Capital Market & Investment

Pasca Teror Jakarta, Pasar Saham Cepat Pulih

Pasca Teror Jakarta, Pasar Saham Cepat Pulih

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai pasar modal Indonesia siap menghadapi segala ancaman yang terjadi, khususnya ancaman terorisme. BEI meyakini bahwa infrastruktur di pasar modal Indonesia telah siap dan memastikan akan tetap berjalan karena telah memiliki sistem dan prosedur khusus dalam penanganan krisis. Direktur Utama BEI, Tito Sulistio, dalam keterangannya menyebutkan pelaku pasar sempat terkejut ketika ancaman terorisme terjadi di kawasan perbelanjaan di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis (14/1/2015) pekan lalu. Keterkejutan pemodal sempat membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 1,78%.

Akan tetapi, lanjut Tito, setelah pihak Kepolisian Republik Indonesia bergerak dengan cepat dan mengamankan situasi keamanan di dalam negeri, level IHSG langsung mengalami penguatan dalam waktu cepat. Sehingga di akhir sesi penutupan perdagangan di hari tersebut, IHSG hanya terkoreksi 0,5% ke level 4.513,18 poin dan bahkan ditutup menguat ke level 4.523,98 poin (0,24%) pada perdagangan Jumat lalu. “Memang betul pada sekitar pukul 12.30 WIB (sebelum sesi kedua perdagangan BEI dimulai, ada penurunan BI rate 25 basis poin. Namun keberanian pemodal dalam bertransaksi memperlihatkan bahwa pemodal masih sangat percaya terhadap pasar modal Indonesia,” jelas Tito di Jakarta Senin (18/1/2015).

Direksi PT Bursa Efek Indonesia menyatakan pasar saham Indonesia memiliki sistem penanganan krisis. (Foto : Dok BEI)

Direksi PT Bursa Efek Indonesia menyatakan pasar saham Indonesia memiliki sistem penanganan krisis. (Foto : Dok BEI)

Level IHSG pada Senin naik 0,23% ke level 4.523 poin. Proses pemulihan IHSG yang sangat cepat dinilai Tito karena infrastruktur BEI telah sangat siap dalam menghadapi setiap ancaman yang terjadi, termasuk terorisme. BEI memang telah memiliki Business Continuity Management (BCM), yakni sistem dan prosedur khusus dalam penanganan krisis. BEI juga telah memiliki program pengembangan berkelanjutan untuk lebih menjamin dan meningkatkan kesiapan sistem perdagangan.

Selain itu, perekonomian Indonesia yang saat ini masih prospektif menjadi alasan pemodal masih sangat percaya untuk berinvestasi di dalam negeri. Hal tersebut terlihat dari Indikator Ekonomi di akhir 2015 yang berada dalam kondisi yang stabil, yakni 4,67% atau lebih tinggi daripada di 1998 (-13,0%) dan di 2008 (4,12%). kinerja keuangan Emiten di BEI yang masih sehat juga menjadi alasan investor untuk tetap berinvestasi di pasar modal Indonesia. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2015, sebanyak 67,5% emiten mencatatkan laba atau jauh lebih baik daripada di periode krisis 1998 dengan 66,1% emiten yang membukukan kerugian.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Alpino Kianjaya menambahkan ketika IHSG terkoreksi karena kepanikan sesaat, beberapa pemodal justru melihat hal tersebut sebagai peluang untuk berinvestasi. “Pemodal yang jeli justru melakukan ambil posisi beli efek ketika ancaman terorisme terjadi,” tambahnya. Dengan keyakinan dari para pemodal dan seluruh masyarakat Indonesia yang bersatu menghadapi terorisme, lanjut Alpino, maka perekonomian Indonesia akan semakin prospektif di masa depan. “Pasar modal Indonesia juga akan semakin diminati oleh pemodal di dalam dan luar negeri,” imbuh Alpino. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved