Corporate Action

GMF Berencana Gunakan Dana IPO untuk Investasi

GMF Berencana Gunakan Dana IPO untuk Investasi

PT GMF Aero Asia Tbk., bakal melepas 30% saham ke publik. (Foto : Istimewa)

Helmi Imam Satriyono, Komisaris Utama GMF, mengatakan, rencana initial public offering (IPO) akan mewujudkan GMF sebagai perusahaan publik yang menunjukkan kinerja positif bagi pemangku kepentingan dan pemegang saham.

Sebelumnya, Direktur Utama GMF, Iwan Joeniarto, menuturkan dirinya diberikan mandat oleh pemegang saham untuk membesarkan bisnis perusahaan. Iwan dilantik sebagai Dirut GMF pada 2 Mei tahun ini, menggantikan Juliandra Nurtjahjo yang di Maret silam ditugaskan sebagai Dirut Citilink Indonesia. Nah, Iwan ini merupakan eksekutif karier di perusahaan yang berada di bawah payung Grup Garuda Indonesia.

Modal Iwan membesarkan bisnis dan memuluskan IPO GMF itu ditopang oleh reputasi perusahaan, antara lain GMF mendapatkan Certificate of Approval dari berbagai otoritas penerbangan, seperti Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU), Federal Aviation Administration (FAA), European Aviation Safety Agency (EASA), Civil Aviation Security Authority (CASA), dan lebih dari 25 negara lainya. GMF di tahun lalu mendapat predikat Low Risk MRO dari FAA. Pada 2017, predikat GMF meningkat menjadi perusahaan MRO dengan Very High Level Quality. Hal ini menambah kepercayaan diri GMF menggarap ladang bisnis MRO di pasar domestik maupun internasional.

Kemudian, keunggulan komparatif GMF, Iwan menambahkan, antara lain memiliki SDM yang kompeten, ketersediaan lahan membangun fasilitas MRO atau berkolaborasi dengan perusahaan mancanegara. GMF juga mempunyai hanggar 4 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang. Hanggar ini diklaim sebagai hanggar terbesar di dunia yang dibangun di area seluas 67.022 m2 dan memiliki kapasitas 16 pesawat. Guna menunjang ekspansi GMF, Iwan menerapkan menerapkan tiga filosofi bisnis, yaitu Human Centric, Business Expansion, dan Technology Driven. Inti dari filosofi ini adalah merawat hubungan industrial antara perusahaan dengan karyawan, memperluas sayap bisnis di dalam negeri dan luar negeri, serta memutakhirkan sistem teknologi informasi perusahaan yang disesuaikan dengan teknologi pesawat terbang terkini.

Di domestik, salah satu peluang bisnis GMF dalah menggarap perawatan pesawat yang belum digarap pemain di dalam negeri. “Sekitar 51% perawatan pesawat itu lari ke luar negeri. Jadi ini merupakan tantangan utama GMF agar dapat menarik pekerjaan-pekerjaan tersebut dikerjakan di dalam negeri,” ungkapnya. Kapabilitas dan kapasitas dari berbagai aspek, seperti pendapatan, teknologi dan kemampuan SDM perusahaan hendak ditingkatkan dua kali lipat. guna menyongsong upaya perusahaan mencapai misi sebagai perusahaan MRO terbesar di dunia itu. “GMF berpotensi untuk menjadi Top 10 MRO karena bisnis kami di wilayah yang pertumbuhan industri aviasinya cukup tinggi,” tukasnya. Nilai pasar perawatan pesawat di Asia Tenggara pada 2020 diproyeksikan mencapai US$ 7,1 juta atau 26% dari nilai pasar di Asia Pasifik. Pertumbuhan industri MRO di Indonesia diperkirakan tumbuh hingga 12% hingga 2020.

Rangkaian program itu diharapkan mendongkrak pendapatan GMF Aero Asia di 2017 yang diproyeksikan mencapai US$ 424 juta. Target pendapatan di tahun ini lebih tinggi dibandingkan realisasi di 2016 senilai US$ 389 juta. “Pendapatan GMF Aero Asia dalam lima tahun ke depan harus bisa mencapai US$ 1 miliar atau almost US$ 927 juta. Nah kalau sudah bisa mencapai segitu maka kami sudah bisa masuk ke jajaran top 10 MRO di dunia,” harapnya. GMF pada semester I/2017 sudah mengantongi pendapatan US$ 200,7 juta. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved