Capital Market & Investment

IHSG Menorehkan Rekor Baru

IHSG Menorehkan Rekor Baru

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu ini naik 1,23%, atau bertengger di level 6.025 poin. Pencapaian IHSG itu merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Saham yang ditransaksikan di hari perdagangan itu mencapai 9,159 miliar saham dengan frekuensi sebanyak 349.794 kali dan senilai Rp 8,691 triliun. Investor mencatatkan pembelian bersih (foreign net buy) sebesar Rp 130,41 miliar.

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio, mengatakan, pencapaian rekor tertinggi IHSG ini merefleksikan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia ”Ini bukti bahwa kepercayaan terhadap pemerintah ada dan terhadap pasar modal Indonesia. Cadangan devisa positif, nilai tukar Rupiah stabil dengan pergerakan hanya 0,04% per tahun dan pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) terbesar,” kata Tito di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta (25/10/2017).

Level IHSG pada periode awal tahun ini hingga saat ini (year to date) melonjak 13,76% sehingga bertengger di posisi keenam di daftar pasar saham yang membukukan pertumbuhan tertinggi di dunia. ”Tapi, IHSG adalah nomor satu yang pertumbuhannya tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini,” ungkap Tito. Pencapaian rekor IHSG ini juga dibarengi rekor terbaru kapitalisasi pasar di BEI. Kapitalisasi pasar pada perdagangan di awal pekan ini senilai Rp 6.602 triliun.

Pada kesempatan terpisah, Reza Priyambada, analis saham PT Binaartha Sekuritas, IHSG menembus level psikologis terbarunya itu merupakan imbas positif laju bursa saham AS yang memberikan sentimen positif pada pergerakan sejumlah indeks saham Asia, termasuk IHSG. “Selain itu, pelaku pasar juga mengantisipasi rilis kinerja pada emiten yang diperkirakan akan lebih baik. Tak ketinggalan, kembalinya asing mencatatkan pembelian bersih dan DPR yang akhirnya menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN Tahun Anggaran 2018 untuk disahkan menjadi Undang-Undang turut menjadi sentimen positif bagi IHSG meski tidak dibarengi dengan laju Rupiah yang kembali melemah,” tutur Reza.

Asumsi makro yang disetujui Banggar, yaitu pertumbuhan ekonomi 5,4%, inflasi 3,5%, nilai tukar rupiah Rp 13.400 per dollar Amerika Serikat (AS), dan suku bunga SPN tiga bulan 5,2%. Selain itu harga minyak mentah (ICP) US$ 48 per barel, lifting minyak 800 ribu barel per hari, dan lifting gas bumi 1,2 juta barel setara minyak per hari. Sementara itu, target pembangunan yang disetujui Banggar, yaitu tingkat pengangguran 5%-5,3%, tingkat kemiskinan sebesar 9,5%-10%, ketimpangan 0,38, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 71,5. Lalu, target pendapatan negara yang disetujui Banggar sebesar Rp 1.894,72 triliun, yang terdiri dari penerimaan perpajakan Rp 1.618,1 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 275,43 triliun, dan penerimaan hibah Rp 1,2 triliun. Adapun target belanja negara yang disetujui Banggar sebesar Rp 2.220,66 triliun, yang terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp 1.454,49 triliun dan belanja transfer ke daerah dan dana desa Rp 766,16 triliun. Dengan demikian, target defisit anggaran tahun depan yang disetujui sebesar Rp 325,94 triliun atau 2,19% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sejalan dengan defisit anggaran itu, target pembiayaan juga disetujui sebesar Rp 325,94 triliun.

Reza memproyeksikan level IHSG pada perdagangan Kamis pekan ini berada di kisaran 5.982-6.067 poin. “Berdasarkan indikator daily, MACD berada di area positif. Sementara itu, Stochastic dan RSI bergerak ke atas dan menuju ke area overbought. Terlihat pola long white marubozu candle yang mengindikasikan adanya potensi bullish continuation pada pergerakan indeks saham,” bebernya. Ia menambahkan investor mencermati berbagai macam sentimen yang dapat kembali menghalangi potensi kenaikan lanjutan IHSG. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved