Corporate Action

Mau Untung, Begini Strategi Indika Energy

Mau Untung, Begini Strategi Indika Energy

Harga komoditas seperti batubara sudah mulai naik. Meski begitu, perusahaan tambang batubara seperti PT Indika Energy Tbk tak mau terlena dan tetap bersiap menghadapi gejolak harga yang mungkin masih akan muncul.

Direktur Utama Indika Energy, Arsjad Rasjid menuturkan, perseroan telah mulai melakukan efisiensi untuk menjaga kelangsungan bisnis dan berharap meraih kinerja positif di tahun 2017. Salah satunya dengan mengurangi jumlah direksi yang semula tujuh orang menjadi hanya tiga orang. Itu adalah satu dari serangkaian program efisiensi yang dimulai sejak April 2016 lalu.

“Tahun 2016, kami turnaround dan stabilisasi. Penyelarasan konsolidasi untuk usaha-usaha yang ada. Harapannya bottom line bisa positif pada tahun ini ,” kata dia di Jakarta, Jumat (27/1).

Direktur Utama Indika Energy, Arsjad Rasjid (kanan)

Direktur Keuangan Indika Energy, Azis Armand menambahkan, harga batubara sempat mencapai US$ 105 perton pada 2011 lalu. Namun, gejolak terjadi saat mendadak permintaan dari China menurun sementara saat itu kapasitas terpasang sudah tinggi. Harga batubara lantas melorot hingga pernah mencapai di bawah US$ 50 perton di awal 2016.

“Saat ini, harga berada di level US$ 80-85 perton. Kami melakukan banyak penyesuaian di biaya produksi, termasuk renegosiasi dengan kontraktor. Untungnya, harga minyak dunia juga turun. Kami terbantu karena komponen energi mencapai 30% dari biaya produksi. Kami bisa survive,” kata dia.

Azis menjelaskan, langkah efisiensi sudah sangat mendesak. Anjloknya harga batubara memangkas pendapatan perseroan hingga US$ 775 juta pada QIII-2016 dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$ 1,1 miliar. Itu semua terjadi karena ada kontrak yang mengalami renegosiasi atau bahkan terminasi. Tapi, berkat sejumlah langkah efisiensi, kinerja perseroan terus membaik.

“Hasilnya sudah terlihat. Meski pendapatan masih turun, operating profit naik, tidak lagi menurun drastis. Kami belum bisa sampaikan angkanya karena masih menunggu hasil audit,” kata dia.

Bisnis batubara Indika Energy dilakukan melalui anak usahanya, yakni Kideco Jaya Agung yang memiliki tambang seluas 50 ribu hektar di Kalimantan Timur dan memiliki kontrak karya pertambangan hingga 2023 mendatang. Produksi pun dipangkas seiring harganya di pasar dunia yang belum juga membaik.

“Pada 2015, produksi mencapai 39 juta ton. Turun menjadi 32 juta ton di 2016. Penurunan biaya produksi untuk mengantisipasi penurunan produksi. Gejolak harga mungkin masih tinggi di 2017. Untuk saat ini, angka produksi masih sama,” kata dia.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved