Financial Report

Tahun 2012 Surya Esa Perkasa Targetkan Pendapatan Rp 370-an Miliar

Tahun 2012 Surya Esa Perkasa Targetkan Pendapatan Rp 370-an Miliar

Garibaldi Thohir, CEO PT Surya Esa Perkasa (paling kiri)

“Tahun 2012 proyeksi pendapatan PT Surya Eka Perkasa Tbk. masih stabil sekitar Rp 370-an miliar. Jumlah itu hampir sama dengan tahun 2011 karena kondisi ekonomi cenderung stabil,” ucap Kanishk Laroya, Corporate Secretary & Head of Investor Relations PT Surya Esa Perkasa Tbk. di sela-sela Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Jakarta (29/5).

Ya, tahun 2011 dilalui oleh perusahaan pengolah gas bumi menjadi LPG, PT Surya Eka Perkasa Tbk. (ESSA) dengan kinerja yang ciamik. Lihat saja penjualan naik 19,96% dari Rp 310,022 miliar menjadi Rp 371,905 miliar. Sementara itu, laba bersih tumbuh 15,25% dari Rp 85,653 miliar menjadi Rp 98,713 miliar.

Akan tetapi, perolehan laba bersih yang wah itu tidak dibagikan untuk pembayaran dividen para pemegang saham. “Perseroan memutuskan untuk menggunakan laba bersih sebagai cadangan sekitar Rp 713,41 juta, laba ditahan Rp 98 juta dan lainnya,” kata Garibaldi Thohir, Direktur Utama PT Surya Esa Perkasa.

Hasil rapat juga memutuskan pergantian dewan komisaris. Para pemegang saham menyetujui pengangkatan Hamid Awaludin sebagai Komisaris Utama dan Komisaris Independen, menggantikan almarhum Dibyo Widodo.

Dijelaskan Garibaldi, ESSA merupakan perusahaan pengolah gas bumi menjadi LPG yang pertama listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, dia mengklaim ESSA adalah kilang LPG swasta terbesar kedua di Indonesia.

Sejak sahamnya tercatat di BEI pada 1 Februari 2012, harga sahamnya naik hingga Rp 1.760 dari harga perdana Rp 610 per lembar saham.

Untuk dana hasil initial public effering (IPO) beberapa waktu lalu, akan digunakan untuk mengurangi rasio utang serta pengembangan kilang melalui capex sebesar US$ 15 juta. “Kami akan mengalokasikan US$ 3 juta – 5 juta tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 untuk meningkatkan 45% produksi LPG yang akan dimulai bulan Januari 2014,” tambah Garibaldi.

Anggaran belanja modal itu, lanjut Kanishk, untuk permodalan produksi gas. Sebab, ESSA hendak mengganti mesin lama dengan teknologi baru, sehingga kemampuan ekstrasi dari mesin tersebut meningkat menjadi 90% dari saat ini yang hanya sebesar 60%. Yang pasti, sebagian dana belanja modal ini akan diambilkan dari kas internal dan sisanya dari pinjaman bank. Rencananya, perseroan bakal mencari pinjaman dari perbankan luar negeri, seperti dari Jepang, Australia, plus Hong Kong.

Dalam kesempatan yang sama, Vinod Laroya, Direktur Eksekutif ESSA, menjelaskan, hal terpenting yang patut dicatat selama tahun 2011 adalah keberhasilan perseroan dalam meningkatkan efisiensi produksi, karena mampu menekan harga pokok penjualan lebih rendah 13% dibandingkan tahun 2010. Alhasil, produksi LPG meningkat 5% dari 37,670 ton tahun 2010 menjadi 39,482 ton tahun lalu.

Ke depan, rencana jangka panjang ESS di antaranya melakukan ekspansi usaha ke industri amoniak yang akan memanfaatkan gas bumi dari Blok Senoro-Toili (Donggi-Senoro) melalui anak usahanya, yakni PT Panca Amara Utama. “Kami percaya bahwa industri amoniak akan sangat prospektif sebagai penunjang industri pangan nasional di masa depan,” tegas Vinod. Langkah strategis ini diharapkan dapat menciptakan nilai berkesinambungan kepada pemegang saham sebagai komitmen untuk meningkatkan kapitalisasi pasar saham ESSA di masa depan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved