Good Corporate Governance

GCG Indonesia Masih Kalah dengan Malaysia, Ini Penyebabnya

GCG Indonesia Masih Kalah dengan Malaysia, Ini Penyebabnya
Mas Achmad daniri

Dalam acara Good Corporate Governance (GCG) yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE), Mas Achmad Daniri, menjelaskan bahwa persoalan governance di Indonesia sangat komplek. Di antaranya banyaknya bocoran perekonomiam seperti pungutan liar atau suap yang kerap terjadi. Sehingga pertumbuhan ekonomi tidak berkualitas dan tidak merata.

Country reports and assessment ASEAN Corporate Governance Scorecard, menyebutkan Indonesia meraih skore 54.55 di tahun 2013. Dibanding negara lain di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih tertinggal dengan Malaysia, Singapura dan Thailand. Namun, dengan Vietnam yang meraih skore 33.87, Indonesia setingkat lebih tinggi.

“Inti dari permasalahan bangsa yang tidak kunjung selesai, memberi indikasi bahwa ada masalah governance yang belum diatasi. Karena itu, perusahaan perlu mengadakan transformasi GCG,” jelas Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance.

Transformasi GCG tidak hanya formalitas semata. Sebab, hakikatnya impelementasi GCG tidak sekadar patuh terhadap peraturan. Lebih dari itu, GCG adalah beyond the rules and regulation. Daniri mengingatkan juga dalam melakukan transformasi GCG, memigrasi perusahaan dimulai dari membangun komitmen, sistem sampai menjadi kultur corporate citizen.

Selain GCG, yang tidak kalah penting lagi bagi perusahaan adalah Corporate Social Resposibility (CSR). Keduanya menjadi elemen penting dalam sebuah perusahaan. Dan supaya kinerja bisnis tetap berjalan dengan baik tanpa melupakan tanggung jawab sosial. CSR berperan penting dalam meningkatkan kemampuan daya saing, reputasi perusahaan dan pelestarian lingkungan.

“Maka dalam implementasi CRS dan GCG hendaknya terintegrasi dengan strategi bisnis perusahaan. Bisnis tidak akan bertahan dan berkesinambungan tanpa mengejar dimensi penciptaan nilai 3P (profit, people dan planet),” jelas Daniri.

Hubungan timbal balik antara perusahaan dan masyarakat, menurut alumni peraih program beasiswa Habibie itu bukan menjadi pilihan, melainkan sebuah keniscayaan. Perusahaan membutuhkan masyarakat, begitu juga sebaliknya. Keduanya membentuk pola hubungan saling ketergantungan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved