Capital Market & Investment

Ini Kontribusi Federal ke Induk Usaha

Ini Kontribusi Federal ke Induk Usaha

PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), perusahaan konsumer otomotif, membukukan pendapatan pada semester I/2016 sebesar Rp 8,9 triliun, atau tumbuh 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski begitu, biaya pokok pendapatan perseroan meningkat 8,61% menjadi Rp 7,6 triliun. Dampaknya, laba bersih perseroan tergerus sebesar 22,67%, menjadi Rp 179,98 miliar dari Rp 232,76 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Rudy Halim, Direktur Utama Mitra Pinasthika Mustika, mengemukakan kinerja grup MPM terus menunjukkan tren penguatan di tengah pertumbuhan industri yang melambat hingga semester I/2016.

Dia menjelaskan, perseroan akan terus memperkuat fundamental bisnis dan meningkatkan efisiensi operasional di segala lini dan menjalankan inisiatif strategis untuk meningkatkan daya saing. Hasilnya, kinerja grup MPM terus menunjukkan tren penguatan di tengah pertumbuhan industri yang melambat di enam bulan pertama tahun ini. Rudy menambahkan kinerja MPMX ke depannya akan fokus untuk menghasilkan arus kas yang positif melalui cost leadership, penguatan proses bisnis serta sejumlah inisiatif pengembangan bisnis di tataran perseroan. “Kami bersyukur bahwa bisnis Grup MPM terus bertumbuh yang didukung oleh kinerja dari anak-anak perusahaan yang stabil dan sangat positif,” kata Rudy dalam keterangan tertulisnya di Jakarta. Sebagian besar anak perusahaan MPMX mampu menunjukkan kinerja bisnis yang positif semester I tahun ini.

Pada segmen distribusi dan ritel kendaraan roda dua, MPMX melalui MPMulia berhasil menjaga penjualan sepeda motornya tetap stabil dan posisinya sebagai pemimpin pasar dengan mencatat angka penjualan sebesar 455 ribu unit sepeda motor, walaupun total penjualan secara industri nasional sedang mengalami penurunan. Pendapatan MPMulia selama Semester I/2016 meningkat 7% dibanding periode yang sama tahun lalu atau naik menjadi Rp 6,3 triliun. Untuk segmen bisnis distribusi dan ritel kendaraan roda empat, MPMAuto sukses menjual 3.078 unit kendaraan. Angka tersebut naik 99% dibandingkan dengan penjualan MPMAuto pada periode yang sama tahun lalu. Keberhasilan ini tidak lepas dari komitmen MPMAuto untuk terus meningkatkan produktivitas penjualan, memperkuat layanan purna jual, serta meningkatkan efisiensi operasional pada 11 dealer yang tersebar di seluruh Indonesia. Di segmen bisnis jasa otomotif, MPMRent tetap fokus pada perbaikan operasional yang berkesinambungan dan mengembangkan potensi bisnis model baru dengan margin lebih tinggi.

Pada segmen bisnis jasa keuangan, MPMFinance secara konsisten menjaga kualitas aset melalui pemilihan yang selektif. Selama Semester I 2016 ini, pendapatan MPMFinance dari pembiayaan pemesanan baru meningkat 13% dibandingkan periode tahun lalu dengan NPL terjaga di tingkat 3,2%. Selain itu, MPMFinance juga melakukan berbagai langkah strategis yakni melakukan diversifikasi sumber pendanaan dengan menerbitkan Medium Term Notes (MTN) dengan CGIF sebagai credit guarantor pada Maret 2016. MPMFinance juga berhasil meraih penghargaan Best Structured Trade Finance Solution Indonesia dari The Asset Triple A Awards 2016 yang digelar oleh The Asset di Hongkong pada Mei lalu.

Adapun pada segmen bisnis asuransi umum, MPMInsurance mencatat pertumbuhan signifikan pada gross premium sebesar 88% dibandingkan periode sama tahun lalu menjadi Rp 204 miliar. Laba bersih juga meningkat 26% dibanding semester I tahun lalu. Dengan pencapaian yang baik tersebut, MPMInsurance berhasil meraih penghargaan sebagai Best General Insurance Company untuk kategori perusahaan dengan gross premium di bawah Rp 250 miliar dari majalah Infobank.

Sedangkan pada segmen consumer parts otomotif, penjualan melalui PT Federal Karyatama (FKT), produsen pelumas merek Federal Oil dan Federal Mobil mencatatkan pertumbuhan yang kuat. Volume penjualan oli tercatat meningkat 14% dibanding periode yang sama tahun lalu. Pendapatan perusahaan pun tumbuh 12% dibandingkan semester I/2015 menjadi Rp 845 miliar. Berbagai langkah pembenahan dan inovasi pemasaran diterapkan Federal demi mendongkrak performa bisnis.

Pemasaran Digital Ala Federal

Menurut Patrick Adhiatmadja, Presiden Direktur Federal Karyatama, pihaknya rajin beriklan, mengadakan event, dan kegiatan pemasaran lainnya yang terkait branding awareness produknya. Hasil kegiatan tersebut dianalisis untuk memandu manajemen dalam memetakan perilaku konsumen, khususnya anak-anak muda. Strategi pemasaran digital pun diaktivasi sejak tahun 2013. Hal ini tergolong taktik yang relatifbaru bagi Federal. Sebelumnya, mereka sejak tahun 1988 adalah pemasok genuine oil untuk PT Astra Honda Motor (AHM). Dengan kata lain, Federal tidak perlu bersusah payah menjual produknya itu. Nah, ketika berpisah dari AHM pada 2009, Federal terpaksa bertarung di pasar replacement market. Federal, Patrick menuturkan, menggelar komunikasi terpadu dengan menggarap touch point (titik sentuh) di berbagai platform, semisal di media sosial (medsos). “Awalnya kami membuat akun Federal Oil di Facebook,” ia menerangkan.

Patrick

Patrick Adhiatmadja, Presiden Direktur PT Federal Karyatama. (Foto : Wisnu Rahardjo/SWA)

Tantangan memasarkan produk ke segmen itu lumayan alot lantaran harus bertarung dengan tiga produsen oli lainnya yang sudah mencengkeram pasar aftermarket. Lantas, komunikasi pemasaran Federal diintegrasikan agar merek Federal Oil tertancap di kepala konsumen. Mereka pun menambah dua situs jejaring sosial. “Kami menambah touch point di Instagram dan Twitter,” Patrick menambahkan. Tim pemasaran pun dibenahi untuk menangani pemasaran digital. “Kami merekrut anak-anak muda yang aktif di medsos dan digabungkan dengan tim pemasaran yang sudah ada di perusahaan,” ujarnya. Selanjutnya, Federal menggaet konsultan pemasaran, agensi periklanan dan lembaga lainnya untuk menyusun konsep dan strategi branding jangka panjang. Langkah ini merupakan keseriusan perusahaan meningkatkan ekuitas Federal Oil.

Perusahaan melaksanakan kegiatan pemasaran yang kreatif. Setiap touch point digital atau konvensional diberi sentuhan yang menyegarkan. Contohnya, kegiatan BTL yang diberi nama Grebek Bengkel turut digerakkan lewat medsos. Distributor dilibatkan untuk menghelat Grebek Bengkel yang format acaranya dikemas sedemikian rupa sesuai dengan selera komunitas motor lokal. Misalnya, konsep acara musik dangdut lebih cocok di daerah ketimbang digelar di Jakarta. Relasi konsumen dengan Federal pun terjalin erat. Sebab, gaya pemasarannya dirancang interaktif alias komunikasi dua arah. Patrick tak menyanggah, pemasaran digital di medsos itu berhasil menjalin relasi yang kuat dengan konsumen. “Sudah banyak testimoni konsumen yang kami blast ke medsos. Jadi, touch point kami 360 derajat untuk meningkatkan merek,” kata Patrick yang ditunjuk sebagai Presdir Federal per Januari 2013, menegaskan. Federal memberikan nama khusus bagi pengikut (follower) akun resmi Federal Oil, yakni Feeders, yang jumlahnya, menurut Patrick, meningkat dari tahun ke tahun. Per 24 Agustus 2016, jumlah Feeders yang terpampang di @federaloil_id sebanyak 15 ribu akun.

Untuk menyiasati permintaan konsumen, maka Federal sedang menyelesaikan pembangunan pabrik. MPMX, selaku induk usaha Federal, telah menganggarkan belanja modal sebesar Rp 700 miliar untuk tahun ini. Jumlah belanja modal itu dialokasikan sekitar Rp 100 miliar untuk mendanai penyelesaian pembangunan pabrik Federal di Cilegon. Rencananya, pembangunan pabrik teranyar Federal itu akan selesai di tahun depan dan akan menggantikan peran pabrik di Pulo Gadung, Jakarta Timur. “Kapasitas produksi pabrik di Cilegon bisa mencapai 100 juta liter per tahun. Nanti yang di Pulo Gadung akan kami shut down dan akan dimanfaatkan untuk area pergudangan, distribusi, dan lain-lain,” imbuh Patrick. Pabrik di Cilegon menempati lahan seluas 2 ha dan menyedot investasi sebesar Rp 400 miliar. Pabrik ini memproduksi oli sepeda motor dan mobil. (*)

Reportase : Aulia Dhetira


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved