Financial Report Corporate Action

Kredit Usaha Mikro dan Kendaraan Bermotor Turun, Ini Strategi Danamon

Kredit Usaha Mikro dan Kendaraan Bermotor Turun, Ini Strategi Danamon

CFO PT Bank Danamon, Tbk, Vera Eve Lim, mengungkapkan, tahun 2015 lalu adalah tahun yang berat bagi mereka. Pasalnya kredit kepada usaha mikro melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) dan kredit pembiayaan kendaraan bermotor lewat anak usahanya Adira Finance, turun, padahal kedua segmen usaha ini menguasai 40 % portofolio Danamon. Kredit usaha mikro melalui DSP berada pada Rp 14,6 triliun atau turun 23 % dari Rp 19 triliun di tahun 2014. Sementara itu, pembiayaan Adira Finance pun turun 9 % dibandingkan tahun 2014. Sampai akhir tahun 2015, Adira Finance mencatatkan kredit untuk pembiayaan kendaraan dan barang konsumen sebesar Rp 46,6 triliun.

Danamon paparan kinerja 2015 IMG20160303160853

“Kita semua tahu sepanjang 2015 lalu secara keseluruhan ekonomi sedang lesu, hal ini berdampak pada menurunnya kredit,” ujarnya. Meski demikian, Vera mengatakan di tahun 2016 ini pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit 10 %.

Menurutnya, berbagai upaya dari pemerintah guna menghidupkan kembali roda ekonomi akan menjadi stimulus bagi masyarakat untuk kembali mengambil kredit usaha dan lainnya. Selain itu pihaknya juga akan menurunkan net interest margin (NIM), tetapi

Ia enggan menyebutkan persentasenya, “Saat ini rata-rata di industri sekitar 15 % maka kami akan berusaha turun,” katanya. Tetapi, Vera mengingatkan bahwa secara natural, NIM akan turun sebab persaingan kredit antar bank semakin ketat, “Mekanisme pasar dengan sendirinya akan membuat NIM akan terus turun,” lanjutnya.

Di sisi lain, meski harus menghadapi kenyataan penurunan kredit, tetapi Danamon setidaknya berhasil mencatat keberhasilan dalam hal efisiensi operasional. Biaya operasional turun 8 % menjadi Rp9 triliun di tahun 2015 dibandingkan tahun sebelunmnya. Selain itu, Danamon juga masih memliki catatan yang cukup menggembirakan yakni kredit syariah yang meliputi kredit untuk segmen UKM dan komersial, tumbuh 27 % menjadi Rp 2,9 triliun dari Rp 2,3 triliun di tahun 2014. sementara kredit pada segmen perbankan korporasi dan komersial tercatat masing-masing sebesar Rp 17,7 triliun dan Rp 16 triliun.

Danamon mencatatkan laba bersih setelah pajak (NPAT) sebesar Rp 2,4 triliun di tahun 2015. laba operasional sebelum pencadangan (PPOP) tumbuh 8 % dibandingkan tahun 2014 menjadi Rp 8,4 triliun. Rasio biaya terhadap pendapatan membaik menjadi 51,7 % di tahun 2015 dibandingkan dengan 55,7 % tahun 2014. dalam hal peningkatan secara kuartalan, pertumbuhan pendapatan biaya (fee income) tercatat naik sebesar 12% di kuartal keempat 2015 dibandingkan kuartal sebelumnya. Rasio kredit terhadap total pendanaan (loan to funding ratio/LFR) berada pada posisi 87,5 %. LFR ini masih berada dibawah batas yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 94 %. Rasio kecukupan modal (CAR) konsolidasi berada pada posisi 19,7 % sementara CAR standalone berada pada 20,8 %.

Di tahun 2015, giro dan tabungan (CASA) Danamon turun 15 % menjadi Rp 49,8 triliun dari Rp 58,3 triliun di tahun sebelumnya. Sedangkan deposito naik 12% menjadi Rp 67 triliun. Di sisi lain, biaya pendanaan Danamon tercatat membaik seiring dengan meningkatnya momentum untuk mendapatkan dana murah berupa giro dan tabungan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved