Capital Market & Investment

Kapuas Prima Mengoperasikan Pabrik Smelter Timbal di Desember

Kapuas Prima Mengoperasikan Pabrik Smelter Timbal di Desember
Pertambangan logam dasar. (Foto : Kapuas Prima Coal)

PT Kapuas Prima Coal Tbk optimistis program hilirisasi akan mendukung penguatan ekonomi nasional, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan bisnis Perseroan. Untuk itu, perseroan menargetkan pengoperasian pabrik pemurnian (smelter) konsentrat timbal itu terealisasi di akhir tahun ini.

Perseroan merampungkan pembangunan pabrik smelter konsentrat timbal berkapasitas 40 ribu ton. Nilai investasi pembangunan pabrik ini sebesar US$ 15 juta. Adapun pabrik smelter seng berkapasitas 83.000 ton sedang dibangun dan perseroan menargetkan pengoperasinnya pada kuartal III tahun depan.

Beroperasinya kedua smelter tersebut diharapkan akan mampu mendongkrak pendapatan Perseroan tahun depan. Perseroran mengalokasikan belanja modal US$ 10-12 juta yang digunakan untuk membangun infrastruktur terowongan, meningkatkan keamanan kerja (safety), dan menambah jumlah alat berat.

Namun, kondisi harga komoditas harga logam dasar yang belum stabil sangat mempengaruhi target penjualan. Emiten pertambangan yang sahamnya berkode ZINC ini menargetkan penjualan di tahun ini senilai Rp 650 miliar. “Penjualan kita akan sangat bergantung pada pemulihan ekonomi Indonesia dan ekonomi global, mengingat harga komoditas logam dasar yang terus berfluktuasi sejak tahun 2021,” kata Direktur ZINC Evelyne Kioe di Jakarta, Kamis (17/11/2022)

Laba bersih ZINC pada Semester I/2022 sebesar Rp 28,27 miliar, turun 68% dari Rp89,52 miliar pada periode yang sama tahun 2021. Turunnya laba bersih tersebut terjadi karena penjualan perseroan turun 18% atau menjadi Rp 411,35 miliar dari Rp 499,94 miliar pada periode sebelumnya. Selain itu, peningkatan biaya yang cukup signifikan sejak awal tahun juga terus menggerus laba perseroan hingga kuartal kedua tahun ini.

Beroperasinya kedua smelter tersebut diharapkan akan mampu mendongkrak pendapatan Perseroan tahun depan. Perseroran mengalokasikan belanja modal US$ 10-12 juta yang digunakan untuk membangun infrastruktur terowongan, meningkatkan keamanan kerja (safety) dan menambah jumlah alat berat.

Namun, kondisi harga komoditas harga logam dasar yang belum stabil sangat mempengaruhi target penjualan. Emiten pertambangan yang sahamnya berkode ZINC ini menargetkan penjualan di tahun ini senilai Rp 650 miliar. “Penjualan kita akan sangat bergantung pada pemulihan ekonomi Indonesia dan ekonomi global, mengingat harga komoditas logam dasar yang terus berfluktuasi sejak tahun 2021,” kata Evelyne.

Laba bersih ZINC pada semester I/2022 sebesar Rp 28,27 miliar, turun 68% dari Rp89,52 miliar pada periode yang sama tahun 2021. Turunnya laba bersih tersebut terjadi karena penjualan perseroan turun 18% atau menjadi Rp 411,35 miliar dari Rp 499,94 miliar pada periode sebelumnya. Selain itu, peningkatan biaya yang cukup signifikan sejak awal tahun juga terus menggerus laba perseroan hingga kuartal kedua tahun ini. Harga saham ZINC pada penutupan perdagangan Kamis ini stagnan di Rp 50.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved