Capital Market & Investment Corporate Action

Jurus Antam Sebelum Masa Penambangan Berakhir di UBPE Pongkor

Ubpe pongkor

PT Antam (Persero) Tbk. mengumumkan penjualan bersih di semester l 2016 sebesar Rp 4,16 triliun. Jumlah tersebut didominasi oleh penjualan emas sebesar 68% senilai Rp 2,84 triliun. Disusul kemudian dengan penjualan feronikel sebesar 23% senilai Rp 950 miliar.

Secara volume jumlah penjualan emas Antam pada semester l 2016 mencapai 5.392 kg. Sedangkan volume feronikel terjual mencapai 8.092 ton dalam feronikel (TNi). Untuk wilayah penjualan, selain di dalam negeri juga menjual ke beberapa negara seperti Hongkong, Singapura dan India.

Sebelumnya, di tahun 2015 jumlah penjualan emas Antam mencapai 14.179 kg senilai Rp 7,31 triliun. Menurut Rustaman, VP of Operation Antam, sebanyak 56% atau sekitar 8 ton emas dijual ke India.

“Pencapaian penjualan tersebut diperoleh hasil perjanjian dagang ASEAN-India yang membuka peluang pasar,” jelas Rustaman kepada awak media di kantor Unit Bisnis Penambangan Emas (UBPE) Antam Pongkor, Bogor Jawa Barat (14/9/2016).

Namun, jika dibandingkan dengan target produksi emas pada tahun-tahun sebelumnya, target produksi emas di tahun 2016 mengalami penurunan. Sebab, hanya ditargetkan sebanyak 1.431 kg emas. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas bijih emas yang terus menurun sesuai dengan kualitas bijih emas pertambangan.

Padahal, jika dilihat dari kontribusi pendapatan Antam sebesar Rp 4,16 triliun pada semester pertama 2016 ini, 71% disumbang dari penambangan emas. Rustaman menambahkan, kontribusi produksi tambang emas berasal dari UBPE Pongkor dan PT Cibaliung Sumberdaya sebanyak 60-70% atau sekitar 1.015 kg. Sedangkan bahan baku sisanya diambil di tempat lain baik dalam maupun luar negeri.

Asal tahu saja, UBPE Pongkor pertama kali ditemukan pada tahun 1989. Pada tahun 1992 baru dimulai proses penambangan. Wilayah yang diizinkan untuk penambangan di wilayah perbukitan Bogor itu seluas 6.047 hektar. Dan hanya seluas 500 hektar yang dipakai untuk penambangan termasuk pembangunan kantor administrasi.

Kemampuan UBPE Pongkor adalah menambang bijih emas dan mengolanya menjadi dore, yaitu kandungan emas kurang lebih 10% yang bercampur dengan perak dan kotoran bebatuan lainnya. Dari bentuk dore kemudian dimurnikan di fasilitas pemurnian emas Logam Mulia Antam untuk menjadi emas murni.

Namun, menurut Trenggono Sutioso, Senior VP Corporate Secretary Antam. Usia ekonomis penambangan Pongkor jika tidak ada pengembangan cadangan baru diperkirakan akan habis pada 2019. “Saat ini, total cadangan bijih emas di Pongkor mencapai 2,8 juta ton bijih atau setara dengan 8 ton emas. Sedangkan total sumberdayanya mencapai 3,3 juta ton yang setara dengan 12 ton emas dan tidak direncanakan untuk ditambang karena belum ada nilai ekonomisnya,” jelas Trenggono.

Meski demikian, UBPE Pongkor alan terus melanjutkan ekplorasi untuk mendapatkan tambahan cadangan baru hingga wilayah di luar Taman Nasional. Dengan biaya sebesar Rp 5 miliar untuk ekplorasi tahun 2106, Trenggono menjelaskan kegiatan penambangan percepatan penemuan cadangan baru belum berjalan signifikan.

Hal tersebut disebabkan oleh proses perizinan (IUP) yang belum didapatkan terkait penggunaan ekplorasi kawasan hutan yang prospektif untuk cadangan. Selama ini, operasi pertambangan Pongkor memiliki izin IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan) di kawasan hutan lindung. Dengan menggunakan metode penambangan bawah tanah.

Lebih jauh, Trenggono menguraikan, saat ini pihak Antam tengah menyiapkan kawasan Agrogeoedutourism di kawasan UBPE Pongkor jika usia ekonomis penambangan Pongkor sudah berakhir. Sebuah konsep wisata agro, potensi geologi dan pendidikan secara terpadu. Jadi, meskipun proses penambangan nantinya berakhir, kawasan pasca tambang di Pongkor akan tetap produktif.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved