Capital Market & Investment zkumparan

IPCC Realisasikan 35% Dana IPO

IPCC Realisasikan 35% Dana IPO
Suasana bongkar muat mobil di terminal IPCC. (Foto : SWA)

PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) yang memperoleh dana segar Rp 835 miliar pasca melaksanakan penawaran umum saham ke publik (IPO) pada 9 Juli 2018 telah membelanjakan untuk membiayai berbagai kebutuhan perseroan.

Total dana IPO itu setelah dikurangi dengan biaya penawaran umum saham sebesar Rp 35,51 miliar, maka nilai bersih dana IPO yang digenggam IPCC senilai Rp 799,49 miliar. “Dana IPO ini di antaranya digunakan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 198,03 miliar, pembayaran sewa lahan dibayar di muka selama lima tahun sebesar Rp 320,59 miliar dan modal kerja Rp 6,65 miliar,” ujar Reza Priyambada, Investor Relation Indonesia Kendaraan Terminal di Jakarta, Sabtu (26/1/2019). Jika ditotal, realisasi penggunaan dana IPO itu senilai Rp 274,22 miliar atau sekitar 35% dari total nilai bersih dana IPO .

Penggunaan capex tersebut telah sesuai dengan target perseroan untuk membiayai pembayaran tahap pertama pembelian aset suprastruktur PT Pelabuhan Indonesia II (Persero). Pembelian aset ini nantinya akan digunakan sebagai bagian dari operasional IPCC. Di sisi lain, perseroan melihat adanya kebutuhan yang besar akan kebutuhan kendaraan, baik kendaraan penumpang maupun kendaraan berat sehingga kebutuhan dan kepastian akan lahan sangat diperlukan.

Untuk itulah, perseroan melakukan pembayaran sewa lahan untuk mengamankan lahan yang akan digunakan sebagai lahan penumpukan kendaraan tersebut. Sementara itu, telah terpakainya modal kerja digunakan untuk pembayaran atas sewa dermaga dan lahan eks presiden.

Reza dalam keterangan tertulisnya itu menyebutkan realisasi penggunaan dana tersebut tentunya diharapkan dapat meningkatkan kinerja perseroan ke depannya. “Sebagai satu-satunya dedicated car terminal di Indonesia, maka kebutuhan akan lahan dan sarana pendukungnya diperlukan untuk memberikan kepastian kelangsungan kinerja perseroan agar lebih sustainable,” sebut Reza.

IPCC menargetkan pertumbuhan pendapatan pada 2019 sebesar 25 – 30% dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 35 – 45%. Peningkatan ini sejalan dengan bertumbuhnya volume pengangkutan kendaraan dan pendukungnya, baik kendaraan penumpang maupun alat-alat berat.

Meningkatnya aktivitas masyarakat dan industri, khususnya industri komoditas membuat permintaan alat berat meningkat dan memberikan kontribusi positif bagi pendapatan perseroan dari sisi pengangkutan cargo atau troughput alat-alat berat. Komposisi pendapatan perseroan per Desember 2018 dari aktivitas bongkat muat alat berat mencapai 34,50% dengan tren pertumbuhan pendapatan melebihi segmen lainnya berupa kendaraan penumpang, spare parts, kendaraan motor, dan lainnya.

Meningkatnya aktivitas bongkar muat kendaraan yang dibarengi dengan tereaslisasinya sebagian besar dana hasil penawaran umum membuat perseroan optimis target tersebut dapat lebih baik dari tahun 2017. Anak usaha Pelindo II ini menargetkan penggunaan belanja modal hingga Rp 335 miliar yang nantinya akan digunakan untuk ekspansi kapasitas lahan, pembelian peralatan dan perlengkapan untuk mendukung bisnis perseroan.

Dengan adanya sejumlah rencana perseroan tersebut, diharapkan persepsi pelaku pasar terhadap kinerja perusahaan dan proyeksi 2019 dapat menjadi pertimbangan positif oleh pelaku pasar. Dari sisi harga saham yang relatif masih murah namun, memiliki valuasi yang cenderung baik. Harga saham IPCC pada Jum’at, 25 Januari 2019, ditutup pada level Rp 1.495, turun 1,64% dari Rp 1.520 di perdagangan sebelumnya.

Di sisi lain, rencana pemerintah dalam proyek pembangunan Terminal Kendaraan di Pelabuhan Patimban disambut baik oleh IPCC sebagai pelengkap dari terminal kendaraan yang ada di Tanjung Priok, mengingat pertumbuhan ekspor dalam 10 tahun terakhir mencapai rerata pertumbuhan majemuk (CAGR) sekitar 15%. Dengan dibangunnya Pelabuhan Patimban yang salah satunya adalah terminal kendaraan maka dapat dijadikan momentum bagi pemerintah untuk mendorong pembangunan pabrik mobil baru yang di tahun 2018 komposisi ekspornya mencapai 70% dan impor 30%.

“Dengan adanya pembangunan pabrik otomotif baru nantinya di sekitar Patimban akan meningkatkan tambahan produksi yang dapat menghantarkan Indonesia sebagai produsen mobil nomor satu di Asia Tenggara, yang saat ini posisi Indonesia masih berada di bawah Thailand sekaligus menjadi 12 besar negara di dunia yang memproduksi mobil,” ungkap Arif Isnawan, Direktur Komersial & Pengembangan Bisnis IPCC.

Sebagai efek dominonya dengan melibatkan IPCC dalam pengoperasian kendaraan terminal di Pelabuhan Patimban maka momentum bagi IPCC untuk menjadi terminal nomor satu di Asia Tenggara dan sekaligus 10 besar dunia. Dari sisi operasional, Indra Hidayat Sani, Direktur Operasional IPCC menyatakan kesiapan perseroan dalam pengoperasian pelabuhan Patimban baik dari sisi SDM, prosedur, suprastruktur, dan digital car terminal system.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved