Capital Market & Investment

PAM Mineral Targetkan Laba Bersih Meningkat 263%

Manajemen PT PAM Mineral Tbk (NICL) memproyeksikan akan membukukan penjualan senilai Rp 195,44 miliar dan laba komprehensif periode berjalan sebesar Rp 28,45 miliar berdasarkan laporan keuangan interim Desember 2020. Kondisi itu jauh lebih baik dibandingkan dengan kinerja perseroan tahun 2019, yang mana saat itu perseroan masih mencatatkan kerugian komprehensif sebesar Rp14,07 miliar di tahun 2019.

Emiten pertambangan ini mencatatkan laba usaha sebesar Rp 33,57 miliar hingga bulan Desember 2020 dibandingkan rugi usaha sebesar Rp 16,5 miliar pada Desember 2019. “Kenaikan laba usaha yang cukup signifikan tersebut disebabkan kenaikan pendapatan penjualan dari anak perusahaan, IBM yang cukup signifikan. Kami optimistis penjualan nikel maupun laba usaha konsolidasi akan meningkat tajam pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya” jelas Ruddy Tjanaka, Direktur Utama PAM Mineral.

Dari sisi penjualan, volume penjualan diproyeksikan mencapai 1.800.000 metrik ton (MT) pada tahun ini, naik 87,04% dari realisasi penjualan pada 2020 sebesar 695.034 metrik ton. “Sedangkan pada tahun ini, kami menargetkan meraup laba bersih Rp103 miliar, melonjak 263,46% dari laba bersih konsolidasi tahun 2020 yang diprediksikan sebesar Rp 28,45 miliar” tambah Ruddy.

PAM Mineral merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan mineral nikel, yang memiliki anak usaha bernama PT Indrabakti Mustika (IBM) . Bijih nikel perseroan maupun anak perusahaan, IBM memiliki kadar Ni antara 1,4 -1,8%.

IBM memiliki lahan konsesi pertambangan nikel di Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Lahan tersebut merupakan lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi seluas 576 hektare (ha). Sedangkan perseroan memiliki lahan konsesi pertambangan nikel di Desa Buleleng, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Lahan tersebut merupakan lahan IUP operasi produksi seluas 198 hektare.

Area potensi nikel dari IUP perseroan seluas 198 hektare sudah seluruhnya dieksplorasi, di mana seluas 47 hektare telah dilakukan tertambang. Sedangkan sisanya belum dilakukan penambangan.

Sementara itu, area potensi nikel dari IUP IBM adalah seluas sekitar 450 hektare, dimana area yang sudah tertambang dan terganggu (area IUP yang sudah dibuka atau landclearing, namun belum dilakukan penambangan) seluas 15 hektare . Dengan rincian, area tertambang Utara seluas 10 hektare dan Selatan seluas 5 hektare. Area yang belum ditambang dari IUP IBM seluas 435 hektare.

Ruddy optimistis bisnis nikel ke depan cukup menjanjikan, seiring dengan tingginya permintaan bijih nikel di pasar domestik serta kecenderungan harga nikel yang semakin meningkat. Terlebih, pemerintah sedang mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik melalui pembentukan holding BUMN baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), yang bekerjasama dengan produsen mobil listrik dunia, LG Chem (Korea) dan CATL (China).

Pabrik baterai tersebut ditargetkan untuk mulai beroperasi pada 2023. Karena itu, nikel berkadar rendah akan banyak dibutuhkan untuk campuran dengan jenis logam Cobalt sebagai bahan baku baterai. Di sisi lain, permintaan bijih nikel berkadar tinggi juga terus meningkat, terutama karena adanya industri pengolahan atau smelter.

Dengan eksplorasi yang terus menerus dilakukan, Perseroan berkeyakinan bahwa ke depan Perseroan dan anak perusahaan dapat memiliki sumberdaya 28 juta ton lebih bijih nikel. Dari 28 juta bijih nikel tersebut, lanjut Ruddy, tidak semua memiliki kadar tinggi namun juga terdapat bijih nikel dengan kadar rendah. Selain bijih nikel kadar tinggi, Perseroan saat ini juga telah melakukan penjualan bijih nikel kadar rendah ke smelter yang ada.

Untuk rencana jangka pendek, perseroan akan memenuhi target sebanyak 1.800.000 MT bijih nikel sesuai Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB). Untuk jangka menengah dan panjang, perseroan memiliki strategi menambah cadangan dengan cara mengakuisisi ataupun mencari tambang baru. Dengan demikian, pertumbuhan kinerja perseroan bisa lebih tinggi lagi ke depannya.

Baru-baru ini, PAM Mineral melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dengan melepas sebanyak dua miliar saham kepada publik. Besaran saham itu setara dengan 20,7% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Dengan harga IPO sebesar Rp 100 per saham, perseroan menerima dana segar Rp 200 miliar.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved