Financial Report

Intip Rahasia BCA Cetak Laba Bersih Rp9,6 Triliun

Intip Rahasia BCA Cetak Laba Bersih Rp9,6 Triliun

Lesunya kondisi perekonomian nasional 1,5 tahun terakhir ini berdampak pada pengendalian eskpansi PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Jika biasanya dalam setahun BCA buka cabang baru 80 – 90 kantor di seluruh wilayah Indonesia, maka sejak tahun 2015 langkah ekspansi itu direm. “Sejak tahun 2015 BCA menekan pembukaan kantor cabang baru menjadi 40-50 cabang. Itu pun dengan size kantor yang lebih kecil dan jumlah karyawan lebih sedikit,” ujar Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA kepada media saat paparan kinerja Analyst Meeting Semester II tahun 2016, di Jakara (20/7).

(ke-2 dari kiri) Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA

(ke-2 dari kiri) Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA

Kendati pembukaan kantor cabang baru dikurangi jumlahnya, tapi kinerja keuangan BCA tetap moncer. Setidaknya ini tercermin dari pencapaian performa keuangan perusahaan publik itu pada 6 bulan pertama tahun 2016. Dilaporkan bahwa BCA dan entitas anak kan kinerja keuangan semester I 2016 dengan peningkatan laba bersih sebesar 12,1% menjadi Rp9,6 triliun dari Rp8,5 triliun pada periode yang sama tahun 2015. Pendapatan operasional BCA, yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya, tumbuh 15,5 persen menjadi Rp26,1 triliun pada semester I 2016 dari Rp22,6 triliun pada semester I 2015.

“BCA berhasil mencapai kinerja positif melalui penyaluran kredit secara hati-hati dan pengelolaan aktif dana pihak ketiga. BCA sekalii lagi menegaskan keunggulan di bidang perbankan transaksi, yang tercermin dari pertumbuhan saldo rekening transaksi, yaitu rekening giro dan tabungan (CASA), menjelang hari raya Idul Fitri. Pertumbuhan CASA yang solid serta pengurangan biaya dana telah memungkinkan BCA untuk mempertahankan marjin bunga bersih pada level yang sehat meskipun telah dilakukan penurunan suku bunga di berbagai segmen kredit,” Jahja menjelaskan.

Outstanding portofolio kredit tercatat sebesar Rp387,0 triliun pada akhir Juni 2016, naik 11,5 % YoY, didorong oleh penyaluran kredit korporasi yang tumbuh 19,6 % YoY menjadi Rp135,4 triliun. Kredit komersial dan Usaha Kecil & Menengah (UKM) meningkat 6,5 % YoY mencapai Rp 146,5 triliun, sementara kredit konsumer naik 9,1% YoY menjadi Rp105,2 triliun didukung oleh produk pinjaman yang kompetitif.

Sementara itu, portofolio kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor masing-masing naik 8,5% YoY menjadi Rp 61,7 triliun dan 11,4% YoY menjadi Rp34,0 triliun. Outstanding kartu kredit mencapai Rp9,5 triliun, meningkat 5,5 % YoY.

Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, rasio kredit bermasalah (NPL) BCA meningkat menjadi 1,4 persen pada akhir Juni 2016, dibandingkan 0,7% pada akhir Juni 2015. Meskipun demikian, rasio NPL tersebut masih dalam tingkat risiko yang dapat ditoleransi. Pada semester I 2016 BCA membentuk tambahan biaya cadangan sebesar Rp2,0 triliun untuk mempertahankan kecukupan cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan. Per Juni 2016, rasio cadangan terhadap total kredit bermasalah tercatat sebesar 193,0%. BCA secara proaktif mempertahankan posisi likuiditas dan basis permodalan yang solid. Pada akhir Juni 2016, rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) tercatat sebesar 77,9%, sementara rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 20,3%.

DPK meningkat 7,8% YoY menjadi Rp490,6 triliun pada akhir Juni 2016, ditopang oleh pertumbuhan rekening giro dan tabungan (CASA). Dana CASA tumbuh 10,2% YoY mencapai Rp381,3 triliun, berkontribusi sebesar 77,7% terhadap total dana pihak ketiga BCA pada akhir Juni 2016. Dana tabungan tumbuh sebesar 12,6% YoY menjadi Rp260,9 triliun, sedangkan dana giro naik sebesar 5,4% YoY menjadi Rp120,4 triliun. Dana deposito relatif stabil sebesar Rp109,3 triliun.

Memasuki semester II 2016, BCA akan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola usaha dan dalam memanfaatkan berbagai peluang bisnis bagi pertumbuhan di masa mendatang. BCA akan terus melakukan investasi untuk memperkuat kapabilitas perbankan transaksi dan infrastruktur kredit sejalan dengan prospek jangka panjang industri perbankan Indonesia. Pengembangan sumber daya manusia, penyelarasan organisasi, serta peningkatan efisiensi operasional merupakan faktor penting untuk lebih memperkuat posisi BCA. (EVA).


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved