Capital Market & Investment zkumparan

IHSG Diprediksi Menguat pada Pertengahan Minggu Ini

Pergerakan saham di papan elektronik di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, beberapa waktu yang lalu. (Foto : Vicky Rachman/SWA)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan naik pada perdagangan Rabu, 1 Juli 2020. Prediksi tersebut melanjutkan pergerakan indeks saham yang Selasa kemarin naik tipis sebesar 0,07%, atau 4.905,39 poin. Analis PT Binaartha Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta Utama, mengestimasikan IHSG pada hari ini berpotensi naik dalam rentang 4.975 dan 5.097 poin.

”Berdasarkan rasio fibonacci, support pertama maupun kedua memiliki range pada level 4865.27 hingga 4778.71 poin. Sementara itu, resistance pertama maupun kedua memiliki range pada 4975.54 dan 5097.14 poin,” ujar Nafan dalam risetnya di Jakarta, Rabu (1/7/2020).

Nafan menjabarkan berdasarkan indikator, MACD (Moving Average Convergence/rata-rata pergerakan konverjensi), membentuk pola dead cross di area positif. Sementara itu, Stochastic dan RSI berada di area netral. “Namun demikian, masih terlihat pola upward bar yang mengindikasikan adanya potensi penguatan pada pergerakan IHSG sehingga berpeluang menuju ke area resistance,” sebut Nafan.

Hariyanto Wijaya, Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menyebutkan investor mencermati Purchasing Manager’s Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia yang akan dirilis pekan ini. Kalangan ekonom berharap PMI Indonesia kembali ke tahap ekspansi. Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, pada paparannya di akhir pekan lalu, menggarisbawahi beberapa sentimen negatif yang berpotensi mempengaruhi pergerakan IHSG, antara lain lonjakan kasus Covid-19 di Amerika Serikat dan Jerman yang diikuti lockdown membuat pasar kawatir, respon negatif pelaku pasar terhadap kebijakan lockdown pada sektor bisnis di beberapa negara bagian di Amerika Serikat.

Dari dalam negeri, Hans mengatakan sentimen positif mengenai kebijakan pemerintah menempatkan dana sebesar Rp 30 triliun di Bank Himpunan Milik Negara (Himbara) yang sebelumnya ditempatkan di Bank Indonesia (BI). “Ini merupakan sentimen positif karena memperkuat perbankan nasional,” ucap Hans.

Pada perdagangan tengah pekan ini, Nafan meyarankan investor untuk mempertimbangkan beberapa saham, diantaranya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).

Saham lainnya, yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), merujuk riset Ellen May (EM) Research Institute, perlu dicermati investor sebagai salah satu opsi berinvestasi dan trading jangka pendek. EM Research Institute mereferensikan pembelian INKP untuk swing trading dengan pembelian maksimal di Rp 5.950/unit sebanyak 5% dari modal swing trading. “Jual jika harga turun dari Rp 5.600 untuk pembatasan risiko dengan perkiraan profit taking di kisaran Rp 6.400 hingga Rp 6.500,” demikian riset EM Research Institute.

Peluang trading INKP dengan strategi buy on breakout, setelah break di area resistance kuat di Rp 5.800-5.900. Selain itu, kenaikan harga diikuti oleh kenaikan volume transaksi yang masif sehingga pembelian INKP direkomendasikan untuk jangka pendek.

INKP mencatatkan laba bersih kuartal I-2020 sebesar US$ 179,31 juta. Jumlah ini naik 145% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tingginya laba INKP disebabkan oleh kenaikan drastis keuntungan selisih kurs, yang meningkat hingga 753% (year on year). Jadi laba naik bukan karena meningkatnya pendapatan perusahaan. Pendapatan pada kuartal I-2020 mencapai US$ 780,47 juta. Jumlah ini cuma naik 0,57%. INKP juga mencatatkan kenaikan earning per share (EPS) menjadi US$ 0.03277, naik 112,8% dibanding tahun sebelumnya.

Pelaku pasar perlu mempertimbangkan utang jangka pendek INKP. Perusahaan ini memiliki utang jangka pendek sebesar US$ 1,74 juta, turun 6.7% (year on year). Pinjaman bank jangka pendek INKP menjadi elemen terbesar di utang jangka pendek dengan nilai mencapai US$ 966 juta. 59% diantaranya merupakan pinjaman dalam bentuk dollar AS. Utang jangka pendek INKP lainnya terdiri dari pembiayaan Musyarakah, utang usaha, utang pajak, dan medium term notes. Untuk membayar utang jangka pendek yang besar tersebut, INKP berencana melakukan penawaran obligasi senilai Rp 1,39 triliun.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved