Capital Market & Investment

Gerai 7-Eleven Tutup, Ini Langkah Grup Modern

Gerai 7-Eleven Tutup, Ini Langkah Grup Modern

PT Modern Sevel Indonesia (MSI), pemegang waralaba 7-Eleven dan anak usaha PT Modern Internasional Tbk (MDRN), pada Jum’at, (30/6/2017), menutup semua gerai 7-Eleven lantaran gagal mencapai kesepakatan penjualan waralaba 7-Eleven kepada PT Charoen Pokphand Restu Indonesia dan mengalami kerugian. “Mengalami pembatalan karena tidak tercapainya kesepakatan atas pihak-pihak yang berkepentingan,” ujar Chandra Wijaya, Direktur PT Modern Internasional Tbk dalam keterbukaan infromasi kepada Bursa Efek Indonesia, di Jakarta, pekan lalu.

Jadi, MDRN atau Grup Modern akan menutup 161 gerai 7-Eleven yang tersisa di akhir tahun lalu. Kendati demikian, manajemen perusahaan telah memasang kuda-kuda untuk menyiasati dinamika bisnis. “Perusahaan beserta entitas anak, termasuk di dalamnya PT Modern Sevel Indonesia (MSI), sejak tahun 2015 sedang menjalankan strategi restrukturisasi dan konsolidasi perusahaan. Hal ini dilanjutkan di tahun 2016 dan dilakukan agar ke depannya perusahaan dapat beroperasi secara lebih efektif dan efisien sehingga kinerja dan performa perseroan dapat semakin membaik,” tulis Sungkono Honoris, Direktur Utama MDRN dalam laporan keuangan tahun 2016, seperti dikutip SWAOnline pada Juma’t pekan ini

Bagi perseroan, tambah Sungkono, penutupan gerai 7-Eleven dalam dunia usaha dan bisnis merupakan hal normal yang dapat terjadi. Untuk tahun 2017, MDRN akan terus melanjutkan proses restrukturisasi dan perampingan operasi bisnis. Fokus di tahun 2017 ini adalah memperbaiki performa bisnis dan meneruskan penyehatan posisi keuangan melalui penjualan aset properti yang tidak terpakai lagi untuk melunasi pinjaman bank yang tinggi. “Untuk entitas anak, yakni PT Modern Data Solusi, perseroan akan meningkatkan fokus melalui menambah variasi mesin, solusi serta inovasi-inovasi baru untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kepuasan pelanggan di seluruh wilayah Indonesia,” tutur Sungkono.

Jika menengok sekilas, MDRN merintis 7-Eleven di Indonesia pada 2008, yang saat itu perseroan meneken Letter of Intent Master Franchise gerai 7-Elevel di Dallas, Amerika Serikat. Setahun berikutnya, MDRN menandatangani Master Franchise Agreement 7-Eleven di Tokyo, Jepang. Di tahun tersebut, MDRN membuka gerai pertama 7-Eleven di Bulungan, Jakarta Selatan.Jumlah gerai 7-Eleven bertambah menjadi 100 unit pada periode 2009-2012. Selain menambah gerai 7-Eleven, MDRN mendirikan anak usaha guna menunjang bisnis 7-Eleven selama periode 2011-2015. Anak usaha itu adalah PT Fresh Food Indonesia (FFI) dan PT Fresh Food Warabeya Indonesia, perusahaan patungan antara FFI dengan Warabeya Nichiyo Co Ltd.

Sejak hari ini, penutupan gerai 7-Eleven bisa jadi akan menyisakan kenangan manis bagi konsumen. Penutupan gerai 7-Eleven disebut-sebut pengamat pasar modal dan kalangan bisnis akan memangkas kinerja keuangan MDRN. Unit bisnis 7-Eleven, yang dikelola oleh MSI, memberikan kontribusi tertinggi yaitu 77,5% terhadap jumlah total pendapatan MDRN di tahun lalu, yakni senilai Rp 891 miliar. Sisanya disumbangkan oleh anak usaha lainnya, yakni Anak usaha MDRN lainnya adalah PT Modern Data Solusi (MDS), PT Modern Photo Industry (MPI), dan FFI.

Penjualan MSI di tahun lalu itu turun 23,8% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 886,84 miliar. Penurunan itu juga dialami unit bisnis MDRN lainnya, yakni di segmen medical imaging yang melorot 47,9%, atau menjadi Rp 126 miliar dan distribusi RICOH yang turun 9,8%, menjadi Rp 90 miliar dari Rp 99 miliar. MDRN, sebagai pemilik mayoritas saham MSI, memang babak belur. Tengok saja, laporan keuangan MDRN di tahun 2016. Liabilitas MDRN juga membengkak dalam kurun waktu 2012-2016. Jumlah liabilitas pada 2016 naik menjadi 1,33 triliun dari Rp 1,204 di tahun 2015. triliun. Angka itu perlahan-lahan membengkak sejak tahun 2012 yang senilai Rp 747 miliar, 2013 (Rp 865 miliar), dan 2014 (Rp 1,20 triliun). Di sisi lain, nilai asetnya perlahan-lahan menyusut, misalnya total aset di tahun lalu yang turun menjadi Rp 1,98 triliun dari Rp 2,48 trilin di tahun 2015. Ekuitasnya juga tersungkur, yakni Rp 645 miliar pada 2016, turun 49% dari Rp 1,28 triliun di 2015. Penjualan di tahun lalu turun drastis sebesar 27,45% dibandingkan tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 1.22 triliun. Kerugian pun membekap perusahaan.

Cikal bakal MDRN berawal dari pendirian PT Modern Photo Film Company yang beroperasi di tahun 1971. Lalu, perusahaan pada 1988 mendirikan Fuji Image Plaza sebagai jaringan ritel fotografi di Indonesia. Tiga tahun kemudian, manajemen perusahaan merealisasikan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Enam tahun sejak IPO itu, nama perusahaan berubah menjadi PT Modern Photo Tbk seiring dnegan penambahan bisnis perseroan sebagai distributor tunggal RICOH untuk peralatan solusi dokumen dan fotokopi di Indonesia. Di 2006, perseroan ditunjuk sebagai distributor tunggal Shimadzu untuk produk perlengkapan medis. Setahun berikutnya, nama Modern Photo berubah menjadi PT Modern Internasional Tbk. Saham MDRN pada perdagangan Kamis, (22/6/2017) stagnan di level Rp 50. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved