Financial Report

Sampoerna Agro Optimistis Produksi CPO Membaik Tahun 2014

Oleh Admin
Sampoerna Agro Optimistis Produksi CPO Membaik Tahun 2014

Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2013, volume produksi tandan buah segar (TBS) PT Sampoerna Agro Tbk. lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Cuaca ekstrim yang terjadi di Sumatera Selatan pada beberapa tahun belakangan menjadi penyebabnya. Tetapi, di tahun 2014, perusahaan meyakini bahwa produksi akan membaik.

sampoerna agro

“Volume tahun ini masih di bawah tahun lalu karena cuaca ekstrim, khususnya di Sumatera Selatan,” ujar Michael Kesuma, Head of Investor Relations PT Sampoerna Agro Tbk., di dalam acara Investor Summit & Capital Market Expo, di Jakarta, Rabu (27/11/2013).

Memang, panen pada kuartal III kemarin terjadi kenaikan yang signifikan dari kuartal II tahun yang sama, yakni sebanyak 51 persen, dari 198.464 ton menjadi 300.406 ton. Lonjakan produksi TBS ini terutama terjadi di perkebunan Sumatera Selatan, yang naik sebesar 78 persen dibandingkan kuartal II. Sedangkan produksi TBS di Kalimantan Tengah dan Barat masih relatif stabil.

Sekalipun ada peningkatan yang signifikan, produksi TBS secara keseluruhan hingga kuartal III tercatat hanya sebesar 804.341 ton. Masih lebih rendah 29 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2012.

Mengenai harga, perseroan menyebutkan ada peningkatan harga jual rata-rata CPO sebanyak 5 persen dari Rp 6.794 per kilogram di kuartal II 2013 menjadi Rp 7.150 pada kuartal III. Namun, dibandingkan dengan sembilan bulan pertama tahun 2012, pada periode yang sama tahun ini ada penurunan sebesar 16 persen menjadi Rp 6.612 per kilogram. Sekalipun kondisi harga demikian, perseroan mengklaim bahwa penyebab utama kinerja keuangan yang cenderung melemah selama sembilan bulan pertama tahun ini adalah karena penurunan volume.

Sampoerna Agro lantas membukukan penurunan penjualan 33 persen di sembilan bulan pertama 2013, yang tercatat sebesar Rp 1,4 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jadi, ada penurunan sebanyak Rp 710 miliar. Cukup signifikan mengingat kontribusi pendapatan produk sawit, yang terdiri dari CPO dan PK, mencapai 93 persen terhadap penjualan perseroan.

Tahun depan, Michael menyebutkan, perseroan optimistis harga dan produksi CPO akan membaik. Ini karena adanya peningkatan profil usia tanaman dan cuaca yang cukup baik di sepanjang tahun ini. “Pada tahun depan, kedua faktor ini mungkin akan membaik,” terang dia.

Selain itu, ke depan, ia menyebutkan, ada kemungkinan perseroan akan merambah ke tanaman lain. Sejauh ini, perseroan sudah mempunyai tanaman sawit yang merupakan bisnis inti, serta karet dan sagu. “Ke depan, tidak menutup kemungkinan akan ekspansi ke tanaman lain. Tapi sekarang tiga tanaman itu,” ucapnya.

Dan, perseroan pun bakal menggelontorkan belanja modal hingga Rp 1 triliun di tahun depan demi memantapkan bisnisnya. Di mana sebagian besar (80 persen) dari belanja modal akan digunakan untuk tanaman sawit, dan sisanya untuk tanaman lainnya. Sumber dana belanja modal ini adalah dari internal (35 persen) dan pinjaman bank (65 persen).

“Land bank sejauh ini, total tertanam dan belum tertanam, ada 242 ribu hektar, yang mencakup sawit saja termasuk kebun plasma,” ujar Michael. Sedangkan, land bank karet ada 100 ribu hektar dan sagu sebanyak 85 ribu hektar. “Yang sawit 120 ribu hektar yang sudah tertanam, karet 1.000 hektar, dan sagu 9-10 ribu hektar,” tandasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved