Jadi kami kasih training-training ini jauh lebih awal, bahkan saat mereka masih SMA jadi mereka sudah siap.

Program ini apa terus dimonitor atau hanya sekedar program saja?

Cara kami tahu bahwa program ini berhasil atau tidak adalah kami juga melihat nanti output dari program ini seperti apa. Dari awal kami mendesain programnya, dari YCAB-nya juga tolong dimonitor, 3 bulan setelah mereka lulus program ini, apakah mereka sudah mulai dapat kerjaa, sudah keterima, dan kerja dimana. Di situ kami mau tahu apakah program ini efektif atau tidak dan sejauh mana, sehingga mungkin di batch-batch berikutnya kami bisa lebih membuat lebih baik lagi programnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved