Corporate Action Capital Market & Investment Corporate Action

Hijup Bakal IPO di Tahun 2021

Hijup Bakal IPO di Tahun 2021

Hijup.com, mal online spesialis busana-busana muslim, berencana melakukan penawaran saham perdana ke pubik (IPO). Diajeng Lestari, CEO Hijup.com, mengatakan, Hijup bakal IPO di tahun 2021. Hijup didirikan pada 2011 oleh Diajeng. Saat ini, Hijup mengklaim sebagai toko online busana muslim satu-satunya di Indonesia.

Rencana Hijup melangsungkan IPO seiring dengan wacana PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyediakan papan pengembangan khusus untuk perusahaan start up (rintisan).

Diajeng menyebutkan, pihaknya masih mengkaji rencana IPO Hijup dan belum menentukan persentase saham yang akan dilepasnya ke publik. “Mimpi saya Hijup bisa IPO di lima tahun yang akan datang,” ungkap Diajeng di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada Jum’at (1/4).

Rencana aksi korporasi Hijup tersebut merupakan respons dari keinginan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ingin mendorong perusahaan start up melantai di Bursa Efek. Sebelumnya, Tito Sulistio , Direktur Utama BEI, dalam wawancara dengan SWA Online mengemukakan pihaknya mendorong perusahaan start up untuk IPO. BEI masih mengkaji rencana ini bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan. BEI berharap rencana ini bisa memperkuat industri pasar modal ke depannya.

Diajeng menambahkan, IPO merupakan target jangka menengah. Untuk target jangka pendek, Diajeng memprioritaskan rencana pengembangan bisnis Hijup di luar negeri, yakni mengoperasikan gudang penyimpanan (warehouse) di London, Inggris.

Diajeng menginginkan pengoperasian warehouse ini bisa terealisasi di tahun 2016. London dipilihnya sebagai pusat gudang penyimpanan karena lokasinya strategis. Sebab, produk-produk fesyen yang dijual di Hijup dibeli oleh konsumen di Eropa dan Amerika Serikat. Pengiriman busana muslim dari Hijup telah menjangkau 100 negara, antara lain Singapura, Malaysia, Inggris dan Amerika Serikat. “Keuntungan adanya gudang penyimpanan adalah mengurangi biaya pengiriman ke luar negeri dan menambah ketersediaan barang agar supply chain semakin lebih bagus ke depannya,” tutur isteri dari Achmad Zaky, CEO Bukalapak.com ini.

Diajeng Lestari, CEO Hijup.com (kanan) bersama Safir Senduk, perencana keuangan. (Foto : Vicky Rachman/SWA)

Diajeng Lestari, CEO Hijup.com (kanan) bersama Safir Senduk, perencana keuangan. (Foto : Vicky Rachman/SWA)

Salah satu kendala pengiriman barang ke luar negeri adalah tingginya biaya pengiriman. Hijup berupaya memberikan layanan yang maksimal di pasar internasional. Busana muslim (modest wear) bikinan Indonesia sangat diminati di konsumen luar negeri, khususnya di Inggris dan Amerika Serikat. “Kualitas dan desainnya lebih unggul daripada bikinan China,” imbuh Diajeng.

Dia menggarisbawahi, Inggris dan Amerika Serikat menempati posisi ketiga dan keempat diantara 100 negara yang membeli busana-busana muslim di Hijup.com. Adapun, Singapura berada di peringkat pertama dan Malaysia di posisi kedua. “Penduduk muslim di Amerika Serikat sekitar 7 juta dan di UK lebih dari 3 juta jiwa. Jadi, pasarnya sangat potensial,” kata Diajeng. Untuk pasar domestik, Jakarta masih mendominasi pembelian produk-produk yang dipajang di situs belanja online ini.

Saat ini, jumlah merek di Hijup.com sebanyak 200 brand lokal. Sebanyak 90% dari jumlah brand tersebut adalah merek-merek yang skala bisnisnya masih UKM. Sisanya merek-merek ternama, antara lain Dian Pelangi. Berpijak dari data itu, Diajeng ingin mendorong merek lokal UKM ke jenjang yang lebih tinggi lagi yakni menjadi perusahaan manufaktur busana yang besar dari segi volume produksi.

Target jangka pendek lainnya adalah merilis aplikasi di telepon seluler. Berdasarkan data internal Hijup, sekitar 70% pengunjung Hijup.com mengaksesnya dari smartphone dan sisanya dari personal computer atau komputer jinjing. Hal ini membulatkan tekad Diajeng untuk menyiapkan aplikasi untuk piranti bergerak.”Aplikasinya akan diluncurkan bulan Ramadhan tahun ini,” imbuhnya. Selain merilis aplikasi, Hijup akan gencar mempromosikan situs belanjanya di berbagai kota. Dalam waktu dekat ini, Hijup.com mengadakan kegiatan di Bandung, Medan, dan Yogyakarta.

Dia berharap inovasi layanan dan kegiatan promosi akan meningkatkan omzet pada 2016 sebesar 50%. “Tahun lalu pertumbuhan bisnis kami juga 50% dibandingkan tahun 2014. Pertumbuhan kami moderat karena kami sedang fokus mengembangkan perusahaan manufaktur yang akan beroperasi di tahun depan,” ucapnya. Hijup berpatungan dengan salah satu perusahaan untuk mewujudkan perusahaan manufaktur busana tersebut Dia belum bisa merinci lebih detil nama perusahaan yang digandengnya itu. Nantinya, perusahaan manufaktur ini akan memproduksi busana-busana muslim dan dijual melalui Hijup.com. Rencana bisnis tersebut akan menambah pasokan produk dan varian ke konsumen. Tingginya minat konsumen terhadap busana muslim menjadi pertimbangan Diajeng untuk mengepakan sayap bisnisnya di jagad bisnis e-commerce.

Pasar e-commerce di Indonesia akan meningkat di masa mendatang. Penambahan populasi kelas menengah dan kaum muda menjadi katalis pertumbuhan nilai pasar e-commerce. Merujuk riset Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) bersama Google, memproyeksikan total nilai pasar e-commerce Indonesia pada 2016 akan mencapai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 283 triliun, naik dari US$ 8 miliar. Produk fesyen menjadi barang yang paling sering dibeli konsumen. Produk gadget dan elektronik menyusul di bawah fesyen. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved