Capital Market & Investment

Mandiri Tunas Finance Tawarkan Obligasi Senilai Rp500 Miliar

Mandiri Tunas Finance Tawarkan Obligasi Senilai Rp500 Miliar

PT Mandiri Tunas Finance (MTF), anak perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, menawarkan Obligasi Berkelanjutan III Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2016 maksimal Rp500 miliar. Obligasi tersebut merupakan bagian dari rencana Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan III senilai total Rp 3 triliun.

Tahap pertama penerbitan obligasi perusahaan pembiayaan otomotif tersebut terbagi dalam dua seri. Seri A berjangka waktu tiga tahun, dan seri B berjangka waktu lima tahun. Obligasi tersebut telah mendapat peringkat idAA+ (double A plus) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Peringkat yang diperoleh oleh perseroan ini meningkat dari peringkat sebelumnya idAA (double A).

Pembayaran kupon Obligasi Berkelanjutan III Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2016 akan dilakukan setiap tiga bulan. Adapun jaminannya berupa piutang performing sekurang-kurangnya sebesar 60% dari nilai obligasi yang diterbitkan. Dalam penerbitan obligasi ini, perseroan telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi.

Mandiri Tunas Finance

Sesuai rencana, masa penawaran awal (bookbuilding) berlangsung pada 5-19 September 2016. Sedangkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan terbit pada 29 September 2016.Selanjutnya, indikasi masa penawaran umum dijadwalkan pada 3-4 Oktober 2016, pembayaran dari investor pada 6 Oktober 2016, pembayaran kepada emiten dan distribusi elektronik pada 7 Oktober 2016. Sedangkan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Oktober 2016.

Setelah dikurangi biaya-biaya emisi, MTF akan menggunakan seluruh dana hasil penawaran umum obligasi tersebut untuk modal kerja pembiayaan kendaraan bermotor. Selama ini pembiayaan MTF didukung pendanaan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan jaringan dealer otomotif yang luas, yakni PT Tunas Ridean Tbk.

“Seluruh dana hasil obligasi ini akan digunakan untuk modal kerja pembiayaan kendaraan bermotor,” ujar Direktur Utama Mandiri Tunas Finance, Ignatius Susatyo Wijoyo di Jakarta (6/9/2016). Menurutnya, pertumbuhan bisnis MTF tergantung dari regulasi, termasuk kebijakan plat nomor mobil ganjil-genap bisa mendorong permintaan kendaraan roda empat. Tapi, diakuinya kebijakan ini belum berdampak signifikan sampai hari ini.

“Ke depan, kami optimistis masih dapat menjaga pangsa pasar. Tercatat pangsa pasar pembiayaan mobil baru Mandiri Tunas Finance per Maret 2016 naik sebesar 11,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu di tengah penurunan industri otomotif sebesar 5,3 persen,” dia menegaskan.

Saat ini, 51% saham Mandiri Tunas Finance dimiliki oleh Bank Mandiri dan sisanya sebesar 49% saham dipegang oleh Tunas Ridean. Dukungan penuh dari pemegang saham ini menjadi salah satu pertimbangan investasi pada obligasi MTF.

Pertimbangan investasi lainnya, yaitu MTF memiliki jaringan kantor yang tersebar luas dan didukung aliansi strategis Bank Mandiri dan Tunas Ridean, hubungan baik dengan bank dan investor, kinerja keuangan solid, sehat, dan konservatif, serta manajemen berpengalaman dan profesional. Per 31 Maret 2016, MTF memiliki 93 kantor cabang dengan jumlah pegawai mencapai 3.672 orang.

Manajemen MTF juga mengklaim memiliki keunggulan kompetitif, antara lain brand “Mandiri” yang kuat menambah value added, sumber pendanaan berkelanjutan melalui joint financing dari Bank Mandiri, serta membiayai semua merek kendaraan mobil dan memiliki jaringan kerja sama yang luas dengan dealer dan Agen Pemegang Merek (APM).

Beberapa strategi usaha yang diterapkan MTF, yaitu fokus pada pembiayaan mobil baru khususnya passenger cars, optimalisasi menggarap pasar di kota-kota setingkat kabupaten melalui pembukaan kantor cabang dan kantor satelit di Bank Mandiri, ekspansi pembiayaan multiguna seperti untuk traveling, pendidikan, dan renovasi rumah.

Selain itu, MTF akan mengoptimalisasi aliansi dan cross selling dengan Mandiri Group khususnya produk Kredit Kendaraan Bermotor, pengembangan kompetensi SDM yang berkelanjutan, pengembangan inovasi produk pembiayaan dengan bunga yang kompetitif, pengembangan berbagai aplikasi berbasis IT, optimalisasi pembiayaan corporate fleet, mengadakan dan mengikuti pameran otomotif, serta inovasi metode pemasaran melalui digital marketing.

Hingga akhir tahun 2016, MTF berencana akan membuka 10 kantor satelit, yaitu di Baubau (Sultra), Poso (Sulteng), Ternate (Maluku Utara), Air Molek (Riau), Pematang Siantar (Sumut), Penarik (Bengkulu), Pangkalan Bun (Kalteng), Ketapang (Kalbar), Berau (Kaltim), dan Melak (Kaltim). Sedangkan cabang yang sudah dibuka tahun ini adalah cabang di Luwuk (Sulteng). Tahun depan di Banyuwangi (Jatim), Ambon (Maluku ), Sorong (Papua Barat), dan Jayapura (Papua).

MTF menargetkan new lending senilai Rp 18 triliun pada tahun 2016, tumbuh dibandingkan realisasi tahun 2015 yang mencapai Rp 17,14 triliun. Selama 2011-2015, CAGR new lending MTF mencapai 24,84%.

Sementara itu, pada kuartal I-2016, new lending MTF naik 31,9% menjadi Rp 4,87 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp 3,69 triliun. Pada kuartal I-2016, dari new lending yang direalisasikan, sebesar 96% di antaranya adalah pembiayaan mobil baru, yang didominasi mobil penumpang (74%) dan mobil komersial (26%).

Adapun market share pembiayaan mobil baru oleh MTF mengalami kenaikan 11,4% (yoy) di tengah penurunan industri otomotif sebesar 5,3%. CAGR aset, liabilitas, dan ekuitas perseroan hingga 2015 melebihi angka 26%. Piutang pembiayaan konsumen berkontribusi paling besar pada total aset per 31 Maret 2016 atau sebesar 87% dari total aset.

Selama 2015, MTF membukukan pendapatan sebesar Rp 1,28 triliun, tumbuh 33% dibandingkan 2014 yang sebesar Rp 964 miliar. CAGR selama 2011-2015 mencapai 36%. Sementara itu, pada kuartal I-2016, pendapatan Perseroan naik 33% menjadi Rp 384 miliar, dibandingkan periode sama tahun 2015, yaitu sebesar Rp 288 miliar.

Laba bersih MTF pada 2015 mencapai Rp 307 miliar, meningkat 31,1% dibandingkan 2014 yang sebesar Rp 234 miliar. CAGR selama 2011-2015 mencapai 48%. Pada kuartal I-2016, laba bersih Perseroan naik 18% menjadi Rp 90 miliar, dibandingkan periode sama tahun 2015 sebesar Rp 76 miliar. Sementara itu, gearing ratio pada kuartal I-2016 sebesar 6,64 kali, ROA 5%, dan ROE 30%. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved