Capital Market & Investment

IHSG Cetak Rekor di Level 5.651

IHSG Cetak Rekor di Level 5.651

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Selasa (4/4/2017), ditutup ke level 5.651 poin, sehingga mencetak rekor tertingg. Atas pencapaian itu nilai kapitalisasi pasar saham (market cap) juga naik menjadi Rp 6.146 triliun hari ini dibandingkan Rp 6.097 triliun pada Senin kemarin.

Reza Priyambada, Kepala Riset PT Binaartha Securities, mengatakan, penguatan IHSG kali ini, dipengaruhi sentimen domestik.”Sentimen positif dari laju inflasi yang dipersepsikan tetap stabil, terjaganya pasokan pangan sehingga tidak akan memicu lonjakan inflasi, dan hasil positif dari siding rapat terbatas kabinet yang menyepakati upaya Presiden Joko Widodo mencapai target pertumbuhan ekonomi pada 2017 5,1% dan 5,6% pada 2018,” urai Reza kepada SWA Online di Jakarta, Selasa.

IHSG memcetak rekor di level 5.651 poin. (Ilustrasi foto : Vicky Rachman/SWA)

Presiden Joko Widodo menginstruksikan para menteri untuk menggenjot ekspor dan investasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut.

Di sisi lain, lanjut Reza, peningkatan IHSG ini mampu mengesampingkan sentimen negatif dari melemahnya sejumlah indeks saham global dan penurunan nilai tukar rupiah. Investor asing mencatatkan pembelian bersih (nett buy) Rp 616,31 miliar dari sebelumnya Rp 438,43 miliar. Secara year to date pembelian bersih investor asing bertambah menjadi sebesar Rp 9,401 triliun. Volume transaksi perdagangan saham pada Selasa ini sebanyak 12,632 miliar saham dengan frekuensi mencapai 366.622 kali atau senilai Rp 6,960 triliun. “Untuk penguatan Indeks pada penutupan Selasa ini, mayoritas ditunjang peningkatan saham big caps pertambangan, antara lain ADRO, PTBA, dan ITMG,” ucap Reza.

Saham lainnya dari sektor perdagangan dan semen turut menopang laju IHSG. Saham itu di antaranya PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). “Adapun penguatan emiten tambang disebabkan berbagai faktor dari adanya spekulasi berkurangnya pasokan batu bara di Australia,” tutur Reza. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tercatat sebagai salah satu saham paling aktif ditransaksikan. Dari sisi volume mencapai 2,399 miliar saham atau mewakili 19% dari total volume saham ditransaksikan dan senilai Rp 935 miliar atau representatif 13,4% dari total nilai transaksi dan dari sebanyak 28.290 kali.

Ekonom PT Mandiri Sekuritas, Leo Putra Rinaldy, dalam risetnya menyebutkan lembaga pemeringkat Standard & Poor’s (S&P) sebaiknya segera menaikkan peringkat kredit (credit rating) Indonesia tahun ini. ”Indonesia sudah melalui reformasi fiskal besar dengan kebijakan subsidi BBM, merelokasi anggaran ke belanja produktif, dan menunjukkan ketahanan makro yang tinggi dibandingkan dengan negara layak investasi (investment grade) lain,” ungkapnya.

Lembaga pemeringkat internasional lainnya, yaitu Fitch Ratings dan Moody’s Investors Service sudah menaikkan prospek rating (outlook) BBB- menjadi positif dari sebelumnya netral, dan mengindikasikan kemungkinan penaikan rating menjadi BBB pada 12 bulan ke depan. ”Adanya kenaikan rating S&P pada akhir April 2017 atau awal Mei 2017, kami yakini dapat memberi dampak positif pada persepsi risiko (credit default swap/CDS), nilai tukar mata uang, yield obligasi, dan investasi langsung,” Leo menjelaskan.

Potensi masuknya aliran dana modal, misalnya dari Jepang, yang memiliki porsi kepemilikan surat utang pemerintah denominasi rupiah hanya 4%, masih sangat rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) sebesar 22%. Di sisi lain, jika S&P memutuskan tidak menaikkan rating Indonesia, menurut dia, dampaknya akan minor. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved