Financial Report

Tuntaskan Pembiayaan Bermasalah, Laba Bersih BSM Naik 26,67%

Tuntaskan Pembiayaan Bermasalah, Laba Bersih BSM Naik 26,67%

Upaya manajemen Bank Syariah Mandiri (BSM) untuk fokus pada penyelesaian pembiayaan bermasalah membuahkan hasil. Pada semester I 2016 ini, seluruh indikator kinerja keuangan positif, dengan pertumbuhan laba bersih 26,67% dari semula Rp132 miliar per Juni 2015 menjadi Rp168 miliar per Juni 2016. Sementara, laba operasional sebelum pencadangan naik 48,9% dari Rp322 miliar menjadi Rp479 miliar. “Alhamdulillah kinerja kami menguat dan mulai on the track,’’ kata Direktur Utama BSM, Agus Sudiarto.

BSM

Ia menjelaskan, sepanjang tahun 2014 dan 2015, manajemen melakukan konsolidasi untuk fokus menangani pembiayaan bermasalah sembari meletakkan pondasi baru perusahaan ke depan berdasar Corporate Plan 2016-2020. Dengan kondisi yang mulai membaik pada semester I 2016, Agus optimis BSM dapat mencapai target laba Rp300 miliar hingga akhir tahun 2016.

Direktur Finance and Strategy BSM, Agus Dwi Handaya, memaparka, perolehan laba tersebut antara lain ditopang naiknya cash recovery ex write off, naik 31,58% pada Juni 2015 senilail Rp171 miliar menjadi Rp225 miliar per Juni 2016. Pada 2015 BSM menggelar Gerakan Sikat Satu Triliun (Gesit) dan dilanjutkan dengan program Gerakan Genggam Recovery Rp1,25 Triliun (Geger 125) pada 2016.

Di antara kinerja positif adalah penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebagai salah satu indikator likuiditas. Per posisi Juni 2015, DPK BSM Rp59 triliun dan naik sebesar 7,82% menjadi Rp64 triliun per posisi Juni 2016. Perolehan DPK didorong oleh pertumbuhan giro sebesar 6,25% semula Rp6,86 triliun per Juni 2015 menjadi Rp7,10 triliun per Juni 2016, dan tabungan yang tumbuh sebesar 11,25%, semula Rp22,05 menjadi Rp25 triliun per Juni 2016. Adapun deposito tumbuh 5,68% semula Rp30,43 Triliun per Juni 2015 menjadi Rp32,16 triliun per Juni 2016.

Perolehan DPK dari giro dan tabungan, menjadikan komposisi dana murah BSM per posisi Juni 49,58%, atau naik dibandingkan komposisi dana murah pada periode serupa tahun sebelumnya yang sekitar 48,56%. Untuk menjaga pendapatan perusahaan, manajemen tahun 2016 menempatkan dana pada surat berharga dengan total Rp6,57 triliun di mana sekitar Rp4 triliun ditempatkan pada private placement project based sukuk Kementerian Keuangan RI.

Untuk pembiayaan, BSM berhasil tumbuh sebesar 4,49% atau meningkat Rp2,3 triliun dari semula sebesar Rp50,4 triliun per Juni 2015 menjadi Rp52,7 triliun. Target pertumbuhan pembiayaan sampai dengan akhir tahun sebesar 7% atau sekitar Rp4 triliun. Sementara pembiayaan UKM (kecil dan mikro) per Juni 2016 berhasil mencapai Rp14.06 triliun naik sebesar 25,51% dari Juni 2015 Rp11,21 triliun. Di sisi lain, BSM berhasil menurunkan NPF (gross) yang semula 6,67% per Juni 2015 menjadi 5,58% per Juni 2016 atau lebih dari 100 basis poin. ‘’Ini lebih cepat dari proyeksi di mana kami menargetkan hingga akhir tahun NPF dapat berada di kisaran 5,5%,” ucapnya.

Sementara NPF Nett berada di kisaran 3,74% per Juni 2016 atau turun dibandingkan 4,70% per posisi Juni 2015. BSM kini memasuki Bank Buku 3 dengan modal inti Rp5,55 triliun dan ekuitas Rp5,78 triliun. Sementara posisi Capital Adequacy Ratio (CAR) per Juni 2016 berada di angka 13,69%. Per Juni 2016, aset BSM telah mencapai Rp72,02 triliun tumbuh sebesar 7,57% dari Rp66,95 triliun posisi Juni tahun sebelumnya. Adapun total rekening BSM mencapai sekitar 6,2 juta. Ia mengklaim bahwa BSM masih memimpin pangsa pasar industri syariah dengan market share di aset: 23,70%, dana pihak ketiga: 26,15%, pembiayaan 23,90% dan tabungan 35,21%.

Peningkatan bisnis tersebut juga dibarengi dengan perbaikan infrastruktur IT. Setelah menyelesaikan konsolidasi untuk pembiayaan bermasalah dan memperbaiki bisnis proses, manajemen kini fokus pada penjualan produk utama yakni Cicil dan Gadai Emas, Tabungan Mabrur Junior dan Tabungan BSM, Pembiayaan Griya, Pembiayaan Pensiun, dan Pembiayaan Mikro. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved